Kritik Langsung SBY kepada Jokowi Diapresiasi
A
A
A
JAKARTA - Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali melancarkan kritik terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Kritik itu disampaikan SBY saat menyampaikan orasi ilmiahnya di acara Wisuda Sarjana Universitas Al Azhar Indonesia di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan, Sabtu 27 Agustus 2016. (Baca juga: SBY Bilang Gagasan Jokowi Terkait Poros Maritim Hanya Retorika)
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Adi Prayitno mencermati, setidaknya ada dua kritik SBY yang disampaikan melalui orasi ilmiah.
Pertama, SBY sempat menyinggung rencana pembangunan poros maritim yang disebutnya hanya retorika belaka. Kemudian, mantan Presiden dua periode itu juga sempat mengingatkan Jokowi agar tak dikontrol kekuatan China.
Adi menilai, kritik SBY ini merupakan kritik yang disampaikan secara langsung kepada Jokowi. Menurut dia, biasanya SBY melontarkan kritik melalui 'cuitan' di media sosial.
Dia berharap kritik tersebut dianggap sebagai masukan yang konstruktif untuk membenahi sektor maritim."Ini kritik konstruktif mengingat Jokowi memang lebih memprioritaskan pembangunan infrastruktur darat ketimbang laut. Padahal, poros maritim menjadi andalan utama Jokowi untuk membangun perekonomian Indonesia," tutur Adi saat dihubungi Sindonews, Minggu (28/8/2016).
Kemudian mengenai kritikan SBY terhadap kontrol China, menurut Adi, hal itu sulit dipungkiri oleh pemerintahan Jokowi. Pasalnya, dia menduga pemerintahan Jokowi condong "berkiblat" ke China.
Menurut dia, keinginan Jokowi keluar dari kontrol China sudah dilakukan dengan memasukkan Sri Mulyani dan Arcandra Tahar dalam perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja Jilid II, meski Archandra harus terpental dari kabinet karena kewarganegaraan ganda.
Dia menilai kritik SBY yang disampaikan secara langsung merupakan sinyal positif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Menurut dia, mengkritik secara langsung dinilai lebih berani ketimbang di dunia maya.
"Kritik SBY ini merupakan pesan kepada publik bahwa SBY dan demokrat belum 'habis'. Kritik SBY sebagai peneguh eksistensi demokrat sebagai partai yang peduli terhadap persoalan-persoalan publik," tuturnya.
Kritik itu disampaikan SBY saat menyampaikan orasi ilmiahnya di acara Wisuda Sarjana Universitas Al Azhar Indonesia di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan, Sabtu 27 Agustus 2016. (Baca juga: SBY Bilang Gagasan Jokowi Terkait Poros Maritim Hanya Retorika)
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Adi Prayitno mencermati, setidaknya ada dua kritik SBY yang disampaikan melalui orasi ilmiah.
Pertama, SBY sempat menyinggung rencana pembangunan poros maritim yang disebutnya hanya retorika belaka. Kemudian, mantan Presiden dua periode itu juga sempat mengingatkan Jokowi agar tak dikontrol kekuatan China.
Adi menilai, kritik SBY ini merupakan kritik yang disampaikan secara langsung kepada Jokowi. Menurut dia, biasanya SBY melontarkan kritik melalui 'cuitan' di media sosial.
Dia berharap kritik tersebut dianggap sebagai masukan yang konstruktif untuk membenahi sektor maritim."Ini kritik konstruktif mengingat Jokowi memang lebih memprioritaskan pembangunan infrastruktur darat ketimbang laut. Padahal, poros maritim menjadi andalan utama Jokowi untuk membangun perekonomian Indonesia," tutur Adi saat dihubungi Sindonews, Minggu (28/8/2016).
Kemudian mengenai kritikan SBY terhadap kontrol China, menurut Adi, hal itu sulit dipungkiri oleh pemerintahan Jokowi. Pasalnya, dia menduga pemerintahan Jokowi condong "berkiblat" ke China.
Menurut dia, keinginan Jokowi keluar dari kontrol China sudah dilakukan dengan memasukkan Sri Mulyani dan Arcandra Tahar dalam perombakan atau reshuffle Kabinet Kerja Jilid II, meski Archandra harus terpental dari kabinet karena kewarganegaraan ganda.
Dia menilai kritik SBY yang disampaikan secara langsung merupakan sinyal positif bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Menurut dia, mengkritik secara langsung dinilai lebih berani ketimbang di dunia maya.
"Kritik SBY ini merupakan pesan kepada publik bahwa SBY dan demokrat belum 'habis'. Kritik SBY sebagai peneguh eksistensi demokrat sebagai partai yang peduli terhadap persoalan-persoalan publik," tuturnya.
(dam)