Segepok Kapas Jadi Alat Pertolongan Pertama
A
A
A
MEKKAH - Kain Ihram yang dikenakan Doni Wahidul Akbar, 26, masih ada bercak darah seusai mengevakuasi seorang ibu jamaah asal Batam yang menjadi korban crane ambruk di Masjidilharam.
”Ibu itu terluka di kepala, dia masih hidup. Saya panggil petugas yang biasanya mendorong kursi roda. Ibu itu saya naikkan ke kursi roda. Petugas itu yang mendorong, sedangkan saya mencari jalan. Kondisi lantai saat itu sudah tergenang,” paparnya. Setengah berlari, mereka akhirnya menuju pintu keluar 19 di Babussalam yang lokasinya berada di bawah tempat sai.
Kabel yang berseliweran di dekat pintu hati-hati dilewatinya. Ibu itu dibawa ke Medical Center yang jaraknya sekitar 100 meter dari pintu. Saat itu ambulans belum datang. Dokter yang berjaga pun hanya seorang. Setelah diserahkan ke dokter, dengan jantung berdebar kencang Doni berangkat lagi sambil membawa segepok kapas yang diberikan paramedis untuk menolong jamaah lain. ”Saya baru melihat kejadian ini seumur hidup,” ujarnya sambil menghela napas.
Dia mengisahkan, saat itu lantai sudah banjir, becek parah. Dari dekat lokasi jatuhnya bandul crane , dia pun kemudian beranjak ke tempat sai. Doni berpikir di situ banyak jamaah Indonesia yang harus diselamatkan. Namun, langkahnya ditahan petugas yang melarangnya keluar karena ternyata banyak orang yang tersetrum.
Saat menyeberang di tempat sai, dia menemukan jamaah pria asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang menderita luka di bagian kepala. Jamaah itu dipapah istrinya. Doni meminta korban menepi sambil dia mencari pertolongan. ”Penjaga tempat sai mengaku sudah menghubungi 50 unit ambulans,” katanya.
Baru melangkah beberapa meter, Doni kembali menemukan seorang ibu jamaah asal Padang yang kepalanya berlumuran darah karena tertimpa material bangunan yang ambruk. ”Tolong saya nak,” kata Doni menirukan suara ibu yang bibirnya sudah bengkak itu. Doni pun mengumpulkan para korban.
Dia sempat bingung mana yang harus dievakuasi duluan. Akhirnya dia berinisiatif menutup luka para jamaah memakai kapas yang dibawa dari Medical Center. ”Ibu pegang, ibu pegang dulu, biar lukanya saya tempeli kapas,” tuturnya mengisahkan pengalaman menegangkan saat itu.
Doni dan seorang petugas asal Lombok akhirnya bisa mengevakuasi semuanya ke Medical Center. Sesaat setelah itu datanglah ambulans. Yang pertama saya angkut itu ibu yang berasal dari Batam. Identitas asal daerah itu Doni ketahui dari tas kecil yang digantung di leher si ibu.
”Saya sempat khawatir karena ibu itu sempat mengeluarkan darah dari mulut dan kepalanya terluka. Pas saya mau ke bawah, saya ketemu lagi sama jamaah, yakni ibu dari Aceh yang tulang kedua kakinya patah. Dia ditidurkan di pagar hijau,” urainya.
Terakhir datang pria muda asal Jakarta yang berperawakan gemuk. Kain ihram yang melilit kepala pria itu berlumuran darah. Pria yang terkulai lemah itu diangkat ke ambulans. Mereka harus berebut ambulans saking banyaknya korban. Doni juga sempat melihat seorang ibu dari Medan yang tergeletak di dekat lokasi kejadian. Saat dicek, ternyata sudah meninggal.
Evakuasi terhadap korban dilakukan secara cepat dan sampai bersih semua, hingga akhirnya Doni dan temannya disuruh keluar. ”Beberapa menit jelang Isya sudah selesai semuanya. Isya sudah dipakai buat salat berjamaah,” pungkasnya.
SUNU HASTORO F
”Ibu itu terluka di kepala, dia masih hidup. Saya panggil petugas yang biasanya mendorong kursi roda. Ibu itu saya naikkan ke kursi roda. Petugas itu yang mendorong, sedangkan saya mencari jalan. Kondisi lantai saat itu sudah tergenang,” paparnya. Setengah berlari, mereka akhirnya menuju pintu keluar 19 di Babussalam yang lokasinya berada di bawah tempat sai.
Kabel yang berseliweran di dekat pintu hati-hati dilewatinya. Ibu itu dibawa ke Medical Center yang jaraknya sekitar 100 meter dari pintu. Saat itu ambulans belum datang. Dokter yang berjaga pun hanya seorang. Setelah diserahkan ke dokter, dengan jantung berdebar kencang Doni berangkat lagi sambil membawa segepok kapas yang diberikan paramedis untuk menolong jamaah lain. ”Saya baru melihat kejadian ini seumur hidup,” ujarnya sambil menghela napas.
Dia mengisahkan, saat itu lantai sudah banjir, becek parah. Dari dekat lokasi jatuhnya bandul crane , dia pun kemudian beranjak ke tempat sai. Doni berpikir di situ banyak jamaah Indonesia yang harus diselamatkan. Namun, langkahnya ditahan petugas yang melarangnya keluar karena ternyata banyak orang yang tersetrum.
Saat menyeberang di tempat sai, dia menemukan jamaah pria asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang menderita luka di bagian kepala. Jamaah itu dipapah istrinya. Doni meminta korban menepi sambil dia mencari pertolongan. ”Penjaga tempat sai mengaku sudah menghubungi 50 unit ambulans,” katanya.
Baru melangkah beberapa meter, Doni kembali menemukan seorang ibu jamaah asal Padang yang kepalanya berlumuran darah karena tertimpa material bangunan yang ambruk. ”Tolong saya nak,” kata Doni menirukan suara ibu yang bibirnya sudah bengkak itu. Doni pun mengumpulkan para korban.
Dia sempat bingung mana yang harus dievakuasi duluan. Akhirnya dia berinisiatif menutup luka para jamaah memakai kapas yang dibawa dari Medical Center. ”Ibu pegang, ibu pegang dulu, biar lukanya saya tempeli kapas,” tuturnya mengisahkan pengalaman menegangkan saat itu.
Doni dan seorang petugas asal Lombok akhirnya bisa mengevakuasi semuanya ke Medical Center. Sesaat setelah itu datanglah ambulans. Yang pertama saya angkut itu ibu yang berasal dari Batam. Identitas asal daerah itu Doni ketahui dari tas kecil yang digantung di leher si ibu.
”Saya sempat khawatir karena ibu itu sempat mengeluarkan darah dari mulut dan kepalanya terluka. Pas saya mau ke bawah, saya ketemu lagi sama jamaah, yakni ibu dari Aceh yang tulang kedua kakinya patah. Dia ditidurkan di pagar hijau,” urainya.
Terakhir datang pria muda asal Jakarta yang berperawakan gemuk. Kain ihram yang melilit kepala pria itu berlumuran darah. Pria yang terkulai lemah itu diangkat ke ambulans. Mereka harus berebut ambulans saking banyaknya korban. Doni juga sempat melihat seorang ibu dari Medan yang tergeletak di dekat lokasi kejadian. Saat dicek, ternyata sudah meninggal.
Evakuasi terhadap korban dilakukan secara cepat dan sampai bersih semua, hingga akhirnya Doni dan temannya disuruh keluar. ”Beberapa menit jelang Isya sudah selesai semuanya. Isya sudah dipakai buat salat berjamaah,” pungkasnya.
SUNU HASTORO F
(ftr)