Banjir Bandang Terjang Jepang
A
A
A
JOSO - Banjir besar menghantam beberapa kawasan di Jepang. Akibatnya wilayah permukiman di Joso, Prefektur Ibaraki terendam dan puluhan ribu orang terpaksa dievakuasi.
Upaya evakuasi terus dilakukan pemerintah setempat. Pasalnya, ratusan orang masih terjebak di atap rumah. Selain itu, beberapa rumah warga yang memiliki fondasi buruk tidak kuat menahan arus banjir hingga runtuh dan memperbesar risiko jatuhnya korban. Dalam tayangan NHK, petugas gawat darurat Jepang menggunakan helikopter untuk mencapai titik yang sulit dijangkau perahu karet. Mereka menyelamatkan warga dari atas balkon atau atap rumah.
Petugas khawatir rumah-rumah itu juga akan lapuk dan hanyut. Peristiwa ini mengingatkan Jepang pada tsunami 2011. Pemerintah pusat belum memiliki data pasti mengenai jumlah korban. Menurut Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga, sejauh ini 1 orang hilang, 3 orang mengalami luka serius, dan 14 orang menderita luka ringan. Sampai pukul 14.00 kemarin, sedikitnya 2.500 orang dievakuasi ke 26 tempat penampungan di Joso. Namun, dua dari 26 tempat penampungan juga terkena banjir.
Pemerintah kota akhirnya meminta kota tetangga, Tsukuba dan Tsukubamirai, untuk rela menampung sementara saudara setanah air mereka dari Joso. Tim penyelamat dari pihak kepolisian dan Pasukan Pertahanan Bela Diri berhasil menyelamatkan 58 orang dari atap rumah. Kementerian Tanah, Infrastruktur, dan Transportasi Jepang menyatakan sekitar 6.900 rumah kemungkinan mengalami kerusakan.
Banjir ini merupakan buntut dari Topan Etau yang menyebabkan angin bertiup kencang dan hujan turun deras sejak Rabu (9/10) pagi. Wilayah Kanto dan sekitarnya mengalami dampak cukup parah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jepang menyalakan alarm peringatan bagi penduduk Prefektur Tochigi dan Ibaraki. Mereka meminta penduduk di dua tempat itu segera mencari tempat yang aman, sebab hujan yang biasanya menjadi penyebab utama banjir dan longsor akan masih mengguyur Jepang.
Tokyo Electric Power Co mengaku air banjir juga masuk area nuklir Fukushima. ”Ratusan ton air yang tercemar telah mengalir ke lautan,” kata juru bicara dari Tokyo Electric Power Co, dikutip Japan Times. Dua orang di Kanuma, Prefektur Tochigi dilaporkan tertimbun tanah di dalam rumah mereka. Satu orang berhasil diselamatkan, kendati mengalami luka serius, sedangkan satu korban lagi tidak ditemukan.
Kenichi Matsumoto, warga setempat, mengatakan bahwa longsor itu tidak kali ini saja terjadi, tapi pemerintah tidak peka. ”Saya tahu peristiwa seperti ini akan terjadi, tapi pemerintah kota tidak melakukan apaapa, meskipun sudah saya peringatkan,” kata Matsumoto. Tetangga Matsumoto mengaku mendengar suara gemuruh pada pagi buta. ”Saat keluar, kami melihat tanah longsor dari bukit di belakang rumah kami,” tambah Kazuko Yoshizawa.
Di Minamiaizu, Prefektur Fukushima, Sungai Tateiwagawa juga meluap. Akses menuju Minamiaizu pun terputus. Prefektur Tochigi meminta sekitar 90.000 warganya melakukan evakuasi. Di Dorobou, Kota Nikko, hujan turun lebih dari 400 milimeter selama 24 jam, sedangkan di tempat lain seperti Tokyo 200 milimeter per 24 jam. Atas peristiwa itu, operasi Shinkansen Fukushima-Shinjo dihentikan sementara. Jadwal beberapa kereta lokal di Tochigi juga ditunda.
Akibatnya para turis terdampar di Kinugawa mengingat bus juga berhenti beroperasi. Sekitar 2.200 rumah di Tochigi juga sempat mengalami pemutusan listrik, seperti Tokyo Electric Power Co. Perdana Menteri Shinzo Abe membentuk tim khusus untuk mengumpulkan informasi mengenai dampak dari musibah ini.
”Pemerintah akan bekerja bersama-sama untuk mengambil langkah yang perlu diambil dalam memberikan bantuan terhadap para korban. Keselamatan mereka tentu menjadi prioritas,” imbuh Abe. Erika Yamatani, menteri yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana, menggelar telekonferensi dengan pemerintah Tochigi dan Ibaraki.
Menurut Kei Yoshimura, ahli hidrologi dari Universitas Tokyo, peluapan Sungai Kinugawa jarang terjadi. ”Mungkin 100 tahun sekali,” ungkap Yoshimura.
Muh shamil
Upaya evakuasi terus dilakukan pemerintah setempat. Pasalnya, ratusan orang masih terjebak di atap rumah. Selain itu, beberapa rumah warga yang memiliki fondasi buruk tidak kuat menahan arus banjir hingga runtuh dan memperbesar risiko jatuhnya korban. Dalam tayangan NHK, petugas gawat darurat Jepang menggunakan helikopter untuk mencapai titik yang sulit dijangkau perahu karet. Mereka menyelamatkan warga dari atas balkon atau atap rumah.
Petugas khawatir rumah-rumah itu juga akan lapuk dan hanyut. Peristiwa ini mengingatkan Jepang pada tsunami 2011. Pemerintah pusat belum memiliki data pasti mengenai jumlah korban. Menurut Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga, sejauh ini 1 orang hilang, 3 orang mengalami luka serius, dan 14 orang menderita luka ringan. Sampai pukul 14.00 kemarin, sedikitnya 2.500 orang dievakuasi ke 26 tempat penampungan di Joso. Namun, dua dari 26 tempat penampungan juga terkena banjir.
Pemerintah kota akhirnya meminta kota tetangga, Tsukuba dan Tsukubamirai, untuk rela menampung sementara saudara setanah air mereka dari Joso. Tim penyelamat dari pihak kepolisian dan Pasukan Pertahanan Bela Diri berhasil menyelamatkan 58 orang dari atap rumah. Kementerian Tanah, Infrastruktur, dan Transportasi Jepang menyatakan sekitar 6.900 rumah kemungkinan mengalami kerusakan.
Banjir ini merupakan buntut dari Topan Etau yang menyebabkan angin bertiup kencang dan hujan turun deras sejak Rabu (9/10) pagi. Wilayah Kanto dan sekitarnya mengalami dampak cukup parah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jepang menyalakan alarm peringatan bagi penduduk Prefektur Tochigi dan Ibaraki. Mereka meminta penduduk di dua tempat itu segera mencari tempat yang aman, sebab hujan yang biasanya menjadi penyebab utama banjir dan longsor akan masih mengguyur Jepang.
Tokyo Electric Power Co mengaku air banjir juga masuk area nuklir Fukushima. ”Ratusan ton air yang tercemar telah mengalir ke lautan,” kata juru bicara dari Tokyo Electric Power Co, dikutip Japan Times. Dua orang di Kanuma, Prefektur Tochigi dilaporkan tertimbun tanah di dalam rumah mereka. Satu orang berhasil diselamatkan, kendati mengalami luka serius, sedangkan satu korban lagi tidak ditemukan.
Kenichi Matsumoto, warga setempat, mengatakan bahwa longsor itu tidak kali ini saja terjadi, tapi pemerintah tidak peka. ”Saya tahu peristiwa seperti ini akan terjadi, tapi pemerintah kota tidak melakukan apaapa, meskipun sudah saya peringatkan,” kata Matsumoto. Tetangga Matsumoto mengaku mendengar suara gemuruh pada pagi buta. ”Saat keluar, kami melihat tanah longsor dari bukit di belakang rumah kami,” tambah Kazuko Yoshizawa.
Di Minamiaizu, Prefektur Fukushima, Sungai Tateiwagawa juga meluap. Akses menuju Minamiaizu pun terputus. Prefektur Tochigi meminta sekitar 90.000 warganya melakukan evakuasi. Di Dorobou, Kota Nikko, hujan turun lebih dari 400 milimeter selama 24 jam, sedangkan di tempat lain seperti Tokyo 200 milimeter per 24 jam. Atas peristiwa itu, operasi Shinkansen Fukushima-Shinjo dihentikan sementara. Jadwal beberapa kereta lokal di Tochigi juga ditunda.
Akibatnya para turis terdampar di Kinugawa mengingat bus juga berhenti beroperasi. Sekitar 2.200 rumah di Tochigi juga sempat mengalami pemutusan listrik, seperti Tokyo Electric Power Co. Perdana Menteri Shinzo Abe membentuk tim khusus untuk mengumpulkan informasi mengenai dampak dari musibah ini.
”Pemerintah akan bekerja bersama-sama untuk mengambil langkah yang perlu diambil dalam memberikan bantuan terhadap para korban. Keselamatan mereka tentu menjadi prioritas,” imbuh Abe. Erika Yamatani, menteri yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana, menggelar telekonferensi dengan pemerintah Tochigi dan Ibaraki.
Menurut Kei Yoshimura, ahli hidrologi dari Universitas Tokyo, peluapan Sungai Kinugawa jarang terjadi. ”Mungkin 100 tahun sekali,” ungkap Yoshimura.
Muh shamil
(ars)