12 Jamaah Haji Indonesia Wafat di Arafah

Rabu, 23 September 2015 - 23:10 WIB
12 Jamaah Haji Indonesia...
12 Jamaah Haji Indonesia Wafat di Arafah
A A A
ARAFAH - Suhu panas yang melanda Padang Arafah saat wukuf atau puncak haji membuat banyak jamaah tumbang dan harus dibawa ke klinik tenda Balai Kesehatan Haji Indonesia (BPHI) Arafah. Tercatat ada 12 jamaah yang meninggal dunia karena sesak napas dan dehidrasi.

Koordinator BPHI Arafah dr Agus Hidayat menjelaskan, sampai jam 17.00 waktu setempat jamaah yang meninggal di BPHI ada empat orang dan delapan jamaah meninggal di Maktab atau tendanya.

Agus menambahkan, empat orang yang meninggal di BPHI tersebut tiga jamaah karena heatstroke dan seorang lagi karena gagal napas akibat penyakit asmanya kambuh. Sedangkan jamaah yang di tenda sebelum meninggal sudah ditangani paramedis.

"Sudah ditangani dokter di tenda jamaah namun karena kondisinya parah sehingga akhirnya meninggal di Arafah," timpalnya, Rabu (23/9/2015). Rata-rata jamaah yang meninggal berusia di atas usia 60 tahun. "Jamaah yang masuk rata-rata karena dehidrasi," jelasnya.

Agus menyatakan, dari jamaah usia resiko tinggi yang mencapai 60% lebih maka yang umurnya di atas 60 tahun sebanyak 40%.

Agus menambahkan, pasien yang masuk sekitar 130 jamaah haji. Dari jumlah tersebut yang dirujuk ke RS Arafah sebanyak 20 jamaah lebih.

Terkait matinya aliran listrik pascawukuf selama sekitar 30 menit lebih, Agus menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya yang terjadi di Arab Saudi, listrik dan sinyal handphone kadang memang dimatikan untuk khusyuknya jamaah untuk melakukan wukuf.

Mengapa tidak pakai generator? "Sulit dilakukan, kita bawa tabung oksigen saja nggak boleh. Mereka takut meledak. Apalagi bawa generator, sangat sulit izinnya," jelasnya.

Agus menambahkan, pasien yang masuk sekitar 130 jamaah haji. Dari jumlah tersebut yang dirujuk ke RS Arafah sebanyak 20 jamaah lebih.

Sedangkan jamaah yang meninggal yakni Muhammad Sodik Palil (61) Kloter 37 Surabaya (SUB); Djani (67) Kloter 33 SUB; Nurhayati (62) Kloter 6 Aceh (BTJ); serta Hamid (65) Kloter 4 Batam (BTH).

Terpisah, Kasatgas Arafah Nurul Badruttamam menjelaskan, kebanyakan jamaah haji yang sakit memang karena dehidrasi, dan heatstroke.

Nurul mengakui, ketersediaan air memang kurang. Karena itu, rekomendasi untuk tahun depan pasokan air minumnya harus lebih banyak.

"Memang pascawukuf biasanya banyak yang sakit.Tahun kemarin pascawukuf juga banyak yang tumbang seperti ini," jelasnya.

Sementara itu, aliran listrik yang sempat mati pascawukuf di Arafah membuat BPIH kelimpungan. Peralatan media yang menggunakan listrik sama sekali tak berfungsi. Apalagi tak ada generator cadangan.

Listrik mati setelah wukuf karena korsleting di maktab 1 sampai 7. Termasuk klinik tenda BPHI yang berada di Maktab 7.

"Kita tanya ke perusahaan listrik matinya aliran listrik sekitar setengah jam. Ya memang akhirnya sekitar itu baru hidup lagi aliranya," jelasnya.

Menurut Nurul, evaluasi ke depan harus ada genset otomatis. Terutama di klinik tenda BPHI yang semuanya memerlukan energi listrik.

"Kalau di sini (Arab) genset otomatis kan sebenarnya ada, tinggal ketersediaan anggarannya untuk menyewanya," tandasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8093 seconds (0.1#10.140)