Astuti, Penolong Jamaah Haji yang Tersesat

Minggu, 27 September 2015 - 15:50 WIB
Astuti, Penolong Jamaah Haji yang Tersesat
Astuti, Penolong Jamaah Haji yang Tersesat
A A A
MEKKAH - Astuti menjadi salah satu andalan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk mengantar jamaah yang tersesat saat menjalankan ibadah.

Tapi tunggu dulu. Astuti bukan seorang perempuan tapi sepeda motor berwarna merah dengan sayap putih keluaran tahun 1973.

Sepeda motor itu bolak-balik membawa jamaah dari posko jamaah yang tersesat menuju tenda jamaah Indonesia di Mina yang memiliki 48 maktab.

Selebihnya untuk jamaah Mina Jadid yang tersasar akan dibawa menggunakan bus coaster karena jaraknya jauh.

“Astuti itu singkatan dari Astrea tujuh tiga, sepeda motor yang selama ini kita pakai sejak dari Madinah sampai di Mina. Kalau di Madinah digunakan petugas pengawas katering melakukan pengawasan ke hotel dan dapur katering. Kalau di Mina untuk mengantar jamaah yang tersasar (tersesat),” kata Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Mina, Nasrullah Jassam di Arab Saudi, belum lama ini.

Kendati demikian, kemampuannya tetap bisa diandalkan. “Waktu saya masih menjadi mahasiswa dan bekerja sebaga tenaga musiman (temus) panitia penyelenggara haji tahun 1998, sepeda motor Astuti ini sudah ada. Jadi sudah lama,” ucapnya.

Saat hari pertama jamaah mabit di Mina, Astuti hilir mudik mengantar jamaah tersasar yang rata-rata sudah lanjut usia (lansia). Sepeda motor ini stand by di depan Posko Haji Indonesia, Mina yang berada di dekat Maktab 51.

Jamaah yang tersesat di Jamarat diantar oleh petugas ke Posko Indonesia yang berjarak lebih dari 2 kilometer. Setelah sampai di posko, jamaah dicatat oleh petugas kemudian diminta menunggu untuk kemudian diantar ke tenda. Di sana, jamaah diberi makanan dan minuman.

“Jumlah motornya enggak banyak. Hanya delapan unit tapi masih enak dipakai. Selama saya pakai sih belum pernah mogok. Setiap jamaah yang tersasar diantar sampai ke tenda pemondokan. Tidak hanya sampai ke Maktab namun ke tenda tempat jamaah tinggal,” tutur Nabik, mukimin asal Banjarmasih, Kalimantan Barat.

Pada hari pertama, Nabik mengaku mengantar hingga sekira 60 jamaah. Untuk lokasi pemondokan denga tenda yang memiliki warna sama, dia mengaku tidak bingung karena telah sebelumnya telah melakukan survei.

“Yang paling terasa itu panasnya, mantap. Tapi jamaah senang-senang saja meski panasnya terasa sekali,” lanjut pria yang sudah bermukim di Arab Saudi sejak 2002 silam.

Jamil, pengemudi Astuti lainnya menjelaskan sepeda motor yang dikemudikannya jarang mogok walaupun terus dipakai mengantar jamaah.

“Ya pelan-pelan jalannya, selain motornya sudah tua juga karena kebanyakan jamaan yang diantar sudah lansia (lanjut usia),” kata Jamil.

Biasanya selesai mengantar jamaah, Jamil maupun Nabik dan pengemudi Astuti juga sering dicegat jamaah lain yang juga meminta diantarkan.

“Pas di tengah perjalanan pulang sering kali jamaah minta diantar. Ya kita anter makanya kami itu lama di situ. Harus siap antar jamaah di manapun,” ucapnya.

Mekanik Astuti, Yusuf Muliana Edsy Makmur menjelaskan sepeda motor itu memiliki mesin berkapasitas 70 cc dan 90 cc yang cocok untuk menembus kepadatan jalan seperti di kawasan tenda pemondokan jamaah di Mina.

Selain itu, motor ini hanya dibekali tiga transmisi perpindahan kecepatan dan tromol di kedua rodanya.

“Bisa tetap lincah di jalan. Jamaah yang jarak tendanya sekitar 1 km lebih bisa diantar pakai motor ini,” katanya.

Kendati sudah berusia tua, sepeda motor ini termasuk awet dan masih bertenaga. Setelah musim haji berakhir, sepeda motor ini kembali masuk gudang untuk disimpan.


PILIHAN:


Jamaah Haji Indonesia Korban Wafat Tragedi Mina Bertambah
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7009 seconds (0.1#10.140)