Panglima TNI: Waspadai Bahaya Proxy War
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kembali mengingatkan Indonesia tengah menghadapi bahaya proxy war atau perang tanpa bentuk. Proxy war terjadi di Indonesia melaui beberapa cara, di antaranya narkoba, konflik antar kelompok maupun terorisme.
Hal itu disampaikan Panglima TNI saat mengisi kuliah umum di hadapan mahasiswa pasca sarjana Universitas Pertahanan (Unhan) di Aula Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian, Sentul Kabupaten Bogor. Ia menegaskan, narkoba menjadi salah satu proxy war yang paling membahayakan dan menjadi bisnis terbesar di Indonesia.
"Bisnis yang paling besar di negeri ini adalah bisnis narkoba, tapi itu adalah bisnis yang ilegal. Pebisnis ilegal pasti merapat aparat keamanan, mencari perlindungan di situ. Bisa polisi, bisa TNI, kejaksaan, hakim," ujar Jenderal Gatot kepada wartawan usai mengisi kuliah umum, Jumat (26/8/2016).
Pihaknya yakin narkoba di Indonesia sudah menjadi perang candu seperti halnya yang pernah terjadi pada Tiongkok saat zaman dinasti. Pihaknya mencatat sekitar 5,1 juta penduduk sudah menjadi penyalahguna narkoba, dan 15 ribu orang di antaranya meninggal setiap tahun.
Sama halnya dengan narkoba, menurutnya terorisme yang kini mulai dipupuk terhadap anak di bawah umur. Seperti yang terjadi di Syria, terdapat sejumlah anak-anak asal Indonesia yang dilatih perang oleh ISIS.
"Anak kecil, pemuda dilatih di Syria. Berapa (teroris) mantan narapidana, berapa yang berkedok yayasan tapi menerima anggaran yang besar. Dan anggaran yang paling besar berasal dari Australia, Malaysia, Filipina, dan Brunei," tuturnya.
Hanya saja, lanjut dia, Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam menanggulangi terorisme. Terorisme masih dipandang sebagai kejahatan kriminal dan hanya bisa ditindak jika pelakunya sudah berbuat aksi teror.
"Kita diserang, tapi kaya orang diikat tangannya. Enggak bisa apa-apa karena undang-undangnya. Maka itu saya katakan alangkah bodohnya bangsa ini kalau masih mendefinisikan kalau teroris adalah kejahatan kriminal," kata Gatot.
Meski demikian, dia berpandangan, Indonesia masih bisa keluar dari ancama proxy war dengan berkomitmen menjadi negara agraris, maritim, dan industri. Tak hanya itu, pihaknya juga mengajak para generasi muda untuk menjadi agen perubahan dan pemersatu bangsa.
"Mari kita bersatu dalam mencegah perang agar tidak lagi mengancam Indonesia," pungkasnya.
Hal itu disampaikan Panglima TNI saat mengisi kuliah umum di hadapan mahasiswa pasca sarjana Universitas Pertahanan (Unhan) di Aula Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian, Sentul Kabupaten Bogor. Ia menegaskan, narkoba menjadi salah satu proxy war yang paling membahayakan dan menjadi bisnis terbesar di Indonesia.
"Bisnis yang paling besar di negeri ini adalah bisnis narkoba, tapi itu adalah bisnis yang ilegal. Pebisnis ilegal pasti merapat aparat keamanan, mencari perlindungan di situ. Bisa polisi, bisa TNI, kejaksaan, hakim," ujar Jenderal Gatot kepada wartawan usai mengisi kuliah umum, Jumat (26/8/2016).
Pihaknya yakin narkoba di Indonesia sudah menjadi perang candu seperti halnya yang pernah terjadi pada Tiongkok saat zaman dinasti. Pihaknya mencatat sekitar 5,1 juta penduduk sudah menjadi penyalahguna narkoba, dan 15 ribu orang di antaranya meninggal setiap tahun.
Sama halnya dengan narkoba, menurutnya terorisme yang kini mulai dipupuk terhadap anak di bawah umur. Seperti yang terjadi di Syria, terdapat sejumlah anak-anak asal Indonesia yang dilatih perang oleh ISIS.
"Anak kecil, pemuda dilatih di Syria. Berapa (teroris) mantan narapidana, berapa yang berkedok yayasan tapi menerima anggaran yang besar. Dan anggaran yang paling besar berasal dari Australia, Malaysia, Filipina, dan Brunei," tuturnya.
Hanya saja, lanjut dia, Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam menanggulangi terorisme. Terorisme masih dipandang sebagai kejahatan kriminal dan hanya bisa ditindak jika pelakunya sudah berbuat aksi teror.
"Kita diserang, tapi kaya orang diikat tangannya. Enggak bisa apa-apa karena undang-undangnya. Maka itu saya katakan alangkah bodohnya bangsa ini kalau masih mendefinisikan kalau teroris adalah kejahatan kriminal," kata Gatot.
Meski demikian, dia berpandangan, Indonesia masih bisa keluar dari ancama proxy war dengan berkomitmen menjadi negara agraris, maritim, dan industri. Tak hanya itu, pihaknya juga mengajak para generasi muda untuk menjadi agen perubahan dan pemersatu bangsa.
"Mari kita bersatu dalam mencegah perang agar tidak lagi mengancam Indonesia," pungkasnya.
(kri)