Hillary Minta Maaf Gunakan E-mail Pribadi
A
A
A
WASHINGTON - Hillary Clinton meminta maaf karena menggunakan server e-mail pribadi saat menjabat sebagai menteri luar negeri (menlu) Amerika Serikat (AS). Dia mengakui langkahnya itu satu kesalahan.
Masalah e-mail ini membayangi upayanya maju sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat. Mantan menlu AS itu saat ini menghadapi penurunan dukungan atas pencalonannya. Sebelumnya dia menganggap masalah e-mail ini hanya sebagai keruwetan yang diciptakan.
Meski demikian, dalam wawancara kemarin malam, Hillary menjelaskan dalam acara ”World News Tonight” ABC bahwa dia bertanggung jawab penuh atas masalah e-mail tersebut. Dia pun menyesalkan tindakannya itu. ”Itu satu kesalahan. Saya minta maaf atas itu. Saya bertanggung jawab,” ujarnya, dikutip kantor berita AFP .
Hillary menggunakan akun e-mail pribadi dan server rumah sebagai pengganti sistem e-mail resmi pemerintah saat dia menjabat menlu pada 2009 hingga 2013. Hingga pernyataannya kemarin, selama ini Hillary keberatan mengeluarkan permintaan maaf secara langsung di depan publik. ”Saya tentu berharap bahwa saya menjalankan pilihan lain,” tutur Hillary pekan lalu.
Dia mengaku sangat menyesalkan kontroversi ini membingungkan publik. ”Saat saya melihat itu ke belakang sekarang, meskipun itu diizinkan, saya harus menggunakan dua akun, satu untuk e-mail pribadi, satu untuk e-mail terkait kerja,” papar Hillary kemarin. Masalah e-mail ini membuat popularitas Hillary merosot.
Jajak pendapat Gallup yang dirilis Jumat (4/9) lalu menunjukkan rating dukungan menjadi 41%, dan yang tidak mendukung 51%. Ini level terendah sejak 1992. Meski demikian, Hillary yakin tetap dapat mengatasi situasi. ”Saya dapat bertahan dari itu karena saya pikir saya maju sebagai presiden untuk melakukan apa yang perlu negara lakukan,” katanya.
Di sisi lain, masalah tersebut tampaknya tidak akan hilang segera karena Departemen Luar Negeri (Deplu) AS telah memublikasikan ribuan e-mail Hillary tersebut. Banyak e-mail tersebut mengandung informasi yang secara retroaktif bersifat rahasia. Hal tersebut menimbulkan beragam pertanyaan apakah Hillary secara tidak tepat mengirim dan menerima e-mail yang sangat sensitif, dan apakah langkah keamanan yang cukup telah diterapkan untuk melindungi server-nya dari serangan para hacker.
Hillary berpendapat, selama masa jabatannya di Deplu AS, dia tidak mengirim atau menerima informasi apa pun yang dianggap rahasia saat itu. Dia juga menambahkan, semua orang yang menerima e-mail darinya, termasuk orang di Gedung Putih dan Deplu AS, tahu bahwa dia menggunakan akun e-mail pribadi. ”Itu terlihat, Anda tahu, sebagai alamat saya,” ujarnya.
Biro Investigasi Federal (FBI) sedang memeriksa server e-mail itu untuk menentukan apakah ada langkah-langkah untuk menjaga rahasia pemerintah. Adapun Hillary membuat pernyataan pribadi pada para pendukungnya dalam e-mail yang dikirim pada Selasa (8/9). Dia mengulangi permintaan maafnya pada hari itu. ”Saat proses ini berjalan, saya ingin setransparan mungkin,” tulisnya dalam pesan tersebut.
Di tengah masalah e-mail itu, Wakil Presiden AS Joe Biden secara terbuka membahas prospeknya maju sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat. Saat ditanya apakah Biden akan menjadi pemimpin yang bagus, Hillary dengan enggan memberikan dukungan pada pria yang pernah terlibat kerja sama dengannya pada periode pertama pemerintahan Presiden AS Barack Obama tersebut.
”Saya pikir dia dapat menjadi presiden yang bagus, tidak ada keraguan tentang itu,” ucap Hillary. Hillary memiliki dukungan 42% Demokrat, turun dari 52% pada bulan lalu, menurut survei terbaru Monmouth University yang dirilis kemarin. Biden mendapatkan dukungan 22%, naik 10 poin sejak Agustus lalu. Hillary juga merasa yakin dengan peluangnya menuju Gedung Putih. ”Rakyat Amerika memerlukan seorang pemimpin yang peduli pada mereka lagi. Jadi, itu yang saya hendak lakukan,” ujarnya.
Syarifudin
Masalah e-mail ini membayangi upayanya maju sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat. Mantan menlu AS itu saat ini menghadapi penurunan dukungan atas pencalonannya. Sebelumnya dia menganggap masalah e-mail ini hanya sebagai keruwetan yang diciptakan.
Meski demikian, dalam wawancara kemarin malam, Hillary menjelaskan dalam acara ”World News Tonight” ABC bahwa dia bertanggung jawab penuh atas masalah e-mail tersebut. Dia pun menyesalkan tindakannya itu. ”Itu satu kesalahan. Saya minta maaf atas itu. Saya bertanggung jawab,” ujarnya, dikutip kantor berita AFP .
Hillary menggunakan akun e-mail pribadi dan server rumah sebagai pengganti sistem e-mail resmi pemerintah saat dia menjabat menlu pada 2009 hingga 2013. Hingga pernyataannya kemarin, selama ini Hillary keberatan mengeluarkan permintaan maaf secara langsung di depan publik. ”Saya tentu berharap bahwa saya menjalankan pilihan lain,” tutur Hillary pekan lalu.
Dia mengaku sangat menyesalkan kontroversi ini membingungkan publik. ”Saat saya melihat itu ke belakang sekarang, meskipun itu diizinkan, saya harus menggunakan dua akun, satu untuk e-mail pribadi, satu untuk e-mail terkait kerja,” papar Hillary kemarin. Masalah e-mail ini membuat popularitas Hillary merosot.
Jajak pendapat Gallup yang dirilis Jumat (4/9) lalu menunjukkan rating dukungan menjadi 41%, dan yang tidak mendukung 51%. Ini level terendah sejak 1992. Meski demikian, Hillary yakin tetap dapat mengatasi situasi. ”Saya dapat bertahan dari itu karena saya pikir saya maju sebagai presiden untuk melakukan apa yang perlu negara lakukan,” katanya.
Di sisi lain, masalah tersebut tampaknya tidak akan hilang segera karena Departemen Luar Negeri (Deplu) AS telah memublikasikan ribuan e-mail Hillary tersebut. Banyak e-mail tersebut mengandung informasi yang secara retroaktif bersifat rahasia. Hal tersebut menimbulkan beragam pertanyaan apakah Hillary secara tidak tepat mengirim dan menerima e-mail yang sangat sensitif, dan apakah langkah keamanan yang cukup telah diterapkan untuk melindungi server-nya dari serangan para hacker.
Hillary berpendapat, selama masa jabatannya di Deplu AS, dia tidak mengirim atau menerima informasi apa pun yang dianggap rahasia saat itu. Dia juga menambahkan, semua orang yang menerima e-mail darinya, termasuk orang di Gedung Putih dan Deplu AS, tahu bahwa dia menggunakan akun e-mail pribadi. ”Itu terlihat, Anda tahu, sebagai alamat saya,” ujarnya.
Biro Investigasi Federal (FBI) sedang memeriksa server e-mail itu untuk menentukan apakah ada langkah-langkah untuk menjaga rahasia pemerintah. Adapun Hillary membuat pernyataan pribadi pada para pendukungnya dalam e-mail yang dikirim pada Selasa (8/9). Dia mengulangi permintaan maafnya pada hari itu. ”Saat proses ini berjalan, saya ingin setransparan mungkin,” tulisnya dalam pesan tersebut.
Di tengah masalah e-mail itu, Wakil Presiden AS Joe Biden secara terbuka membahas prospeknya maju sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat. Saat ditanya apakah Biden akan menjadi pemimpin yang bagus, Hillary dengan enggan memberikan dukungan pada pria yang pernah terlibat kerja sama dengannya pada periode pertama pemerintahan Presiden AS Barack Obama tersebut.
”Saya pikir dia dapat menjadi presiden yang bagus, tidak ada keraguan tentang itu,” ucap Hillary. Hillary memiliki dukungan 42% Demokrat, turun dari 52% pada bulan lalu, menurut survei terbaru Monmouth University yang dirilis kemarin. Biden mendapatkan dukungan 22%, naik 10 poin sejak Agustus lalu. Hillary juga merasa yakin dengan peluangnya menuju Gedung Putih. ”Rakyat Amerika memerlukan seorang pemimpin yang peduli pada mereka lagi. Jadi, itu yang saya hendak lakukan,” ujarnya.
Syarifudin
(bbg)