PKS Revisi Arah Perjuangan

Selasa, 15 September 2015 - 10:51 WIB
PKS Revisi Arah Perjuangan
PKS Revisi Arah Perjuangan
A A A
JAKARTA - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berpeluang merebut dukungan signifikan dalam Pemilu 2019 setelah mengubah garis perjuangannya dengan kembali mengokohkan diri sebagai partai dakwah.

Dalam pidato pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) IV PKS di Depok, Jawa Barat, kemarin, Presiden PKS Muhammad Sohibul Iman meminta seluruh kader agar membawa PKS kembali ke jati diri semula sebagai partai dakwah. Dalam pandangannya PKS bukan hanya partai politik, melainkan juga mengemban misi dakwah yang bertujuan memberi kontribusi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan cara itu, Sohibul yang terpilih sebagai presiden PKS pada 10 Agustus 2015 berharap dukungan rakyat akan kembali kepada partainya. ”Kita harus memperbaiki diri dan konsisten mengamalkan slogan partai, yakni bersih, peduli dan profesional,” ujarnya.

Pengamat politik dari UI, Agung Suprio, dan Siti Zuhro dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai berubahnya garis perjuangan PKS tersebut akan mampu menarik simpati masyarakat, termasuk pemilih yang dalam beberapa pemilu terakhir meninggalkan PKS.

”Kalau sekarang kembali menjadi partai dakwah, itu artinya PKS kembali ke fase awal saat berdiri. Sohibul ingin kembali menjadikan politik sebagai sarana untuk berdakwah, bukan tujuan untuk merebut kekuasaan,” ujar Agung kemarin.

Menurut Agung, perjalanan PKS memang terbagi ke beberapa fase. Pertama , fase sebagai partai dakwah ketika pertama didirikan oleh sejumlah aktivis dakwah pada pertengahan 1998 dengan nama Partai Keadilan . Dia menilai fase ini sangat ideal karena saat itu partai digerakkan sebagai sarana untuk berdakwah. Sedangkan fase kedua , yakni ketika partai berubah nama menjadi PKS.

Di era ini unsur politik PKS sudah lebih kental ketimbang dakwahnya. Akhirnya partai yang semula identik dengan dakwah itu berubah orientasi dengan ikut mengejar kekuasaan. Pada fase ini, kata dia, PKS mulai melupakan umat sebagai objek dakwah karena larut dalam kerja-kerja politik jangka pendek.

Agung optimistis PKS yang memiliki 40 kursi di DPR ini mampu merebut pemilihnya kembali terutama mereka yang rindu akan dakwah. Menurut Agung, pemilih PKS adalah umat Islam yang pada dasarnya sangat potensial sebagai basis massa. Menurut Siti Zuhro, dengan pilihan kembali menjadi partai dakwah PKS ingin tampil sebagai solusi bagi permasalahan yang dialami masyarakat.

Dia melihat partai dakwah yang diserukan Sohibul Iman tidak berarti akan memperkecil capaian suara PKS di pemilu. ”Seruan dakwah yang baik bahkan bisa menjadi solusi bagi masyarakat,” ujarnya kemarin.

Dia menilai keputusan PKS untuk kembali menjadi partai dakwah didasarkan pada hasil review yang panjang dan mendalam. Dengan itu PKS ingin kembali mewujudkan konsistensi dan komitmennya sebagai partai bersih, peduli, dan nasionalis. ”PKS sedang sungguhsungguh ingin membumikan partai ini di Indonesia, ingin memberikan sumbangsih terhadap negaranya,” ucapnya.

Target 10% Suara

Mengenai target suara untuk pemilu depan, Sohibul Iman bertekad kembali membawa PKS ke papan atas perolehan suara setelah sekian lama berkutat di papan tengah. Dia menargetkan partainya meraih suara di atas 10% dalam Pemilu 2019. Sohibul mengajak seluruh kader PKS mewujudkan target tersebut dengan meminta struktur partai di daerah untuk menerjemahkannya. ”Silakan terjemahkan di daerah. Kita berlomba-lomba untuk mencapai parpol papan atas,” ujarnya.

Dalam arahannya Sohibul mengajak kader PKS untuk mengokohkan partai sebagai partai dakwah, baik di internal maupun eksternal. Kedua, mengajak kader PKS membangun kebersamaan dengan seluruh elemen bangsa, tanpa melihat suku, agama, maupun ras untuk membangun negeri.

”Ketiga, kita ingin Indonesia aktif dalam percaturan internasional. PKS harus menjalin kerja sama dengan negara lain, lembaga multilateral, dan parpol dari negara lain. Kita harus bisa memainkan peran penting dalam percaturan internasional,” kata mantan wakil ketua DPR ini.

Di sisi lain, melalui munas kemarin PKS menetapkan pengurus pusat baru. Hal yang menarik adalah tidak masuknya sejumlah nama elite PKS ke dalam pengurus inti. Mereka adalah Fahri Hamzah dan Mahfudz Siddiq yang pada periode lalu menjabat wakil sekretaris jenderal. Fahri membantah spekulasi bahwa namanya tidak masuk pengurus inti DPP karena dinilai sebagai bagian loyalis Presiden PKS sebelumnya, Anis Matta.

Dia malah menilai dengan kombinasi kader muda dan senior di kepengurusan akan membuat PKS siap meluncur menjadi partai papan atas. ”Tidak ada bersih-bersih. Pak Anis masih di sini (pengurus),” ujarnya.

Mula akmal/ Sindonews/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8197 seconds (0.1#10.140)