HT Sebut Potensi Indonesia Belum Terkelola Maksimal
A
A
A
TASIKMALAYA - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) memberikan motivasi dan berbagi pengalaman kepada para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Munawwar Jarnauziyyah, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
“Kita ini besar tapi kecil, besar potensinya, kecil realisasinya. Tanah subur impor pangan, lautan luas impor garam,” kata HT di Ponpes Al-Munawwar Jarnauziyyah, Kamis (27/10).
HT mengungkapkan, kontradiksi yang terjadi di Tanah Air. Memiliki tanah luas nan subur, dengan dua musim, Indonesia justru menjadi importir pangan.
Berbagai kebutuhkan pokok harus didatangkan dari luar negeri. Mulai dari beras, kedelai, cabai, dan bahan-bahan pangan lainnya banyak dipenuhi dari impor. “Kadang saya bingung, garam saja impor, apa laut kita tawar?” tanya HT.
Tak hanya itu lanjut HT, Kalimantan yang merupakan penghasil batubara terbesar di dunia pun terpaksa impor listrik dari negara tetangga. Padahal batubara merupakan sumber energi.
Ketergantungan terhadap luar negeri harus diatasi jika Indonesia ingin menjadi negara yang kuat. “Negara kuat, segala yang menyangkut hidup rakyat banyak tidak boleh bergantung pada luar negeri,” ujar Ketua Umum Partai Perindo tersebut
HT mengatakan, generasi penerus, memiliki kewajiban memaksimalkan semua potensi untuk memajukan Indonesia. Dia menambahkan, banyak yang bisa dilakukan bila negara maju.
Di sektor pendidikan misalnya, masyarakat bisa mengenyam pendidikan yang layak tanpa dipusingkan biayanya karena negara yang membiayai. Begitu pun kesehatan, negara maju bisa menjamin pelayanan kesehatan gratis dengan pelayanan yang baik untuk masyarakatnya.
Termasuk olahraga dan militer bisa kuat bila Indonesia menjadi negara maju. “Kalau Indonesia maju, negaranya kuat, semua persoalan masyarakat akan terselesaikan. Negara bisa memastikan kesejahteraan masyarakatnya,” terang ayah lima anak itu.
“Kita ini besar tapi kecil, besar potensinya, kecil realisasinya. Tanah subur impor pangan, lautan luas impor garam,” kata HT di Ponpes Al-Munawwar Jarnauziyyah, Kamis (27/10).
HT mengungkapkan, kontradiksi yang terjadi di Tanah Air. Memiliki tanah luas nan subur, dengan dua musim, Indonesia justru menjadi importir pangan.
Berbagai kebutuhkan pokok harus didatangkan dari luar negeri. Mulai dari beras, kedelai, cabai, dan bahan-bahan pangan lainnya banyak dipenuhi dari impor. “Kadang saya bingung, garam saja impor, apa laut kita tawar?” tanya HT.
Tak hanya itu lanjut HT, Kalimantan yang merupakan penghasil batubara terbesar di dunia pun terpaksa impor listrik dari negara tetangga. Padahal batubara merupakan sumber energi.
Ketergantungan terhadap luar negeri harus diatasi jika Indonesia ingin menjadi negara yang kuat. “Negara kuat, segala yang menyangkut hidup rakyat banyak tidak boleh bergantung pada luar negeri,” ujar Ketua Umum Partai Perindo tersebut
HT mengatakan, generasi penerus, memiliki kewajiban memaksimalkan semua potensi untuk memajukan Indonesia. Dia menambahkan, banyak yang bisa dilakukan bila negara maju.
Di sektor pendidikan misalnya, masyarakat bisa mengenyam pendidikan yang layak tanpa dipusingkan biayanya karena negara yang membiayai. Begitu pun kesehatan, negara maju bisa menjamin pelayanan kesehatan gratis dengan pelayanan yang baik untuk masyarakatnya.
Termasuk olahraga dan militer bisa kuat bila Indonesia menjadi negara maju. “Kalau Indonesia maju, negaranya kuat, semua persoalan masyarakat akan terselesaikan. Negara bisa memastikan kesejahteraan masyarakatnya,” terang ayah lima anak itu.
(maf)