Jokowi Minta TNI Bangun Kekuatan Pertahanan Modern
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta TNI membangun kekuatan pertahanan dengan memenuhi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) terpadu dan modern baik darat, laut maupun udara.
"Hampir semua negara berlomba memajukan teknologi pertahanannya. Bangun postur TNI yang kokoh dengan alutsista modern," ujarnya dalam pembukaan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2016, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu 16 Desember 2015.
Modernisasi alutsista, kata Jokowi, dilakukan untuk mengimbangi kemajuan zaman. Menurut Jokowi, hal itu dapat dilakukan secara mandiri dengan mengurangi import alutsista dan mengembangkan industri pertahanan nasional.
"Saya minta seluruh pimpinan untuk tingkatkan kapasitas prajurit yang profesional. Harus benar-benar terlatih. Politik TNI adalah politik negara. TNI berpijak pada kebijakan negara. Rantai komando hanya satu. Tegak lurus, loyalitas dan ketaatan pada presiden sebagai Panglima tertinggi TNI," ujarnya.
Selain itu, Jokowi juga memberikan pengarahan terkait perkembangan konstelasi politik dan ekonomi global. Saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan baru pasca perang dingin, dimana konstelasi politik dan ekonomi berubah sangat cepat.
"Hal ini mau tidak mau harus diikuti. Ini harus kita tahu dan waspadai. Kawasan Asia timur yang pelabuhannya bagus akan menjadi pasar dan basis produksi bagi negara-negara yang siap," katanya.
Saat ini rivalitas Amerika Serikat dengan China dan Jepang sebelumnya dilihat hanya sebagai kemungkinan-kemungkinan saja. Namun, kenyataannya sekarang sudah terjadi rivalitas dan Indonesia ada pada pusaran pertarungan itu.
"Apa yang harus dilakukan Indonesia. Ambil keuntungan sebesar-besarnya dari rivalitas tersebut untuk kepentingan nasional kita dari ekonomi, politik," ujarnya.
Menurut Jokowi, gelombang perdagangan bebas terjadi sangat cepat dan membawa perubahan di setiap negara. Saat ini blok-blok perdagangan sudah dimulai seperti, pembentukan Trans Pacific Partnership dan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan dimulai pada 2016 mendatang.
"Semua blok-blok itu harus dikaji dulu sebelum bergabung, dihitung, apa yang menguntungkan dan tidak. Hitungannya harus detail, sektor mana diperbaharui, mana yg harus didorong," kata Jokowi.
Untuk menghadapi hal itu, Indonesia juga harus mempersiapkan segala sesuatunya, baik sumber daya manusia (SDM), produk, maupun strateginya. Sebab, bila tetap menggunakan pola lama maka tidak menutup kemungkinan Indonesia akan terlibas.
Jokowi juga meminta masyarakat untuk tidak takut menghadapi MEA. Sebab, sejumlah negara juga khawatir dengan produk-produk Indonesia yang dianggap akan membanjiri pasar di negaranya. Apalagi, Indonesia memiliki tenaga kerja yang terampil.
"Sejumlah kepala negara sudah mulai khawatir dengan produk Indonesia. Mereka berbisik-bisik ke saya, kita khawatir produk Indonesia membanjiri negara kita. Terlebih, pasar tenaga kerja akan direbut Indonesia, yang dikenal terampil dan tekun. Orang lain khawatir, kok kita ikut takut. Ini keliru besar," pungkasnya.
PILIHAN:
Amien Rais Yakin Ada Cukong di Balik Sudirman Said
"Hampir semua negara berlomba memajukan teknologi pertahanannya. Bangun postur TNI yang kokoh dengan alutsista modern," ujarnya dalam pembukaan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2016, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu 16 Desember 2015.
Modernisasi alutsista, kata Jokowi, dilakukan untuk mengimbangi kemajuan zaman. Menurut Jokowi, hal itu dapat dilakukan secara mandiri dengan mengurangi import alutsista dan mengembangkan industri pertahanan nasional.
"Saya minta seluruh pimpinan untuk tingkatkan kapasitas prajurit yang profesional. Harus benar-benar terlatih. Politik TNI adalah politik negara. TNI berpijak pada kebijakan negara. Rantai komando hanya satu. Tegak lurus, loyalitas dan ketaatan pada presiden sebagai Panglima tertinggi TNI," ujarnya.
Selain itu, Jokowi juga memberikan pengarahan terkait perkembangan konstelasi politik dan ekonomi global. Saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan baru pasca perang dingin, dimana konstelasi politik dan ekonomi berubah sangat cepat.
"Hal ini mau tidak mau harus diikuti. Ini harus kita tahu dan waspadai. Kawasan Asia timur yang pelabuhannya bagus akan menjadi pasar dan basis produksi bagi negara-negara yang siap," katanya.
Saat ini rivalitas Amerika Serikat dengan China dan Jepang sebelumnya dilihat hanya sebagai kemungkinan-kemungkinan saja. Namun, kenyataannya sekarang sudah terjadi rivalitas dan Indonesia ada pada pusaran pertarungan itu.
"Apa yang harus dilakukan Indonesia. Ambil keuntungan sebesar-besarnya dari rivalitas tersebut untuk kepentingan nasional kita dari ekonomi, politik," ujarnya.
Menurut Jokowi, gelombang perdagangan bebas terjadi sangat cepat dan membawa perubahan di setiap negara. Saat ini blok-blok perdagangan sudah dimulai seperti, pembentukan Trans Pacific Partnership dan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan dimulai pada 2016 mendatang.
"Semua blok-blok itu harus dikaji dulu sebelum bergabung, dihitung, apa yang menguntungkan dan tidak. Hitungannya harus detail, sektor mana diperbaharui, mana yg harus didorong," kata Jokowi.
Untuk menghadapi hal itu, Indonesia juga harus mempersiapkan segala sesuatunya, baik sumber daya manusia (SDM), produk, maupun strateginya. Sebab, bila tetap menggunakan pola lama maka tidak menutup kemungkinan Indonesia akan terlibas.
Jokowi juga meminta masyarakat untuk tidak takut menghadapi MEA. Sebab, sejumlah negara juga khawatir dengan produk-produk Indonesia yang dianggap akan membanjiri pasar di negaranya. Apalagi, Indonesia memiliki tenaga kerja yang terampil.
"Sejumlah kepala negara sudah mulai khawatir dengan produk Indonesia. Mereka berbisik-bisik ke saya, kita khawatir produk Indonesia membanjiri negara kita. Terlebih, pasar tenaga kerja akan direbut Indonesia, yang dikenal terampil dan tekun. Orang lain khawatir, kok kita ikut takut. Ini keliru besar," pungkasnya.
PILIHAN:
Amien Rais Yakin Ada Cukong di Balik Sudirman Said
(kri)