Siklus 20 Tahunan, 2016/2017 Pemanasan Pergolakan Kaum Muda
A
A
A
JAKARTA - Siklus pergolakan politik yang dimotori kaum muda biasanya terjadi setiap 20 tahun. Siklus 20 tahunan itu berawal dari berdirinya Budi Utomo sebagai tonggak organisasi modern melawan penjajah pada tahun 1908.
Pergolakan politik kebangsaan kembali terjadi pada tahun 1928 saat diikrarkannya Sumpah Pemuda. Gerakan politik itu kemudian menemukan momentum besarnya pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
Tahun terus bergulir dan pemuda selalu dinamis. Pada tahun 1968 pemuda memotori runtuhnya Orde Lama (Orla), hingga menjatuhkan Orde Baru (Orba)pada tahun 1998.
"Lalu periode berikutnya, tahun 2018. Sepertinya, tahun ini dan 2017 nanti sebagai pemanasan," ujar Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan para tamu undangan dalam acara Kongres Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA-KAMMI) di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Sabtu (12/11/2016).
Pemanasan yang dimaksud Fahri merujuk pada aksi demonstrasi besar-besaran di depan Istana Negara dan sejumlah kota besar di Indonesia, pada 4 November 2016. Menurutnya demonstrasi damai tersebut tidak boleh diabaikan.
Dia meminta pemerintah lebih teliti dalam membaca situasi. Apalagi, kata dia jika dikaitkan dengan siklus 20 tahunan yang biasa terjadi di Indonesia. (Baca: Rajin Sambangi Basis Militer, Jokowi Dinilai sedang Khawatir)
"Tapi jangan dianggap provokasi dan makar ya, Pak (Jusuf Kalla-red)," gurau Fahri kepada JK yang disambut gelak tawa peserta kongres.
Pergolakan politik kebangsaan kembali terjadi pada tahun 1928 saat diikrarkannya Sumpah Pemuda. Gerakan politik itu kemudian menemukan momentum besarnya pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945.
Tahun terus bergulir dan pemuda selalu dinamis. Pada tahun 1968 pemuda memotori runtuhnya Orde Lama (Orla), hingga menjatuhkan Orde Baru (Orba)pada tahun 1998.
"Lalu periode berikutnya, tahun 2018. Sepertinya, tahun ini dan 2017 nanti sebagai pemanasan," ujar Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan para tamu undangan dalam acara Kongres Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA-KAMMI) di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Sabtu (12/11/2016).
Pemanasan yang dimaksud Fahri merujuk pada aksi demonstrasi besar-besaran di depan Istana Negara dan sejumlah kota besar di Indonesia, pada 4 November 2016. Menurutnya demonstrasi damai tersebut tidak boleh diabaikan.
Dia meminta pemerintah lebih teliti dalam membaca situasi. Apalagi, kata dia jika dikaitkan dengan siklus 20 tahunan yang biasa terjadi di Indonesia. (Baca: Rajin Sambangi Basis Militer, Jokowi Dinilai sedang Khawatir)
"Tapi jangan dianggap provokasi dan makar ya, Pak (Jusuf Kalla-red)," gurau Fahri kepada JK yang disambut gelak tawa peserta kongres.
(kur)