Kelompok Radikal Pintar Manfaatkan Internet
A
A
A
JAKARTA - Menghadapi ancaman radikal terorisme, seluruh komponen bangsa harus terlibat. Alasannya, pergerakan kelompok radikal terorisme, terutama Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) sangat massif, khususnya di dunia maya.
Bahkan dari riset Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), kelompok radikal sangat pintar memanfaatkan media sosial dan internet dalam melancarkan propagandanya. Bahkan, mereka mampu membuat video dan film dengan standar Hollywood dan melibatkan seniman, musikus, budayawan, politikus, dan
lain-lain dalam menjalankan propagandanya.
"Sejak 2006, generasi muda NU sudah menyadari dan merasakan penetrasi gerakan ekstrim ini di media internet. Bahkan, santri NU secara mandiri sebagai relawan melakukan upaya kontra narasi menghadapi kelompok radikal," ujar Katib Aam PBNU, Yahya Cholil Staquf di Jakarta, Rabu (12/10/2016).
Menurutnya, menyikapi persoalan tersebut dibutuhkan kekuatan di dunia cyber untuk melawan kelompok radikal terorisme. Santri NU, kata dia telah terpanggil sejak lama karena ancaman kepada negara, meski sumber dayanya masih terbatas terutama menyangkut pendanaan. (Baca: Dua WNI Masih Disandera Kelompok Abu Sayyaf di Filipina)
Maka itu, lanjut dia diperlukan dukungan signifikan dari pemerintah agar program pencerdasan santri dan generasi muda Indonesia di dunia cyber bisa berjalan baik. “Malah sampai hari ini, kami di PBNU tiap bulan mengumpulkan donasi untuk memberikan pulsa kepada santri relawan tersebut,” ucapnya.
Bahkan dari riset Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), kelompok radikal sangat pintar memanfaatkan media sosial dan internet dalam melancarkan propagandanya. Bahkan, mereka mampu membuat video dan film dengan standar Hollywood dan melibatkan seniman, musikus, budayawan, politikus, dan
lain-lain dalam menjalankan propagandanya.
"Sejak 2006, generasi muda NU sudah menyadari dan merasakan penetrasi gerakan ekstrim ini di media internet. Bahkan, santri NU secara mandiri sebagai relawan melakukan upaya kontra narasi menghadapi kelompok radikal," ujar Katib Aam PBNU, Yahya Cholil Staquf di Jakarta, Rabu (12/10/2016).
Menurutnya, menyikapi persoalan tersebut dibutuhkan kekuatan di dunia cyber untuk melawan kelompok radikal terorisme. Santri NU, kata dia telah terpanggil sejak lama karena ancaman kepada negara, meski sumber dayanya masih terbatas terutama menyangkut pendanaan. (Baca: Dua WNI Masih Disandera Kelompok Abu Sayyaf di Filipina)
Maka itu, lanjut dia diperlukan dukungan signifikan dari pemerintah agar program pencerdasan santri dan generasi muda Indonesia di dunia cyber bisa berjalan baik. “Malah sampai hari ini, kami di PBNU tiap bulan mengumpulkan donasi untuk memberikan pulsa kepada santri relawan tersebut,” ucapnya.
(kur)