Kesalahan Orangtua Membuat Anak Jadi Korban Kejahatan Seksual

Sabtu, 14 Mei 2016 - 13:05 WIB
Kesalahan Orangtua Membuat Anak Jadi Korban Kejahatan Seksual
Kesalahan Orangtua Membuat Anak Jadi Korban Kejahatan Seksual
A A A
DEPOK - Maraknya kejahatan seksual terhadap anak membuat orangtua harus meningkatkan kewaspadaan. Kesalahan orangtua dalam mendidik berpotensi memicu anak menjadi korban kejahatan seksual.

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan, orangtua membiarkan anak bermain dan berinteraksi dengan siapa pun dan di mana pun, tanpa pantauan yang memadai. Jika salah berteman atau memilih komunitas, anak sangat rentan menjadi korban bahkan menjadi pelaku kejahatan seksual.

"Orangtua membiarkan anak berinteraksi dengan orang lain di waktu yang tidak lazim dan untuk tujuan yang tidak jelas. Tak sedikit orangtua membiarkan anak keluar malam untuk tujuan yang tidak logis, tanpa kontrol yang cukup. Ini sangat berbahaya dan rentan menjadi korban kejahatan seksual," kata Susanto, Sabtu (14/5/2016).

Susanto menambahkan, orangtua juga membiarkan anak berkomunikasi via media sosial tanpa pantauan memadai. Tak sedikit anak dijebak, dirayu,
digoda, diiming-imingi oleh orang dikenal dan tak dikenal via media sosial, untuk dijadikan objek kejahatan seksual.

"Kasus seperti ini banyak terjadi. Anak dibiarkan berjam-jam main internet tanpa kontrol dan pendampingan yang cukup. Internet memang positif, namun jika kurang literasi menggunakan internet secara sehat, sangat mungkin anak dengan bebas tanpa diketahui ortu mengakses pornografi secara diam-diam," katanya.

Menurutnya, jika anak merasa nyaman dengan pornografi dapat membuat adiksi dan menstimulasi anak untuk melakukan adegan asusila. Bahkan, dalam banyak kasus bisa menstimulasi anak menjadi pelaku kejahatan seksual.

Susanto menambahkan, orangtua yang tak menyediakan waktu, menyempatkan berkomunikasi, dan berdialog dengan anak juga jadi pemicu.

"Orangtua berkarier itu penting. Apa pun karier dan profesinya namun sama sekali tak menyisakan waktu untuk anak, bisa menimbulkan anak tak punya figur hidup dan tak punya model perilaku. Apalagi anak selalu mencari model. Kerentanan anak jadi korban, bisa jadi pelakunya dari figur pilihan anak, akibat minimnya waktu bertemu dengan orangtua," pungkas Susanto.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9424 seconds (0.1#10.140)