Cuaca Ekstrem, Pesawat Haji Ganti Rute
A
A
A
MADINAH - Cuaca ekstrem dan suhu panas di atas 40 derajat celcius menjadi hambatan pemulangan jamaah haji Indonesia gelombang kedua, dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) menuju Tanah Air. Hingga kemarin, tercatat ada tiga pesawat yang mengalami perubahan jadwal dan rute serta penurunan barang bawaan di bagasi.
Kepada Daerah Kerja (Daker) Bandara Nurul Badruttamam menjelaskan, tiga penerbangan pesawat pengangkut jamaah haji Indonesia yang mengalami perubahan rencana tersebut berasal dari maskapai Garuda Indonesia.
Sesuai dengan surat yang disampaikan majamenen Garuda, terjadi perubahan jadwal pemulangan kelompok terbang (kloter) 25 dan 26 dari embarkasi Ujungpandang (UPG). “Sehubungan dengan kondisi suhu tinggi (high level temperature) di Bandara Madinah, maka jadwal penerbangan kedua kloter tersebut berubah,” ungkapnya, Jumat (23/10/2015) waktu Arab Saudi.
Seharusnya sesuai jadwal, kloter 25 UPG dengan pesawat Garuda nomor penerbangan GA 1407 take off atau terbang pada 24 Oktober jam 17.30 waktu Arab Saudi (WAS). Kemudian diubah dengan jadwal baru yakni berangkat 25 Oktober pukul 23.45.
Sedangkan kloter 26 dengan pesawat Garuda nomor penerbangan 1319 yang berangkat pada 25 Oktober jam 23.45 mengalami perubahan yakni berangkat pada 26 Oktober pukul 17.25. “Kedua pesawat ini akan transit terlebih dahulu ke Bandara Kualanamu, Medan, Sumatera Utara untuk pengisian bahan bakar (refueling) sebelum melanjutkan penerbangan menuju Makassar (Ujungpandang) Sulawesi Selatan,” ujarnya.
Sebelumnya, penerbangan kloter 16 UPG dengan pesawat Garuda nomor penerbangan 1314 pada 17 Oktober pukul 13.30 terpaksa harus mengurangi beban muatan bagasi. Keputusan ini dilakukan seusai surat dari manajemen Garuda karena suhu panas di atas 40 derajat saat pesawat akan take off memengaruhi performance mesin pesawat.
Kondisi tersebut membuat pesawat menurunkan empat pallet bagasi penumpang sebanyak 293 koli dengan berat 9.055 kg. “Selanjutnya bagasi yang diturunkan tersebut akan dikirimkan ke embarkasi Ujungpandang (UPG) dengan penerbangan berikutnya secara berangsur-angsur,” jelas Nurul.
Kepala Seksi Kedatangan dan Pemulangan Jamaah Haji Daker Bandara Jeddah-Madinah Edayanti Dasril Munir menambahkan, dua maskapai pengangkut jamaah haji yakni Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines sejak masih rapat persiapan pemberangkatan di Jakarta sudah memprediksi dan mengantisipasi akan adanya temperatus panas di atas rata-rata saat pemulangan jamaah haji di Bandara Madinah yang bisa mengganggu penerbangan pesawat.
“Makanya kalau dilihat di jadwal, sebagian besar penerbangan pesawat pemulangan jamaah haji dilaksanakan pada malam hari karena cuaca lebih dingin dibandingkan pada siang hari,” kata Edayanti.
Dia menambahkan, dua pesawat Garuda harus transit ke Bandara Kualanamu karena harus mengisi bahan bakar. Hal ini karena bahan bakar pesawat dikurangi saat berangkat dari Bandara AMMA, Madinah. Biasanya, pesawat Garuda terbang langsung dari AMMA dan mendarat di bandara tempat embarkasi tujuan.
“Dengan kondisi temperatur udara yang sangat panas, maka ada tiga pilihan yang bisa dilakukan, yakni jumlah penumpang dikurangi, bagasi dikurangi atau bahan bakar yang dikurangi. Akhirnya diputuskan bahan bakar atau fuel yang dikurangi. Sehingga pesawat harus transit mengisi bahan bakar di Kualanamu, Medan,” paparnya.
Kepada Daerah Kerja (Daker) Bandara Nurul Badruttamam menjelaskan, tiga penerbangan pesawat pengangkut jamaah haji Indonesia yang mengalami perubahan rencana tersebut berasal dari maskapai Garuda Indonesia.
Sesuai dengan surat yang disampaikan majamenen Garuda, terjadi perubahan jadwal pemulangan kelompok terbang (kloter) 25 dan 26 dari embarkasi Ujungpandang (UPG). “Sehubungan dengan kondisi suhu tinggi (high level temperature) di Bandara Madinah, maka jadwal penerbangan kedua kloter tersebut berubah,” ungkapnya, Jumat (23/10/2015) waktu Arab Saudi.
Seharusnya sesuai jadwal, kloter 25 UPG dengan pesawat Garuda nomor penerbangan GA 1407 take off atau terbang pada 24 Oktober jam 17.30 waktu Arab Saudi (WAS). Kemudian diubah dengan jadwal baru yakni berangkat 25 Oktober pukul 23.45.
Sedangkan kloter 26 dengan pesawat Garuda nomor penerbangan 1319 yang berangkat pada 25 Oktober jam 23.45 mengalami perubahan yakni berangkat pada 26 Oktober pukul 17.25. “Kedua pesawat ini akan transit terlebih dahulu ke Bandara Kualanamu, Medan, Sumatera Utara untuk pengisian bahan bakar (refueling) sebelum melanjutkan penerbangan menuju Makassar (Ujungpandang) Sulawesi Selatan,” ujarnya.
Sebelumnya, penerbangan kloter 16 UPG dengan pesawat Garuda nomor penerbangan 1314 pada 17 Oktober pukul 13.30 terpaksa harus mengurangi beban muatan bagasi. Keputusan ini dilakukan seusai surat dari manajemen Garuda karena suhu panas di atas 40 derajat saat pesawat akan take off memengaruhi performance mesin pesawat.
Kondisi tersebut membuat pesawat menurunkan empat pallet bagasi penumpang sebanyak 293 koli dengan berat 9.055 kg. “Selanjutnya bagasi yang diturunkan tersebut akan dikirimkan ke embarkasi Ujungpandang (UPG) dengan penerbangan berikutnya secara berangsur-angsur,” jelas Nurul.
Kepala Seksi Kedatangan dan Pemulangan Jamaah Haji Daker Bandara Jeddah-Madinah Edayanti Dasril Munir menambahkan, dua maskapai pengangkut jamaah haji yakni Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines sejak masih rapat persiapan pemberangkatan di Jakarta sudah memprediksi dan mengantisipasi akan adanya temperatus panas di atas rata-rata saat pemulangan jamaah haji di Bandara Madinah yang bisa mengganggu penerbangan pesawat.
“Makanya kalau dilihat di jadwal, sebagian besar penerbangan pesawat pemulangan jamaah haji dilaksanakan pada malam hari karena cuaca lebih dingin dibandingkan pada siang hari,” kata Edayanti.
Dia menambahkan, dua pesawat Garuda harus transit ke Bandara Kualanamu karena harus mengisi bahan bakar. Hal ini karena bahan bakar pesawat dikurangi saat berangkat dari Bandara AMMA, Madinah. Biasanya, pesawat Garuda terbang langsung dari AMMA dan mendarat di bandara tempat embarkasi tujuan.
“Dengan kondisi temperatur udara yang sangat panas, maka ada tiga pilihan yang bisa dilakukan, yakni jumlah penumpang dikurangi, bagasi dikurangi atau bahan bakar yang dikurangi. Akhirnya diputuskan bahan bakar atau fuel yang dikurangi. Sehingga pesawat harus transit mengisi bahan bakar di Kualanamu, Medan,” paparnya.
(hyk)