Saudi Harus Tingkatkan Fasilitas Arafah
A
A
A
JEDDAH - Pemerintah Arab Saudi didesak untuk membenahi fasilitas infrastruktur di Padang Arafah, Mekkah untuk musim haji tahun depan. Desakan itu muncul berdasarkan pengalaman banyaknya tenda jamaah haji yang ambruk diterjang angin kencang, listrik padam, hingga toilet yang masih kurang memadai.
Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Jeddah Dharmakirty Syailendra Putra menyatakan, pembenahan infrastruktur itu penting mengingat musim haji tahun depan akan maju sepuluh hari dibandingkan tahun ini. Diperkirakan puncak haji atau wukuf di Arafah berlangsung pada pertengahan September.
“Pada bulan tersebut sedang berlangsung peralihan musim, sehingga kemungkinan akan terjadi lagi angin kencang. Karena itu, tenda di Arafah harus lebih baik supaya tidak ambruk diterjang angin, seperti kejadian tahun ini,” kata Dharmakirty saat rapat evaluasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Jeddah akhir pekan lalu.
Dia juga meminta adanya peningkatan negosiasi untuk musim haji tahun depan supaya pihak Saudi lebih meningkatkan kualitas layanan haji untuk jamaah Indonesia.
Ketua Satgas Arafah Nurul Badruttaman menambahkan, pembenahan kualitas infrastruktur di Arafah salah satunya bisa dilakukan melalui peningkatan diplomasi dan negosiasi Pemerintah Indonesia dengan pihak maktab selaku pemberi layanan kepada jamaah haji ketiba berada di Arafah. Sebab, pada musim haji tahun ini ada beberapa maktab yang kurang bagus pelayanannya.
Tenda yang dibangun terkesan seadanya dan tidak kuat konstruksinya. Sehingga tak kuat saat diterjang angin kencang. Nurul mencontohkan tenda besar untuk jamaah haji di maktab delapan Arafah yang menjelang wukuf justru ambruk diterjang angin kencang. Meski sudah pihaknya sudah mendesak untuk diperbaiki, namun pihak maktab enggan membenani lagi tenda tersebut dengan berbagai alasan.
“Sebenarnya kuncinya perbaikan di Arafah itu tendanya harus permanen, sama seperti yang ada di Mina. Bisa dibandingkan di Mina saat terjadi angin kencang tendanya kuat dan enggak ada yang ambruk,” tegasnya.
Selain tenda, masalah lain yang harus diperhatikan adalah adanya generator listrik (genset) untuk cadangan apabila sewaktu-waktu aliran listrik padam. Pada puncak haji 23 September lalu, aliran listrik di maktab 1-7 padam selama sekitar satu jam.
KORAN SINDO mencatat padamnya listrik terjadi beberapa saat setelah khotbah puncak wukuf. Jamaah yang sedang khusuk berdoa di dalam tenda akhirnya kegerahan karena water cooler atau mesin penyejuk udara mati.
Begitu juga dengan petugas di klinik tenda Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Arafah yang kalang-kabut menangani pasien karena mesin pemompa oksigen dan alat-alat medis lainnya tak berfungsi lantaran listrik padam. Akhirnya petugas harus bekerja manual sementara pasien kepanasan di dalam tenda.
Kasi Kesehatan Daker Bandara Jeddah-Madihan dr Purwakaning Purnomo Agung menambahkan, petugas medis di Arafah sangat kewalahan saat listrik padam. Karena itu, pihaknya sedang menggagas usulan membuat tenda klinik medis yang cukup besar di luar kawasan tenda Arafah. Sehingga pasokan tabung oksigen, listrik, serta pelayanan kepada jamaah haji yang sedang sakit bisa lebih terjamin. “Bisa kita bangun tenda besar sehingga mampu menampung banyak pasien,” jelasnya.
Selama ini tabung oksigen dibatasi ketat masuk ke Arafah meski untuk kepentingan medis dengan alasan maktab khawatir bisa memicu kebakaran.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebelumnya juga menyatakan pentingnya pembenahan tenda di Arafah. “Kalau di Mina bisa dibangun tenda permanen, seharusnya di Arafah juga bisa dibangun tenda permanen. Itu yang akan usulkan kepada pemerintah Arab Saudi,” ujarnya.
Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Jeddah Dharmakirty Syailendra Putra menyatakan, pembenahan infrastruktur itu penting mengingat musim haji tahun depan akan maju sepuluh hari dibandingkan tahun ini. Diperkirakan puncak haji atau wukuf di Arafah berlangsung pada pertengahan September.
“Pada bulan tersebut sedang berlangsung peralihan musim, sehingga kemungkinan akan terjadi lagi angin kencang. Karena itu, tenda di Arafah harus lebih baik supaya tidak ambruk diterjang angin, seperti kejadian tahun ini,” kata Dharmakirty saat rapat evaluasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Jeddah akhir pekan lalu.
Dia juga meminta adanya peningkatan negosiasi untuk musim haji tahun depan supaya pihak Saudi lebih meningkatkan kualitas layanan haji untuk jamaah Indonesia.
Ketua Satgas Arafah Nurul Badruttaman menambahkan, pembenahan kualitas infrastruktur di Arafah salah satunya bisa dilakukan melalui peningkatan diplomasi dan negosiasi Pemerintah Indonesia dengan pihak maktab selaku pemberi layanan kepada jamaah haji ketiba berada di Arafah. Sebab, pada musim haji tahun ini ada beberapa maktab yang kurang bagus pelayanannya.
Tenda yang dibangun terkesan seadanya dan tidak kuat konstruksinya. Sehingga tak kuat saat diterjang angin kencang. Nurul mencontohkan tenda besar untuk jamaah haji di maktab delapan Arafah yang menjelang wukuf justru ambruk diterjang angin kencang. Meski sudah pihaknya sudah mendesak untuk diperbaiki, namun pihak maktab enggan membenani lagi tenda tersebut dengan berbagai alasan.
“Sebenarnya kuncinya perbaikan di Arafah itu tendanya harus permanen, sama seperti yang ada di Mina. Bisa dibandingkan di Mina saat terjadi angin kencang tendanya kuat dan enggak ada yang ambruk,” tegasnya.
Selain tenda, masalah lain yang harus diperhatikan adalah adanya generator listrik (genset) untuk cadangan apabila sewaktu-waktu aliran listrik padam. Pada puncak haji 23 September lalu, aliran listrik di maktab 1-7 padam selama sekitar satu jam.
KORAN SINDO mencatat padamnya listrik terjadi beberapa saat setelah khotbah puncak wukuf. Jamaah yang sedang khusuk berdoa di dalam tenda akhirnya kegerahan karena water cooler atau mesin penyejuk udara mati.
Begitu juga dengan petugas di klinik tenda Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Arafah yang kalang-kabut menangani pasien karena mesin pemompa oksigen dan alat-alat medis lainnya tak berfungsi lantaran listrik padam. Akhirnya petugas harus bekerja manual sementara pasien kepanasan di dalam tenda.
Kasi Kesehatan Daker Bandara Jeddah-Madihan dr Purwakaning Purnomo Agung menambahkan, petugas medis di Arafah sangat kewalahan saat listrik padam. Karena itu, pihaknya sedang menggagas usulan membuat tenda klinik medis yang cukup besar di luar kawasan tenda Arafah. Sehingga pasokan tabung oksigen, listrik, serta pelayanan kepada jamaah haji yang sedang sakit bisa lebih terjamin. “Bisa kita bangun tenda besar sehingga mampu menampung banyak pasien,” jelasnya.
Selama ini tabung oksigen dibatasi ketat masuk ke Arafah meski untuk kepentingan medis dengan alasan maktab khawatir bisa memicu kebakaran.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebelumnya juga menyatakan pentingnya pembenahan tenda di Arafah. “Kalau di Mina bisa dibangun tenda permanen, seharusnya di Arafah juga bisa dibangun tenda permanen. Itu yang akan usulkan kepada pemerintah Arab Saudi,” ujarnya.
(hyk)