80% Penularan LGBT Akibat Faktor Non Genetik
A
A
A
DEPOK - Kelompok Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) makin bermunculan dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Bukan hanya faktor genetik seseorang masuk ke dalam kategori LGBT, namun paling banyak faktor non genetik.
“Pengertian dalam konteks jiwa kan bukan berarti harus ada bakteri atau virus sebagai bentuk penularan. Itu penularan dalam bentuk jiwa yang disebut teori pembiasaan,” kata Psikiatri Dr dr Fidiansjah Sp KJ, MPH di Depok, Minggu (28/2/2016).
Menurutnya, teori modelling atau teori prilaku memiliki makna bahwa penularan itu akibat suatu bentuk model atau perlakuan yang pernah diterima lalu memberikan sensasi yang menimbulkan hasrat yang kemudian dirasakan nyaman. Kata dia, faktor itu dipermudah dengan kemudahan akses pornografi yang banyak diperoleh saat ini.
“Walaupun tak ada nilai–nilai norma dan agama, tapi karena kenyamanan tadi akibatnya jadi berulang-ulang. Ditambah lagi karena kemudahan pornografi yang bisa diakses. Karena fantasi kan enggak mesti harus objek.”
"Objek itu kan suatu hal “temporer”, tapi rangsangan seksualnya bisa didapat ditonton dan dilihat dari situs pornografi yang bisa dibuka," sambungnya.
Penyebab atau faktor genetik hanya sebanyak 20% seseorang menjadi LGBT. Sisanya berbagai faktor seperti sosial budaya, psikologis, dan spiritual.
“Faktor psikologis, divorce, genetik malah cuma 20%, 80% non genetik. Sosial budaya, psikologi dan religi. Faktor lain malah dominan,” ungkapnya.
Fidiansjah menjelaskan, bahwa seseorang yang termasuk LGBT terkadang tidak dapat dideteksi. Namun, dia menegaskan bahwa hal itu bisa disembuhkan dengan terapi secara holistik.
“LGBT tidak bisa dilihat. Perilaku yang harus kita pakai yaitu hasrat seksualnya, tampilan melambai atau keperkasaan pada wanita bukan simbol daripada pandangan."
"Yang harus terungkap kecermatan, orientasinya yang menjadi patokan, tidak terbaca. Misalnya kita sakit pilek, ketika variabel lain beri stimulus maka akan kambuh lagi. Kesembuhan dengan kekambuhan itu beda,” tandasnya.
PILIHAN:
Posisi JK Pengaruhi Konstelasi Politik Pemilihan Caketum Golkar
2 Instrumen Ini Dinilai Bisa Muluskan Perebutan Kursi Ketum Golkar
“Pengertian dalam konteks jiwa kan bukan berarti harus ada bakteri atau virus sebagai bentuk penularan. Itu penularan dalam bentuk jiwa yang disebut teori pembiasaan,” kata Psikiatri Dr dr Fidiansjah Sp KJ, MPH di Depok, Minggu (28/2/2016).
Menurutnya, teori modelling atau teori prilaku memiliki makna bahwa penularan itu akibat suatu bentuk model atau perlakuan yang pernah diterima lalu memberikan sensasi yang menimbulkan hasrat yang kemudian dirasakan nyaman. Kata dia, faktor itu dipermudah dengan kemudahan akses pornografi yang banyak diperoleh saat ini.
“Walaupun tak ada nilai–nilai norma dan agama, tapi karena kenyamanan tadi akibatnya jadi berulang-ulang. Ditambah lagi karena kemudahan pornografi yang bisa diakses. Karena fantasi kan enggak mesti harus objek.”
"Objek itu kan suatu hal “temporer”, tapi rangsangan seksualnya bisa didapat ditonton dan dilihat dari situs pornografi yang bisa dibuka," sambungnya.
Penyebab atau faktor genetik hanya sebanyak 20% seseorang menjadi LGBT. Sisanya berbagai faktor seperti sosial budaya, psikologis, dan spiritual.
“Faktor psikologis, divorce, genetik malah cuma 20%, 80% non genetik. Sosial budaya, psikologi dan religi. Faktor lain malah dominan,” ungkapnya.
Fidiansjah menjelaskan, bahwa seseorang yang termasuk LGBT terkadang tidak dapat dideteksi. Namun, dia menegaskan bahwa hal itu bisa disembuhkan dengan terapi secara holistik.
“LGBT tidak bisa dilihat. Perilaku yang harus kita pakai yaitu hasrat seksualnya, tampilan melambai atau keperkasaan pada wanita bukan simbol daripada pandangan."
"Yang harus terungkap kecermatan, orientasinya yang menjadi patokan, tidak terbaca. Misalnya kita sakit pilek, ketika variabel lain beri stimulus maka akan kambuh lagi. Kesembuhan dengan kekambuhan itu beda,” tandasnya.
PILIHAN:
Posisi JK Pengaruhi Konstelasi Politik Pemilihan Caketum Golkar
2 Instrumen Ini Dinilai Bisa Muluskan Perebutan Kursi Ketum Golkar
(kri)