Masdimboy Merangkul Pembajak
A
A
A
DENGAN 40.7k followersdi Instagram, pemilik akun @masdimboy, Adimas Bayu, memilih media sosial untuk menampilkan karyakaryanya untuk dapat berinteraksi secara langsung.
Masdimboy mengaku menggemari komik dari kecil. “Bahkan almarhumah ibu saya dulu sudah koleksi komik bareng seperti Kung Fu Boy, Doraemon, dan Dragon Ball. Beliau rutin beliinsaya tiap ada nomor baru sampai tamat. Setelah itu ayah saya mem per kenalkan saya ke komik Indonesia. Dari komik zaman pewayangan seperti Si buta dari Gua Hantuhingga komik-komik independen mahasiswa-mahasiswa yang didistribusikan dalam bentuk fotokopi,” kata komikus yang juga berprofesi sebagai desainer grafis ini. Pada 2004 Masdimboy mulai mengunggah karya ke Deviantart.com.
Bersama teman-teman kuliahnya juga pernah membuat komik foto kopian yang diproduksi sendiri untuk kemudian didistribusikan di toko-toko buku kecil atau distro-distro. Namun, hal itu perlahan ditinggalkannya seiring dengan perkembangan internet. “Saya melihat orang makin banyak menggunakan media sosial untuk berinteraksi sehari-hari. Dari situ saya berpikir kenapa enggak taruh saja karya saya di media sosial. Jadi respons dan interaksi enggak cuma sama orang-orang yang bisa ketemu secara fisik. Mungkin dengan media sosial bisa jadi lebih luas orang-orang yang baca dan apresiasi,” ceritanya.
“Sekalian ingin kasih tahu ke orang-orang banyak, kalau komik Indonesia ada lho. Dan ternyata viralitymedia sosial cukup luar biasa. Makanya sampai sekarang saya lebih memilih membagikan komik saya untuk dibaca gratis via media sosial,” kata Masdimboy tentang awal mula memasuki dunia komik digital. Sebagai pembuat komik yang berusaha bertanggung jawab, Masdimboy pun berusaha mengajak pembacanya untuk berdiskusi dalam menginterpretasikan karyanya.
Tak hanya sanjungan dan kritikan yang diterima. Beberapa kali bahkan komiknya pernah dibajak, tanpa mencantumkan signature-nya. Tapi ternyata hasil bajakan itu malah memberikan efek yang baik. Pembaca setia Masdimboy pada saat itu banyak yang melaporkannya langsung.
“Saya meresponsnya dengan merangkul oknum tersebut, menanyakan kenapa dibajak, kenapa kalau bisa bajak kok enggak bikin sendiri saja. Saya pasti support. Efek buat saya ternyata banyak pembaca si komik bajakan itu malah jadi baca komik saya. Artinya pembaca saya juga semakin banyak,” lanjutnya.
Meski saat ini Masdimboy jarang “ngomik”, dirinya yakin sampai kapan pun dunia komik tak akan ditinggalkannya. Bahkan, jika dirinya kelak tak lagi bekerja, komik akan dijadikannya sebagai mata pencaharian utama.
Ririn Yulianti
Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta
Masdimboy mengaku menggemari komik dari kecil. “Bahkan almarhumah ibu saya dulu sudah koleksi komik bareng seperti Kung Fu Boy, Doraemon, dan Dragon Ball. Beliau rutin beliinsaya tiap ada nomor baru sampai tamat. Setelah itu ayah saya mem per kenalkan saya ke komik Indonesia. Dari komik zaman pewayangan seperti Si buta dari Gua Hantuhingga komik-komik independen mahasiswa-mahasiswa yang didistribusikan dalam bentuk fotokopi,” kata komikus yang juga berprofesi sebagai desainer grafis ini. Pada 2004 Masdimboy mulai mengunggah karya ke Deviantart.com.
Bersama teman-teman kuliahnya juga pernah membuat komik foto kopian yang diproduksi sendiri untuk kemudian didistribusikan di toko-toko buku kecil atau distro-distro. Namun, hal itu perlahan ditinggalkannya seiring dengan perkembangan internet. “Saya melihat orang makin banyak menggunakan media sosial untuk berinteraksi sehari-hari. Dari situ saya berpikir kenapa enggak taruh saja karya saya di media sosial. Jadi respons dan interaksi enggak cuma sama orang-orang yang bisa ketemu secara fisik. Mungkin dengan media sosial bisa jadi lebih luas orang-orang yang baca dan apresiasi,” ceritanya.
“Sekalian ingin kasih tahu ke orang-orang banyak, kalau komik Indonesia ada lho. Dan ternyata viralitymedia sosial cukup luar biasa. Makanya sampai sekarang saya lebih memilih membagikan komik saya untuk dibaca gratis via media sosial,” kata Masdimboy tentang awal mula memasuki dunia komik digital. Sebagai pembuat komik yang berusaha bertanggung jawab, Masdimboy pun berusaha mengajak pembacanya untuk berdiskusi dalam menginterpretasikan karyanya.
Tak hanya sanjungan dan kritikan yang diterima. Beberapa kali bahkan komiknya pernah dibajak, tanpa mencantumkan signature-nya. Tapi ternyata hasil bajakan itu malah memberikan efek yang baik. Pembaca setia Masdimboy pada saat itu banyak yang melaporkannya langsung.
“Saya meresponsnya dengan merangkul oknum tersebut, menanyakan kenapa dibajak, kenapa kalau bisa bajak kok enggak bikin sendiri saja. Saya pasti support. Efek buat saya ternyata banyak pembaca si komik bajakan itu malah jadi baca komik saya. Artinya pembaca saya juga semakin banyak,” lanjutnya.
Meski saat ini Masdimboy jarang “ngomik”, dirinya yakin sampai kapan pun dunia komik tak akan ditinggalkannya. Bahkan, jika dirinya kelak tak lagi bekerja, komik akan dijadikannya sebagai mata pencaharian utama.
Ririn Yulianti
Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta
(ars)