KJRI Siap Lanjutkan Pencarian Jamaah di Mina
A
A
A
JEDDAH - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah, Arab Saudi akan melanjutkan tugas tim identifikasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk mencari dua jenazah haji yang masih hilang pascatragedi di Jalan 204, Mina, Arab Saudi 24 September lalu.
Pengambilalihan tugas ini terkait dengan masa tugas PPIH Daerah Kerja (Daker) Mekkah yang akan berakhir pada Jumat 16 Oktober 2015.
Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Jeddah, Dharmakirty Syailendra Putra mengatakan pihaknya siap melanjutkan operasi pencarian dua jamaah haji yang dilaporkan belum kembali ke pemondokan tersebut.
“Seandainya dua orang jamaah itu belum kembali atau ditemukan hingga masa tugas PPIH Daker Makkah berakhir maka secara otomatis diambil alih tim KJRI Jeddah,” katanya di KJRI Jeddah, Rabu (14/10/2015) waktu Arab Saudi.
Menurut Dharmakirty, KJRI selaku perwakilan Pemerintah Indonesia mempunyai tanggung jawab memberikan perlindungan terhadap semua warga negara Indonesia (WNI), termasuk jamaah haji.
“Kami tetap berusaha menemukan dua jamaah haji Indonesia tersebut,” tandasnya.
Dharmakirty juga mengusulkan musim haji tahun depan perlu ada tim krisis PPIH untuk memudahkan koordinasi ketika terjadi peristiwa yang menyebabkan jamaah haji meninggal dunia.
“Dari sisi kepanitian, perlu ada bidang khusus yang bertugas menangani krisis. Apakah bidang khusus ini emergency, semacam itu,” sarannya.
Usulan ini sudah disampaikan dalam rapat evaluasi PPIH di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah akhir pekan lalu.
Kepala Daker Mekkah, Arsyad Hidayat menambahkan tim identifikasi PPIH saat ini berpacu dengan waktu untuk mencari kedua jamaah haji itu sebelum masa tugas berakhir.
“Kami juga berharap keduanya masih hidup,” katanya. Meski demikian, tim tetap berhati-hati dan teliti dalam melakukan pencarian.
Sebenarnya, lanjut Arsyad, tim sempat menemukan jenazah yang mirip dengan seorang jamaah haji Indonsia yang dilaporkan hilang.
Tetapi, PPIH Arab Saudi tidak mendeklarasikan penemuan itu karena belum yakin.
“Ketika akan mendeklarasikan, maka data itu harus punya nilai dan valid. Sehingga, tim melihat langsung isi dokumen dan properti dari jenazah tersebut, ternyata dia merupakan warga negara China,” urainya.
Tim identifikasi PPIH yang terdiri dari anggota TNI, dokter dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tenaga musiman (temus), dan staf KJRI Jeddah, bekerja siang dan malam untuk menemukan seluruh jamaah.
Hingga kemarin tim identifikasi sudah mengidentifikasi 127 WNI, yang terdiri 122 jamaah haji dan 5 pekerja asal Indonesia yang bermukim di Arab Saudi (mukimin).
“Sedangkan jamaah yang dirawat di rumah sakit Arab Saudi akibat peristiwa Mina masih tiga orang,” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) selaku penyelenggara ibadah haji disarankan menyiapkan data antemortem dalam setiap rekam medis jamaah haji untuk mengantisipasi peristiwa yang membutuhkan data pembanding.
Ketua tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri, Kombes Muhammad Mas’udi menjelaskan data antermotem sangat terkait dengan proses identifikasi jenazah.
“Pemerintah harus menyiapkan data untuk menghadapi kejadian yang mengharuskan adanya proses identifikasi. Penyiapan data antemortem itu sangat penting,” katanya.
Data antemortem tersebut adalah identitas ketika seseorang masih hidup seperti rekam medis gigi dan sampel deoxyribonucleic acid (DNA).
Data ini kemudan dapat dibandingkan dengan data postmortem atau data setelah seseorang meninggal dalam proses identifikasi.
Sebelumnya, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Fidiansjah juga sempat mengusulkan perlunya memasukan data dasar seperti rekam gigi dalam data kesehatan jamaah haji.
“Kami rencananya bekerja sama dengan para ahli gigi sehingga identifikasi dasar gigi menjadi lebih mudah dibandingkan dengan pengambila sampel DNA,” jelasnya.
PILIHAN:
Rhoma Irama Ingin Partai Islam Bangkit
Pengambilalihan tugas ini terkait dengan masa tugas PPIH Daerah Kerja (Daker) Mekkah yang akan berakhir pada Jumat 16 Oktober 2015.
Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Jeddah, Dharmakirty Syailendra Putra mengatakan pihaknya siap melanjutkan operasi pencarian dua jamaah haji yang dilaporkan belum kembali ke pemondokan tersebut.
“Seandainya dua orang jamaah itu belum kembali atau ditemukan hingga masa tugas PPIH Daker Makkah berakhir maka secara otomatis diambil alih tim KJRI Jeddah,” katanya di KJRI Jeddah, Rabu (14/10/2015) waktu Arab Saudi.
Menurut Dharmakirty, KJRI selaku perwakilan Pemerintah Indonesia mempunyai tanggung jawab memberikan perlindungan terhadap semua warga negara Indonesia (WNI), termasuk jamaah haji.
“Kami tetap berusaha menemukan dua jamaah haji Indonesia tersebut,” tandasnya.
Dharmakirty juga mengusulkan musim haji tahun depan perlu ada tim krisis PPIH untuk memudahkan koordinasi ketika terjadi peristiwa yang menyebabkan jamaah haji meninggal dunia.
“Dari sisi kepanitian, perlu ada bidang khusus yang bertugas menangani krisis. Apakah bidang khusus ini emergency, semacam itu,” sarannya.
Usulan ini sudah disampaikan dalam rapat evaluasi PPIH di Kantor Urusan Haji (KUH) Jeddah akhir pekan lalu.
Kepala Daker Mekkah, Arsyad Hidayat menambahkan tim identifikasi PPIH saat ini berpacu dengan waktu untuk mencari kedua jamaah haji itu sebelum masa tugas berakhir.
“Kami juga berharap keduanya masih hidup,” katanya. Meski demikian, tim tetap berhati-hati dan teliti dalam melakukan pencarian.
Sebenarnya, lanjut Arsyad, tim sempat menemukan jenazah yang mirip dengan seorang jamaah haji Indonsia yang dilaporkan hilang.
Tetapi, PPIH Arab Saudi tidak mendeklarasikan penemuan itu karena belum yakin.
“Ketika akan mendeklarasikan, maka data itu harus punya nilai dan valid. Sehingga, tim melihat langsung isi dokumen dan properti dari jenazah tersebut, ternyata dia merupakan warga negara China,” urainya.
Tim identifikasi PPIH yang terdiri dari anggota TNI, dokter dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tenaga musiman (temus), dan staf KJRI Jeddah, bekerja siang dan malam untuk menemukan seluruh jamaah.
Hingga kemarin tim identifikasi sudah mengidentifikasi 127 WNI, yang terdiri 122 jamaah haji dan 5 pekerja asal Indonesia yang bermukim di Arab Saudi (mukimin).
“Sedangkan jamaah yang dirawat di rumah sakit Arab Saudi akibat peristiwa Mina masih tiga orang,” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) selaku penyelenggara ibadah haji disarankan menyiapkan data antemortem dalam setiap rekam medis jamaah haji untuk mengantisipasi peristiwa yang membutuhkan data pembanding.
Ketua tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri, Kombes Muhammad Mas’udi menjelaskan data antermotem sangat terkait dengan proses identifikasi jenazah.
“Pemerintah harus menyiapkan data untuk menghadapi kejadian yang mengharuskan adanya proses identifikasi. Penyiapan data antemortem itu sangat penting,” katanya.
Data antemortem tersebut adalah identitas ketika seseorang masih hidup seperti rekam medis gigi dan sampel deoxyribonucleic acid (DNA).
Data ini kemudan dapat dibandingkan dengan data postmortem atau data setelah seseorang meninggal dalam proses identifikasi.
Sebelumnya, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Fidiansjah juga sempat mengusulkan perlunya memasukan data dasar seperti rekam gigi dalam data kesehatan jamaah haji.
“Kami rencananya bekerja sama dengan para ahli gigi sehingga identifikasi dasar gigi menjadi lebih mudah dibandingkan dengan pengambila sampel DNA,” jelasnya.
PILIHAN:
Rhoma Irama Ingin Partai Islam Bangkit
(dam)