Migran Jadi Horor bagi Warga Eropa
A
A
A
Separuh warga Eropa memandang krisis migran di Eropa dan meningkatnya jumlah pencari suaka akan menjadi cerita horor.
Beban Eropa diperkirakan akan semakin berat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah migran asal Afrika dan Timur Tengah. Jumlah migran yang masuk Eropa mencapai 107.500 orang pada Juli lalu. Jerman memperkirakan 800.000 migran akan masuk Eropa tahun ini. Itu empat kali lipat dibandingkan tahun lalu. Krisis migran bukan lagi menjadi bumerang bagi Eropa, tetapi menjadi masalah besar bagi masa depan masyarakat Eropa.
Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban mengungkapkan rakyatnya menghadapi ketakutan luar biasa. ”Masyarakat Eropa juga menghadapi ketakutan karena para pemimpin Eropa, termasuk PM, tidak mampu mengontrol situasi,” kata Orban, pemimpin Partai Fidesz yang dikenal antimigran, dikutip AFP . Dia justru mengungkapkan krisis migran yang dihadapi Eropa merupakan ”masalah bagi Jerman”. Sebagian besar tujuan utama para migran adalah Jerman.
Hungaria tidak akan mengizinkan migran untuk meninggalkan teritorialnya tanpa pendaftaran. Ketua Parlemen Eropa Martin Schulz menegaskan, tidak ada migran yang ingin tinggal di Hungaria, Slovakia, Polandia, atau pun Estonia. ”Semuanya ingin pergi ke Jerman,” tutur Schulz. Perpecahan pemimpin Eropa dalam mencari solusi atas krisis pengungsi memang terbelah. ”Ada perbedaan antara Timur dan Barat,” kata Presiden Uni Eropa (UE) Donald Tusk dalam pertemuan dengan Orban.
Dia mengungkapkan beberapa anggota UE berpikir untuk menghambat gelombang migrasi. ”Sedangkan kelompok lain menginginkan solidaritas,” imbuhnya. Selama dua hari ratusan migran yang sebagian besar berasal dari Suriah telantar di luar Stasiun Keleti, Budapest. Mereka berhadapan dengan aparat Hungaria yang mencegah mereka masuk stasiun. Padahal, mereka telah membayar tiket kereta menuju berbagai kota di Uni Eropa, termasuk kota-kota di Jerman.
Para migran berang dengan aksi polisi Hungaria. Mereka berteriak ”Jerman, Jerman” sembari mengacungkan tiket kereta yang telah dibeli. Dalam jajak pendapat terbaru, separuh warga Jerman khawatir dengan peningkatan jumlah pencari suaka. Jajak pendapat yang digelar R+V menyebutkan warga Jerman khawatir dengan 800.000 orang yang mengajukan suaka ke pemerintahan mereka.
Kehilangan pekerjaan dan timbulnya masalah sosial menjadi kekhawatiran terbesar. Dampak paling nyata akibat krisis migran adalah para penumpang kereta cepat Eurostar yang terdampar semalaman selama 14 jam di Calais. Mereka mengaku kondisi kereta yang gelap dengan situasi menghebohkan dan mengerikan serta para migran mengetuk jendela kereta.
Layanan kereta dari Paris menuju London ini terpaksa harus dihentikan dekat kota Calais sekitar 2 kilometer dari Channel Tunnel pada Selasa (1/9) malam waktu setempat, setelah para migran memasuki jalur lintasan kereta dan beberapa dari mereka memanjat ke badan kereta. Manajemen Eurostar meminta maaf dan mengatakan akan memberikan kompensasi atas keterlambatan ini. Di tempat berbeda, Rusia mengatakan Dewan Keamanan PBB akan membicarakan rancangan resolusi untuk menanggulangi krisis migran di Eropa.
Resolusi itu tentang kemungkinan dengan mengizinkan inspeksi terhadap kapal-kapal yang diduga membawa migran gelap. ”Dewan Keamanan akan menyetujui resolusi itu bulan ini,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin.
Arvin
Beban Eropa diperkirakan akan semakin berat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah migran asal Afrika dan Timur Tengah. Jumlah migran yang masuk Eropa mencapai 107.500 orang pada Juli lalu. Jerman memperkirakan 800.000 migran akan masuk Eropa tahun ini. Itu empat kali lipat dibandingkan tahun lalu. Krisis migran bukan lagi menjadi bumerang bagi Eropa, tetapi menjadi masalah besar bagi masa depan masyarakat Eropa.
Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban mengungkapkan rakyatnya menghadapi ketakutan luar biasa. ”Masyarakat Eropa juga menghadapi ketakutan karena para pemimpin Eropa, termasuk PM, tidak mampu mengontrol situasi,” kata Orban, pemimpin Partai Fidesz yang dikenal antimigran, dikutip AFP . Dia justru mengungkapkan krisis migran yang dihadapi Eropa merupakan ”masalah bagi Jerman”. Sebagian besar tujuan utama para migran adalah Jerman.
Hungaria tidak akan mengizinkan migran untuk meninggalkan teritorialnya tanpa pendaftaran. Ketua Parlemen Eropa Martin Schulz menegaskan, tidak ada migran yang ingin tinggal di Hungaria, Slovakia, Polandia, atau pun Estonia. ”Semuanya ingin pergi ke Jerman,” tutur Schulz. Perpecahan pemimpin Eropa dalam mencari solusi atas krisis pengungsi memang terbelah. ”Ada perbedaan antara Timur dan Barat,” kata Presiden Uni Eropa (UE) Donald Tusk dalam pertemuan dengan Orban.
Dia mengungkapkan beberapa anggota UE berpikir untuk menghambat gelombang migrasi. ”Sedangkan kelompok lain menginginkan solidaritas,” imbuhnya. Selama dua hari ratusan migran yang sebagian besar berasal dari Suriah telantar di luar Stasiun Keleti, Budapest. Mereka berhadapan dengan aparat Hungaria yang mencegah mereka masuk stasiun. Padahal, mereka telah membayar tiket kereta menuju berbagai kota di Uni Eropa, termasuk kota-kota di Jerman.
Para migran berang dengan aksi polisi Hungaria. Mereka berteriak ”Jerman, Jerman” sembari mengacungkan tiket kereta yang telah dibeli. Dalam jajak pendapat terbaru, separuh warga Jerman khawatir dengan peningkatan jumlah pencari suaka. Jajak pendapat yang digelar R+V menyebutkan warga Jerman khawatir dengan 800.000 orang yang mengajukan suaka ke pemerintahan mereka.
Kehilangan pekerjaan dan timbulnya masalah sosial menjadi kekhawatiran terbesar. Dampak paling nyata akibat krisis migran adalah para penumpang kereta cepat Eurostar yang terdampar semalaman selama 14 jam di Calais. Mereka mengaku kondisi kereta yang gelap dengan situasi menghebohkan dan mengerikan serta para migran mengetuk jendela kereta.
Layanan kereta dari Paris menuju London ini terpaksa harus dihentikan dekat kota Calais sekitar 2 kilometer dari Channel Tunnel pada Selasa (1/9) malam waktu setempat, setelah para migran memasuki jalur lintasan kereta dan beberapa dari mereka memanjat ke badan kereta. Manajemen Eurostar meminta maaf dan mengatakan akan memberikan kompensasi atas keterlambatan ini. Di tempat berbeda, Rusia mengatakan Dewan Keamanan PBB akan membicarakan rancangan resolusi untuk menanggulangi krisis migran di Eropa.
Resolusi itu tentang kemungkinan dengan mengizinkan inspeksi terhadap kapal-kapal yang diduga membawa migran gelap. ”Dewan Keamanan akan menyetujui resolusi itu bulan ini,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin.
Arvin
(ars)