Rusia Gelar Latihan Militer Terbesar
A
A
A
MOSKOW - Rusia kemarin menggelar latihan militer terbesar pada tahun ini. Latihan perang itu untuk unjuk kekuatan pada negara-negara Uni Eropa (UE) yang menjadi rival utamanya.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia menyatakan sebanyak 95.000 tentara dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU) akan terlibat dalam pelatihan itu .”Ini latihan dalam skala paling besar pada 2015,” ungkap pernyataan Kemhan Rusia dalam siaran pers yang diterima AFP.
Akhir-akhir ini Rusia semakin rutin memeriksa kekuatan militer dengan menguji kemampuan tentara dari berbagai angkatan. Hal itu dilakukan di seluruh wilayah mulai dari Kutub Utara hingga Timur Jauh. Penjagaan kualitas kekuatan militer itu beriringan dengan memburuknya hubungan Rusia dengan dunia Barat. Hubungan kedua belah pihak bahkan menuju titik terendah seperti selama pasca-Perang Dingin.
Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia membantu kelompok pemberontak di Ukraina. Tapi, Rusia menepis tuduhan itu. Latihan militer kali ini, seperti yang diterangkan Kemhan Rusia, akan dilakukan di 20 tempat di seluruh wilayah pusat militer Rusia.
Artinya, tentara di Sungai Volga hingga Gunung Ural dan Siberia di wilayah timur akan intensif melakukan latihan, termasuk di penghujung wilayah utara. Latihan ini akan digelar hingga 20 September mendatang. ”Latihan ini ditujukan untuk menguji kesiapan militer negara Collective Security Treaty Organization (CSTO) dalam mengelola pasukan kelompok koalisi.
Salah satunya dalam mencegah konflik bersenjata internasional. Tentara akan menyimulasikan penahanan dan penghancuran formasi selama operasi khusus gabungan,” ungkap Kemhan Rusia.
Pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin akan berkunjung ke Tajikistan untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi CSTO yang akan dimulai hari ini. Meski kedua agenda itu belum tentu berhubungan, Kemhan Rusia menyatakan pihaknya juga telah menurunkan 20 kapal perang dan 170 beragam pesawat tempur.
Berdasarkan laporan harian Izvestia, Putin akan ikut memantau proses berlangsungnya pelatihan militer itu dalam satu kesempatan. Menurut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu, Presiden Putin memerintahkan latihan perang guna mengetahui kesiapan perang bagi seluruh tentara.
Latihan itu ditujukan untuk persiapan teknis dan berfokus pada komunikasi antara komandan militer dan pasukan tempur. ”Kita akan mengevaluasi kemampuan pasukan Angkatan Udara dan kesiapan perang mereka di zona yang tidak biasa,” ujarnya, dikutip Newsweek.
Sedangkan Komandan Militer Pusat Rusia Vladimir Zarudnitsky menyatakan akan ada pelatihan puncak. Pelatihan itu akan dilakukan di Ural, di Siberian Altai, diAstrakhanSelatan, dandi Laut Kaspia.
”Di Rusia bagian Eropa, sebanyak 12.000 tentara akan ambil bagian di wilayah Urals yang dekat dengan Kazakstan. Sekitar 90 tank, 20 artileri, dan sistem pelontar roket juga akan diturunkan. Tentara Kazakstan juga akan turut serta dalam pelatihan itu, sedangkan delegasi militer dari Nikaragua akan berperan sebagai pengawas,” ujar Zaurdnistky, seperti dilansir Interfax.
Organisasi Traktat Atlantik Utara (NATO) dan pemerintahan Barat berulang mengkritik latihan tempur Rusia. Tak ingin kalah, negara anggota NATO di Eropa didukung AS juga kerap menggelar latihan perang untuk menyeimbangi provokasi Moskow.
Laporan independen dari lembaga riset European Leadership Network (ELN) memperingatkan intensitas latihan perang di kedua belah pihak memicu risiko konflik. ”Rusia sedang menyiapkan konflik dengan NATO. Pakta pertahanan itu juga menyiapkan kemungkinan konfrontasi dengan Rusia,” demikian analisis ELN.
Sedangkan juru bicara NATO Carmen Romero mengungkapkan kepada Newsweek, latihan tempur Rusia dan NATO masih dalam tingkat yang wajar. ”Latihan perang Rusia memang lebih besar dan 10 kali lipat dibandingkan NATO,” tutur Romero. Bukan hanya memainkan peran di Ukraina, Rusia juga ikut intervensi dalam konflik Suriah.
Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menuding militer Rusia membangun kekuatan di Provinsi Latakia, Suriah. Ratusan teknisi dan penasihat militer asal Moskow berasal di lokasi tersebut. Laporan tersebut membuktikan tudingan Washington yang mengungkapkan Moskow mengirimkan pasukannya ke Suriah.
”Pasukan Rusia membangun landasan bandara yang bisa mengakomodasi pesawat berskala besar di pangkalan militer Hmaymeen, Provinsi Latakia,” demikian keterangan SOHR. Pasukan Rusia itu mencegah warga Suriah baik sipil atau militer memasuki kawasan pembangunan landasan tersebut. ”Pada beberapa pekan terakhir, banyak pesawat militer tiba di Hmaymeen membawa peralatan militer,” demikian keterangan SOHR.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan Moskow akan memberikan bantuan militer kepada Damaskus. ”Bantuan militer terus dikirimkan dan akan terus berlanjut,” kata Lavrov kepada kantor berita Rusia pada Minggu (13/9) waktu setempat.
Pengiriman peralatan tempur itu juga disertai pakar dari Rusia untuk melatih tentara Suriah menggunakan senjata tersebut. Rusia merupakan aliansi utama Suriah. Mereka bekerja sama dalam berbagai bidang, termasuk militer. Moskow masih mengirimkan peralatan senjata dan pesawat tempur ke Damaskus.
Namun, Rusia kerap menutupi pasokan militer tersebut dengan bantuan kemanusiaan. Rusia juga ikut andil dalam perang sipil yang berlangsung selama empat setengah tahun di Suriah. Konflik itu memakan korban sebanyak 250.000 orang tewas.
Presiden Rusia Vladimir Putin berencana akan berbicara tentang isu Suriah pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) akhir bulan ini. Selain itu, Putin juga akan berdiskusi tentang Ukraina, ekonomi global, dan sanksi terhadap Rusia.
Muh shamil/andika
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia menyatakan sebanyak 95.000 tentara dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU) akan terlibat dalam pelatihan itu .”Ini latihan dalam skala paling besar pada 2015,” ungkap pernyataan Kemhan Rusia dalam siaran pers yang diterima AFP.
Akhir-akhir ini Rusia semakin rutin memeriksa kekuatan militer dengan menguji kemampuan tentara dari berbagai angkatan. Hal itu dilakukan di seluruh wilayah mulai dari Kutub Utara hingga Timur Jauh. Penjagaan kualitas kekuatan militer itu beriringan dengan memburuknya hubungan Rusia dengan dunia Barat. Hubungan kedua belah pihak bahkan menuju titik terendah seperti selama pasca-Perang Dingin.
Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia membantu kelompok pemberontak di Ukraina. Tapi, Rusia menepis tuduhan itu. Latihan militer kali ini, seperti yang diterangkan Kemhan Rusia, akan dilakukan di 20 tempat di seluruh wilayah pusat militer Rusia.
Artinya, tentara di Sungai Volga hingga Gunung Ural dan Siberia di wilayah timur akan intensif melakukan latihan, termasuk di penghujung wilayah utara. Latihan ini akan digelar hingga 20 September mendatang. ”Latihan ini ditujukan untuk menguji kesiapan militer negara Collective Security Treaty Organization (CSTO) dalam mengelola pasukan kelompok koalisi.
Salah satunya dalam mencegah konflik bersenjata internasional. Tentara akan menyimulasikan penahanan dan penghancuran formasi selama operasi khusus gabungan,” ungkap Kemhan Rusia.
Pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin akan berkunjung ke Tajikistan untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi CSTO yang akan dimulai hari ini. Meski kedua agenda itu belum tentu berhubungan, Kemhan Rusia menyatakan pihaknya juga telah menurunkan 20 kapal perang dan 170 beragam pesawat tempur.
Berdasarkan laporan harian Izvestia, Putin akan ikut memantau proses berlangsungnya pelatihan militer itu dalam satu kesempatan. Menurut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu, Presiden Putin memerintahkan latihan perang guna mengetahui kesiapan perang bagi seluruh tentara.
Latihan itu ditujukan untuk persiapan teknis dan berfokus pada komunikasi antara komandan militer dan pasukan tempur. ”Kita akan mengevaluasi kemampuan pasukan Angkatan Udara dan kesiapan perang mereka di zona yang tidak biasa,” ujarnya, dikutip Newsweek.
Sedangkan Komandan Militer Pusat Rusia Vladimir Zarudnitsky menyatakan akan ada pelatihan puncak. Pelatihan itu akan dilakukan di Ural, di Siberian Altai, diAstrakhanSelatan, dandi Laut Kaspia.
”Di Rusia bagian Eropa, sebanyak 12.000 tentara akan ambil bagian di wilayah Urals yang dekat dengan Kazakstan. Sekitar 90 tank, 20 artileri, dan sistem pelontar roket juga akan diturunkan. Tentara Kazakstan juga akan turut serta dalam pelatihan itu, sedangkan delegasi militer dari Nikaragua akan berperan sebagai pengawas,” ujar Zaurdnistky, seperti dilansir Interfax.
Organisasi Traktat Atlantik Utara (NATO) dan pemerintahan Barat berulang mengkritik latihan tempur Rusia. Tak ingin kalah, negara anggota NATO di Eropa didukung AS juga kerap menggelar latihan perang untuk menyeimbangi provokasi Moskow.
Laporan independen dari lembaga riset European Leadership Network (ELN) memperingatkan intensitas latihan perang di kedua belah pihak memicu risiko konflik. ”Rusia sedang menyiapkan konflik dengan NATO. Pakta pertahanan itu juga menyiapkan kemungkinan konfrontasi dengan Rusia,” demikian analisis ELN.
Sedangkan juru bicara NATO Carmen Romero mengungkapkan kepada Newsweek, latihan tempur Rusia dan NATO masih dalam tingkat yang wajar. ”Latihan perang Rusia memang lebih besar dan 10 kali lipat dibandingkan NATO,” tutur Romero. Bukan hanya memainkan peran di Ukraina, Rusia juga ikut intervensi dalam konflik Suriah.
Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menuding militer Rusia membangun kekuatan di Provinsi Latakia, Suriah. Ratusan teknisi dan penasihat militer asal Moskow berasal di lokasi tersebut. Laporan tersebut membuktikan tudingan Washington yang mengungkapkan Moskow mengirimkan pasukannya ke Suriah.
”Pasukan Rusia membangun landasan bandara yang bisa mengakomodasi pesawat berskala besar di pangkalan militer Hmaymeen, Provinsi Latakia,” demikian keterangan SOHR. Pasukan Rusia itu mencegah warga Suriah baik sipil atau militer memasuki kawasan pembangunan landasan tersebut. ”Pada beberapa pekan terakhir, banyak pesawat militer tiba di Hmaymeen membawa peralatan militer,” demikian keterangan SOHR.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan Moskow akan memberikan bantuan militer kepada Damaskus. ”Bantuan militer terus dikirimkan dan akan terus berlanjut,” kata Lavrov kepada kantor berita Rusia pada Minggu (13/9) waktu setempat.
Pengiriman peralatan tempur itu juga disertai pakar dari Rusia untuk melatih tentara Suriah menggunakan senjata tersebut. Rusia merupakan aliansi utama Suriah. Mereka bekerja sama dalam berbagai bidang, termasuk militer. Moskow masih mengirimkan peralatan senjata dan pesawat tempur ke Damaskus.
Namun, Rusia kerap menutupi pasokan militer tersebut dengan bantuan kemanusiaan. Rusia juga ikut andil dalam perang sipil yang berlangsung selama empat setengah tahun di Suriah. Konflik itu memakan korban sebanyak 250.000 orang tewas.
Presiden Rusia Vladimir Putin berencana akan berbicara tentang isu Suriah pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) akhir bulan ini. Selain itu, Putin juga akan berdiskusi tentang Ukraina, ekonomi global, dan sanksi terhadap Rusia.
Muh shamil/andika
(ftr)