Menteri Agama Sambangi Pesantren Para Ulama Indonesia di Mekkah
A
A
A
MEKKAH - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghadiri haul ke-22 Syekh Ismail Zein di Pesantren Riyadul Jannah, Ruseifah, Mekkah. Syekh Ismail merupakan ulama terkemuka di Mekkah yang menjadi guru dari sejumlah ulama dan kiai di Indonesia.
“Syekh Ismail Zein adalah ulama besar di Mekkah yang menjadi tempat belajar para kiai dari Indonesia. Selaku pemerintah, saya menghaturkan terima kasih karena tempat ini telah memberikan banyak manfaat,” terang Lukman, Selasa 29 September waktu Arab Saudi.
Haul ke-22 Syekh Ismail diperingati dengan sederhana di dalam Masjid Pesantren Riyadhul Jannah. Selain para santri yang kebanyakan berasal dari Indonesia dan jamaah haji Indonesia, hadir juga salah salah satu ulama Turki, Syekh Mahmud.
Seperti di Indonesia, peringatan haul diisi dengan pembacaan Surat Yasin, Al Waqiah, Al Mulk, dan tahlil. Perjuangan Syekh Ismail dilanjutkan oleh puteranya, Syekh Muhammad bin Ismasil Zein.
Lukman menjelaskan, sejak puluhan tahun yang lalu banyak ulama Indonesia yang belajar di Pesantren Riyadhul Jannah. Karenanya, pemikiran dan ajaran Syekh Ismail banyak mewarnai pandangan ulama Indonesia. Sehingga bermanfaat dalam menjaga Islam di Indonesai agar tetap rahmatan lil alamin, wasathiyyah, tasammuh, tawazun, dan tawassuth.
“Semua itu sesungguhnya karena pengaruh jasa dari banyak guru yang ada di Tanah Suci dan salah satunya adalah yang ada di majelis ini,” tandas Menag.
Selaku pemerintah, Lukman menyampaikan terima kasih kepada Syekh Muhammad yang mampu melanjutkan, tidak hanya memelihara dan menjaga, tapi juga mengembangkan pesantren ini sehingga para pelajar Indonesia bisa belajar dan memanfaatkan ilmunya di Tanah Air.
Syekh Muhammad dalam sambutannya juga menghaturkan terima kasih atas kehadiran Menteri Agama Lukman dan para jamaah haji lainnya. Menurutnya, kehadiran mereka tidak hanya sebagai saudara sesama Muslim, tetapi juga sebagai tamu-tamu Allah. “Barangsiapa menghormati tamu Allah maka akan dihormati Allah,” terangnya.
Syekh Muhammad menambahkan, Pesantren Riyadhul Jannah ini didirikan sejak sekitar lima puluh tahun yang lalu oleh ayahnya, Syekh Ismail Zein. “Alhamdulilah sampai sekarang masih berjalan,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Agama memberikan kenang-kenangan kepada Syekh Muhammad berupa sarung tenun khas Indonesia. “Ini sarung khas Indonesia dari saya pribadi semoga menjadikan Syekh Muhammad selalu terkenang dengan Indonesia,” kata Menag sembari menyerahkan bingkisan sarung kepada tuan rumah. Sementara, Syekh Muhammad juga memberikan kenang-kenangan kepada Menag berupa Kitab Suci Alquran.
Seusai pengajian, diadakan makan bersama dengan menu Nasi Kabsah. Tampak Menag dan Syekh Muhammad berbaur bersama para santri dan undangan lainnya, makan bersama sajian nasi dan daging kambing di beberapa penampan besar.
“Syekh Ismail Zein adalah ulama besar di Mekkah yang menjadi tempat belajar para kiai dari Indonesia. Selaku pemerintah, saya menghaturkan terima kasih karena tempat ini telah memberikan banyak manfaat,” terang Lukman, Selasa 29 September waktu Arab Saudi.
Haul ke-22 Syekh Ismail diperingati dengan sederhana di dalam Masjid Pesantren Riyadhul Jannah. Selain para santri yang kebanyakan berasal dari Indonesia dan jamaah haji Indonesia, hadir juga salah salah satu ulama Turki, Syekh Mahmud.
Seperti di Indonesia, peringatan haul diisi dengan pembacaan Surat Yasin, Al Waqiah, Al Mulk, dan tahlil. Perjuangan Syekh Ismail dilanjutkan oleh puteranya, Syekh Muhammad bin Ismasil Zein.
Lukman menjelaskan, sejak puluhan tahun yang lalu banyak ulama Indonesia yang belajar di Pesantren Riyadhul Jannah. Karenanya, pemikiran dan ajaran Syekh Ismail banyak mewarnai pandangan ulama Indonesia. Sehingga bermanfaat dalam menjaga Islam di Indonesai agar tetap rahmatan lil alamin, wasathiyyah, tasammuh, tawazun, dan tawassuth.
“Semua itu sesungguhnya karena pengaruh jasa dari banyak guru yang ada di Tanah Suci dan salah satunya adalah yang ada di majelis ini,” tandas Menag.
Selaku pemerintah, Lukman menyampaikan terima kasih kepada Syekh Muhammad yang mampu melanjutkan, tidak hanya memelihara dan menjaga, tapi juga mengembangkan pesantren ini sehingga para pelajar Indonesia bisa belajar dan memanfaatkan ilmunya di Tanah Air.
Syekh Muhammad dalam sambutannya juga menghaturkan terima kasih atas kehadiran Menteri Agama Lukman dan para jamaah haji lainnya. Menurutnya, kehadiran mereka tidak hanya sebagai saudara sesama Muslim, tetapi juga sebagai tamu-tamu Allah. “Barangsiapa menghormati tamu Allah maka akan dihormati Allah,” terangnya.
Syekh Muhammad menambahkan, Pesantren Riyadhul Jannah ini didirikan sejak sekitar lima puluh tahun yang lalu oleh ayahnya, Syekh Ismail Zein. “Alhamdulilah sampai sekarang masih berjalan,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Agama memberikan kenang-kenangan kepada Syekh Muhammad berupa sarung tenun khas Indonesia. “Ini sarung khas Indonesia dari saya pribadi semoga menjadikan Syekh Muhammad selalu terkenang dengan Indonesia,” kata Menag sembari menyerahkan bingkisan sarung kepada tuan rumah. Sementara, Syekh Muhammad juga memberikan kenang-kenangan kepada Menag berupa Kitab Suci Alquran.
Seusai pengajian, diadakan makan bersama dengan menu Nasi Kabsah. Tampak Menag dan Syekh Muhammad berbaur bersama para santri dan undangan lainnya, makan bersama sajian nasi dan daging kambing di beberapa penampan besar.
(hyk)