Polemik LGBT di Indonesia Sejak 1973
A
A
A
JAKARTA - Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Indonesia bukan polemik baru yang muncul di Indonesia. Keberadaan LGBT di Indonesia mulai terasa sejak 1973.
Kala itu kemunculan mereka dipublik berbarengan dengan film berjudul Akulah Vivian yang bercerita tentang kehidupan seorang transgender.
"Lalu diulangi oleh artis bernama Dedi Yuliardi Ashadi alias Dorce yang melakukan penggantian alat kelamin," ujar Alumni Kriminologi Universitas Indonesia (UI), Maman Suherman dalam acara Polemik Sindo Trijaya bertajuk LGBT, Beda Tapi Nyata, Jakarta, Sabtu (20/2/2016).
Menurutnya, keberadaan kaum LGBT memang tidak sepenuhnya membuka diri. Mereka yang berprofesi sebagai publik figur. Contohnya, kata pria yang akrab disapa Kang Maman ini justru kerap menutup penyimpaangan seksualnya dengan berperilaku seperti orang kebanyakan.
"Mereka menikah, agar dianggap normal. Padahal orientasi seksual mereka bukan kepada lawan jenis," jelasnya.
Pada kesempatan itu dia menegaskan sikap pribadinya tidak setuju dengan perilaku seksual menyimpang yang dilakukan kaum LGBT. Namun, dia mengakui keberadaan kaum LGBT adalah fakta sosial.
"Bahwa mereka ada dan mereka punya hak seperti kita. Tapi kalau menyetujui saya tidak, karena tidak boleh ada hubungan sesama jenis," tegasnya.
Baca: LGBT Perilaku Abnormal dalam Perilaku Sosial.
Kala itu kemunculan mereka dipublik berbarengan dengan film berjudul Akulah Vivian yang bercerita tentang kehidupan seorang transgender.
"Lalu diulangi oleh artis bernama Dedi Yuliardi Ashadi alias Dorce yang melakukan penggantian alat kelamin," ujar Alumni Kriminologi Universitas Indonesia (UI), Maman Suherman dalam acara Polemik Sindo Trijaya bertajuk LGBT, Beda Tapi Nyata, Jakarta, Sabtu (20/2/2016).
Menurutnya, keberadaan kaum LGBT memang tidak sepenuhnya membuka diri. Mereka yang berprofesi sebagai publik figur. Contohnya, kata pria yang akrab disapa Kang Maman ini justru kerap menutup penyimpaangan seksualnya dengan berperilaku seperti orang kebanyakan.
"Mereka menikah, agar dianggap normal. Padahal orientasi seksual mereka bukan kepada lawan jenis," jelasnya.
Pada kesempatan itu dia menegaskan sikap pribadinya tidak setuju dengan perilaku seksual menyimpang yang dilakukan kaum LGBT. Namun, dia mengakui keberadaan kaum LGBT adalah fakta sosial.
"Bahwa mereka ada dan mereka punya hak seperti kita. Tapi kalau menyetujui saya tidak, karena tidak boleh ada hubungan sesama jenis," tegasnya.
Baca: LGBT Perilaku Abnormal dalam Perilaku Sosial.
(kur)