Hungaria Tutup Perbatasan
A
A
A
BUDAPEST - Hungaria menutup perbatasannya dengan Serbia, kemarin, saat undang-undang antimigran mulai berlaku.
Penutupan perbatasan ini dilakukan seiring desakan Jerman agar negara-negara Uni Eropa (UE) bersedia menyepakati kuota migran. ”Titik perlintasan jalan Roszke dan Asothalom sudah menghentikan operasional sejak Selasa (15/9) pukul 07.00 pagi,” ungkap Laszlo Balazs, pejabat kantor polisi perbatasan saat konferensi pers di Budapest kemarin.
Ada beberapa laporan berbeda dari perbatasan. Beberapa staf badan bantuan menyatakan, perlintasan Roszke ditutup sejak tengah malam kemarin. ” Perbatasan sudah ditutup dan belum dibuka lagi,” kata juru bicara UNHCR di perbatasan, Babar Baloch, pada kantor berita AFP . ”Staf kami tidak memiliki akses dan otoritas Hungaria tidak membiarkan kami tahu tentang jadwal apa pun tentang kapan mereka membuka kembali perbatasan,” ujar Baloch.
Setelah otoritas menutup jalur perbatasan utama, Hungaria terus membiarkan beberapa migran masuk melalui pos masuk perbatasan resmi yang letakkan berjarak dua kilometer. Meski demikian, otoritas tidak lagi mengizinkan orang masuk meskipun melalui rute resmi karena Serbia tidak mengontrol arus pengungsi.
”Langkah ini diambil karena situasi yang berkembang di Serbia, lantaran kontrol perbatasan tidak ada,” tutur Balazs yang menambahkan, pihaknya dapat membuka kembali perbatasan jika ada perubahan situasi.
Polisi Hungaria menjelaskan, rekor 9.380 orang masuk Hungaria pada Senin (14/9), hampir dua kali lipat dari jumlah sebelumnya pada pekan lalu. Meski demikian, data polisi Hungaria ini tidak sesuai dengan informasi dari wartawan AFP di lapangan yang melihat jumlah migran lebih banyak di perbatasan dibandingkan harihari sebelumnya.
”UNHCR mengkhawatirkan bahwa kombinasi langkah individual berbeda mungkin menciptakan situasi di mana pengungsi dalam jumlah besar di Eropa akan membuat mereka mengalami masalah hukum. Padahal, para pencari suaka itu dilindungi sesuai hukum internasional,” kata Baloch dari UNHCR.
Para pengungsi yang melintasi perbatasan sebelum ditutup, dibawa dengan bus menuju stasiun kereta di kota perbatasan, Roszke, tempat mereka kemudian naik kereta. Laporan yang belum dikonfirmasi menyatakan bahwa para pengungsi itu dibawa ke perbatasan Austria.
Fayik, 20, pria Afghanistan yang masuk Hungaria dalam waktu kurang dari 24 jam sebelum pagar perbatasan ditutup menjelaskan bahwa dia dibawa langsung ke perbatasan Austria tanpa didaftar oleh polisi Hungaria. Sementara, Jerman setuju menggunakan dana bantuan UE untuk menekan negaranegara anggota agar bersedia menerima kuota migran untuk relokasi 120.000 pengungsi.
Tekanan ini dilakukan Jerman setelah beberapa negara UE di wilayah timur menolak rencana distribusi migran. ”Situasi negosiasi diharapkan tidak terjadi pada negaranegara yang menolak. Kami perlu membahas cara mengerahkan tekanan. Sering negaranegara itu menerima banyak dana struktural dari UE,” papar Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere kepada jaringan televisi ZDF .
”Presiden Komisi Eropa Jean- Claude Juncker menyarankan bahwa kita harus melihat apakah negara-negara ini harus mendapat dana struktural lebih sedikit. Saya sepakat dengan itu,” tutur Thomas de Maiziere.
Rencana mendistribusikan para pengungsi di penjuru UE mendapat penolakan dari Hungaria, Republik Czech, Slovakia, dan Romania. Jerman yang memperkirakan menerima 1 juta pencari suaka tahun ini meminta negara-negara Eropa lainnya mengambil bagian dalam menampung para migran.
Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel menegaskan, Eropa akan malu sendiri jika para menteri UE tidak mencapai kesepakatan tentang rencana kuota migran. ” Eropa sekali lagi malu sendiri kemarin,” tutur Gabriel sehari setelah para menteri UE gagal mencapai kesepakatan untuk menampung 120.000 pengungsi.
Syarifudin
Penutupan perbatasan ini dilakukan seiring desakan Jerman agar negara-negara Uni Eropa (UE) bersedia menyepakati kuota migran. ”Titik perlintasan jalan Roszke dan Asothalom sudah menghentikan operasional sejak Selasa (15/9) pukul 07.00 pagi,” ungkap Laszlo Balazs, pejabat kantor polisi perbatasan saat konferensi pers di Budapest kemarin.
Ada beberapa laporan berbeda dari perbatasan. Beberapa staf badan bantuan menyatakan, perlintasan Roszke ditutup sejak tengah malam kemarin. ” Perbatasan sudah ditutup dan belum dibuka lagi,” kata juru bicara UNHCR di perbatasan, Babar Baloch, pada kantor berita AFP . ”Staf kami tidak memiliki akses dan otoritas Hungaria tidak membiarkan kami tahu tentang jadwal apa pun tentang kapan mereka membuka kembali perbatasan,” ujar Baloch.
Setelah otoritas menutup jalur perbatasan utama, Hungaria terus membiarkan beberapa migran masuk melalui pos masuk perbatasan resmi yang letakkan berjarak dua kilometer. Meski demikian, otoritas tidak lagi mengizinkan orang masuk meskipun melalui rute resmi karena Serbia tidak mengontrol arus pengungsi.
”Langkah ini diambil karena situasi yang berkembang di Serbia, lantaran kontrol perbatasan tidak ada,” tutur Balazs yang menambahkan, pihaknya dapat membuka kembali perbatasan jika ada perubahan situasi.
Polisi Hungaria menjelaskan, rekor 9.380 orang masuk Hungaria pada Senin (14/9), hampir dua kali lipat dari jumlah sebelumnya pada pekan lalu. Meski demikian, data polisi Hungaria ini tidak sesuai dengan informasi dari wartawan AFP di lapangan yang melihat jumlah migran lebih banyak di perbatasan dibandingkan harihari sebelumnya.
”UNHCR mengkhawatirkan bahwa kombinasi langkah individual berbeda mungkin menciptakan situasi di mana pengungsi dalam jumlah besar di Eropa akan membuat mereka mengalami masalah hukum. Padahal, para pencari suaka itu dilindungi sesuai hukum internasional,” kata Baloch dari UNHCR.
Para pengungsi yang melintasi perbatasan sebelum ditutup, dibawa dengan bus menuju stasiun kereta di kota perbatasan, Roszke, tempat mereka kemudian naik kereta. Laporan yang belum dikonfirmasi menyatakan bahwa para pengungsi itu dibawa ke perbatasan Austria.
Fayik, 20, pria Afghanistan yang masuk Hungaria dalam waktu kurang dari 24 jam sebelum pagar perbatasan ditutup menjelaskan bahwa dia dibawa langsung ke perbatasan Austria tanpa didaftar oleh polisi Hungaria. Sementara, Jerman setuju menggunakan dana bantuan UE untuk menekan negaranegara anggota agar bersedia menerima kuota migran untuk relokasi 120.000 pengungsi.
Tekanan ini dilakukan Jerman setelah beberapa negara UE di wilayah timur menolak rencana distribusi migran. ”Situasi negosiasi diharapkan tidak terjadi pada negaranegara yang menolak. Kami perlu membahas cara mengerahkan tekanan. Sering negaranegara itu menerima banyak dana struktural dari UE,” papar Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere kepada jaringan televisi ZDF .
”Presiden Komisi Eropa Jean- Claude Juncker menyarankan bahwa kita harus melihat apakah negara-negara ini harus mendapat dana struktural lebih sedikit. Saya sepakat dengan itu,” tutur Thomas de Maiziere.
Rencana mendistribusikan para pengungsi di penjuru UE mendapat penolakan dari Hungaria, Republik Czech, Slovakia, dan Romania. Jerman yang memperkirakan menerima 1 juta pencari suaka tahun ini meminta negara-negara Eropa lainnya mengambil bagian dalam menampung para migran.
Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel menegaskan, Eropa akan malu sendiri jika para menteri UE tidak mencapai kesepakatan tentang rencana kuota migran. ” Eropa sekali lagi malu sendiri kemarin,” tutur Gabriel sehari setelah para menteri UE gagal mencapai kesepakatan untuk menampung 120.000 pengungsi.
Syarifudin
(ftr)