Pemerintah Diminta Tingkatkan Anggaran Kesehatan Ibu, dan Balita
A
A
A
JAKARTA - Indonesia masuk dalam tiga besar di dunia jumlah penderita gizi buruk dan stunting (orang dengan tubuh pendek). Bahkan, anggaran kesehatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di 2016 terbesar sepanjang sejarah, mencapai Rp106,1 triliun. Angka ini naik sebesar 43% dari tahun sebelumnya Rp74,3 triliun.
Maka itu, anggota Komisi IX DPR Siti Masrifah akan memperjuangkan anggaran kesehatan untuk ibu, bayi, dan balita, sebesar Rp5 triliun dari usulan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hanya sebesar Rp2,5 triliun.
“Karena isu itu sangat penting untuk menghindari gizi buruk serta bertubuh pendek (stunting),” ujar Siti dalam acara diskusi bertajuk Menggalang Partisipasi Tokoh Perempuan dalam Kampanye dan Kebijakan Sistem Kesehatan di Indonesia, di DPP PKB, Jakarta, Senin (14/9/2015).
Dia meminta pemerintah meralisasikan sejumlah pos kesehatan yang dirasa penting. Misalnya, peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita, kemudian akses sanitasi lingkung bagi masyarakat, dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dengan ditingkatkannya jumlah Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam program BPJS Kesehatan.
Menurutnya, isu stunting penting. Alasannya, Indonesia mendapat anugerah bonus demografi. Maka kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya harus tinggi, sehingga dapat bersaing dengan SDM luar negeri.
“Nah, untuk mencapai SDM yang berkualitas tentu saja harus diawali dengan kesehatan ibu dan bayi sejak dini. Karena biasanya penderita stunting itu berdampak pada IQ yang rendah,” paparnya.
Berdasarkan data yang ada, jumlah pengidap gizi buruh sebanyak 24 juta dengan 8 juta menderita stunting (tubuh pendek). Kebanyakan fenomena ini terjadi di daerah-daerah tertinggal.
Sementara itu, Pengurus Pusat Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Anggia Ermarini mengatakan, pihaknya ikut menyukseskan program pemerintah dalam pengentasan gizi buruk dan stunting, dengan berkontribusi memberikan pemahaman ke masyarakat tentang pentingnya gizi bagi ibu dan bayi.
“Makanya kami lakukan melalui ulama-ulama di daerah agar bisa memberi pemhaman ke masyarakat agar mereka terhindar dari gizi buruk dan stunting ini,” tukas Anggia.
Apalagi, kata dia, di kancah dunia, dengan posisi Indonesia masuk ke G-20 ternyata untuk urusan penderita stunting Indonesia masuk urutan ketiga terbesar, di bawah India dan Tiongkok. “Bahkan untuk orang-orang kaya saja, masih ada 30% penderita stunting,” ucapnya.
Baca: Anak Penderita Gizi Buruk Tubuhnya Cenderung Pendek.
Maka itu, anggota Komisi IX DPR Siti Masrifah akan memperjuangkan anggaran kesehatan untuk ibu, bayi, dan balita, sebesar Rp5 triliun dari usulan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hanya sebesar Rp2,5 triliun.
“Karena isu itu sangat penting untuk menghindari gizi buruk serta bertubuh pendek (stunting),” ujar Siti dalam acara diskusi bertajuk Menggalang Partisipasi Tokoh Perempuan dalam Kampanye dan Kebijakan Sistem Kesehatan di Indonesia, di DPP PKB, Jakarta, Senin (14/9/2015).
Dia meminta pemerintah meralisasikan sejumlah pos kesehatan yang dirasa penting. Misalnya, peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita, kemudian akses sanitasi lingkung bagi masyarakat, dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dengan ditingkatkannya jumlah Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam program BPJS Kesehatan.
Menurutnya, isu stunting penting. Alasannya, Indonesia mendapat anugerah bonus demografi. Maka kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya harus tinggi, sehingga dapat bersaing dengan SDM luar negeri.
“Nah, untuk mencapai SDM yang berkualitas tentu saja harus diawali dengan kesehatan ibu dan bayi sejak dini. Karena biasanya penderita stunting itu berdampak pada IQ yang rendah,” paparnya.
Berdasarkan data yang ada, jumlah pengidap gizi buruh sebanyak 24 juta dengan 8 juta menderita stunting (tubuh pendek). Kebanyakan fenomena ini terjadi di daerah-daerah tertinggal.
Sementara itu, Pengurus Pusat Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Anggia Ermarini mengatakan, pihaknya ikut menyukseskan program pemerintah dalam pengentasan gizi buruk dan stunting, dengan berkontribusi memberikan pemahaman ke masyarakat tentang pentingnya gizi bagi ibu dan bayi.
“Makanya kami lakukan melalui ulama-ulama di daerah agar bisa memberi pemhaman ke masyarakat agar mereka terhindar dari gizi buruk dan stunting ini,” tukas Anggia.
Apalagi, kata dia, di kancah dunia, dengan posisi Indonesia masuk ke G-20 ternyata untuk urusan penderita stunting Indonesia masuk urutan ketiga terbesar, di bawah India dan Tiongkok. “Bahkan untuk orang-orang kaya saja, masih ada 30% penderita stunting,” ucapnya.
Baca: Anak Penderita Gizi Buruk Tubuhnya Cenderung Pendek.
(kur)