Jalankan Bisnis Sesuai Hobi
A
A
A
Hobi dan ketertarikan Natali Ardianto pada dunia IT sebenarnya sudah dirasakan sejak berada di bangku kelas 4 sekolah dasar (SD).
Natali, sapaan akrabnya, saat itu terinspirasi oleh seorang animator televisi swasta. ”Saat kecil, saya tertarik melihat kerja animator yang bisa menghasilkan sebuah karya melalui sebuah komputer,” katanya. Hingga akhirnya selama sekolah, Natali giat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler komputer dan menjadi bagian dari tim Olimpiade Komputer.
Setelah lulus sekolah menengah atas (SMA), hobi itu semakin dijalani secara serius. Natali mengambil program pendidikan S-1 Ilmu Komputer di Universitas Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, Natali juga aktif menangani berbagai proyek sambil kuliah. ”Meskipun kuliah saya sempat terhambat karena saya fokus dengan proyek tersebut, terbukti banyak pengalaman yang saya dapatkan dan orang tua juga tidak pernah mengekang saya, melihat kegiatan yang saya lakukan masih positif,” tuturnya.
Natali mengaku, hard skill yang ia miliki cukup mumpuni. Namun, berbeda dengan soft skill-nya yang dirasa masih sangat kurang. ”Setelah lulus kuliah saya sadar bahwa soft skill saya kurang karena saya termasuk orang yang introvert. Saya sibuk dengan hobi saya di belakang komputer dan jarang berinteraksi dengan orang lain,” ujarnya.
Sehingga, ketika kali pertama mendapatkan pekerjaan setelah kuliah, Natali banyak belajar bagaimana berkomunikasi dan bersosial. ”Saat itu saya menjadi pengajar di sebuah training center. Itulah awal bagaimana saya belajar untuk memahami karakteristik orang lain dan bagaimana menciptakan komunikasi yang baik,” jelasnya.
Pengalaman menjadi entrepreneur justru diawalinya dengan mendirikan Urbanesia.com, sebuah situs city directory yang telah diakuisisi oleh salah satu perusahaan media di Indonesia. Setelah itu, ia juga mencoba mendirikan bisnis lain, yaitu Golfnesia.com, sebuah sistem reservasi golf. Natali bekerja sama dengan investor lokal dan investor Jepang.
Selain sibuk berbisnis, Natali juga menjadi salah satu inisiator dari komunitas bernama #StartUpLokal. Bersama dua orang lain, yaitu Nuniek dan Ollie, komunitas ini sudah berjalan lebih dari lima tahun dan secara konsisten mengadakan pertemuan bulanan untuk memelihara ekosistem startup di Indonesia.
”Berbagai macam orang dari kalangan dan usia yang berbeda datang untuk diskusi bersama di komunitas ini. Bahkan banyak yang ikut pertemuan juga anak-anak sekolah. Salah satu pesertanya adalah seorang anak SMP yang kini menjadi konsultan IT,” ungkapnya.
Dari komunitas #Start- UpLokal inilah Natali bertemu dengan kawan-kawan lain yang akhirnya sepakat membangun usaha bersama di bidang travel. Jatuh bangun dan lika-liku usaha yang ia jalani, semua tidak terlepas dari dukungan orang tua. ”Mereka mendukung saya untuk terjun ke dunia IT. Kebebasan itu yang saya jaga dengan baik agar orang tua percaya pada saya,” tutur pria lulusan Master Degree in Information Technology Universitas Indonesia itu.
Bagi Natali, keberaniannya untuk terjun sebagai seorang entrepreneur memang dilakukan sedini mungkin. ”Sebab, waktu yang saya miliki akan semakin banyak untuk belajar jika saya memulainya secepat mungkin. Dengan menjadi entrepreneur, saya banyak belajar untuk berkomunikasi, baik dengan karyawan maupun orang lain,” katanya.
Natali mengatakan, targetnya ke depan adalah memiliki sebuah inkubator dan suatu saat dapat menjadi angel investor. Dulu Natali bersama teman- temannya pernah mendirikan sebuah inkubator bernama Project Eden.
”Saya ingin membuat inkubator lagi. Selain itu, saya ingin terus berbagi pengalaman dengan teman-teman lain yang bisa mendirikan usaha juga. Sebab, banyak sekali pengalaman hidup yang membuat saya banyak belajar,” ujarnya.
Kini, Natali dengan co-founder Tiket.com lain telah mengubah startup menjadi perusahaan yang sangat sukses dan menguntungkan. ”Target saat ini adalah mengejar pasar Asia Pasifik. Sebab, 50% populasi dunia berada di sana, tetapi belum tersentuh secara maksimal,” tutupnya.
Dina angelina
Natali, sapaan akrabnya, saat itu terinspirasi oleh seorang animator televisi swasta. ”Saat kecil, saya tertarik melihat kerja animator yang bisa menghasilkan sebuah karya melalui sebuah komputer,” katanya. Hingga akhirnya selama sekolah, Natali giat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler komputer dan menjadi bagian dari tim Olimpiade Komputer.
Setelah lulus sekolah menengah atas (SMA), hobi itu semakin dijalani secara serius. Natali mengambil program pendidikan S-1 Ilmu Komputer di Universitas Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, Natali juga aktif menangani berbagai proyek sambil kuliah. ”Meskipun kuliah saya sempat terhambat karena saya fokus dengan proyek tersebut, terbukti banyak pengalaman yang saya dapatkan dan orang tua juga tidak pernah mengekang saya, melihat kegiatan yang saya lakukan masih positif,” tuturnya.
Natali mengaku, hard skill yang ia miliki cukup mumpuni. Namun, berbeda dengan soft skill-nya yang dirasa masih sangat kurang. ”Setelah lulus kuliah saya sadar bahwa soft skill saya kurang karena saya termasuk orang yang introvert. Saya sibuk dengan hobi saya di belakang komputer dan jarang berinteraksi dengan orang lain,” ujarnya.
Sehingga, ketika kali pertama mendapatkan pekerjaan setelah kuliah, Natali banyak belajar bagaimana berkomunikasi dan bersosial. ”Saat itu saya menjadi pengajar di sebuah training center. Itulah awal bagaimana saya belajar untuk memahami karakteristik orang lain dan bagaimana menciptakan komunikasi yang baik,” jelasnya.
Pengalaman menjadi entrepreneur justru diawalinya dengan mendirikan Urbanesia.com, sebuah situs city directory yang telah diakuisisi oleh salah satu perusahaan media di Indonesia. Setelah itu, ia juga mencoba mendirikan bisnis lain, yaitu Golfnesia.com, sebuah sistem reservasi golf. Natali bekerja sama dengan investor lokal dan investor Jepang.
Selain sibuk berbisnis, Natali juga menjadi salah satu inisiator dari komunitas bernama #StartUpLokal. Bersama dua orang lain, yaitu Nuniek dan Ollie, komunitas ini sudah berjalan lebih dari lima tahun dan secara konsisten mengadakan pertemuan bulanan untuk memelihara ekosistem startup di Indonesia.
”Berbagai macam orang dari kalangan dan usia yang berbeda datang untuk diskusi bersama di komunitas ini. Bahkan banyak yang ikut pertemuan juga anak-anak sekolah. Salah satu pesertanya adalah seorang anak SMP yang kini menjadi konsultan IT,” ungkapnya.
Dari komunitas #Start- UpLokal inilah Natali bertemu dengan kawan-kawan lain yang akhirnya sepakat membangun usaha bersama di bidang travel. Jatuh bangun dan lika-liku usaha yang ia jalani, semua tidak terlepas dari dukungan orang tua. ”Mereka mendukung saya untuk terjun ke dunia IT. Kebebasan itu yang saya jaga dengan baik agar orang tua percaya pada saya,” tutur pria lulusan Master Degree in Information Technology Universitas Indonesia itu.
Bagi Natali, keberaniannya untuk terjun sebagai seorang entrepreneur memang dilakukan sedini mungkin. ”Sebab, waktu yang saya miliki akan semakin banyak untuk belajar jika saya memulainya secepat mungkin. Dengan menjadi entrepreneur, saya banyak belajar untuk berkomunikasi, baik dengan karyawan maupun orang lain,” katanya.
Natali mengatakan, targetnya ke depan adalah memiliki sebuah inkubator dan suatu saat dapat menjadi angel investor. Dulu Natali bersama teman- temannya pernah mendirikan sebuah inkubator bernama Project Eden.
”Saya ingin membuat inkubator lagi. Selain itu, saya ingin terus berbagi pengalaman dengan teman-teman lain yang bisa mendirikan usaha juga. Sebab, banyak sekali pengalaman hidup yang membuat saya banyak belajar,” ujarnya.
Kini, Natali dengan co-founder Tiket.com lain telah mengubah startup menjadi perusahaan yang sangat sukses dan menguntungkan. ”Target saat ini adalah mengejar pasar Asia Pasifik. Sebab, 50% populasi dunia berada di sana, tetapi belum tersentuh secara maksimal,” tutupnya.
Dina angelina
(bbg)