Pendamping Wisuda Kini Bisa Disewa

Sabtu, 05 September 2015 - 09:10 WIB
Pendamping Wisuda Kini...
Pendamping Wisuda Kini Bisa Disewa
A A A
ENTAH dari mana asal-muasalnya sehingga wisuda itu identik dengan pendamping wisuda. Nah yang jelas, arti pendamping wisuda sangat penting.

Hingga muncul meme seperti “Wisuda Cuma Ditemenin Orang Tua Doang? Itu Wisuda Apa Bagi Rapor?”. Tentu membuat gusar para calon wisudawan dan wisudawati yang tidak memiliki pendamping wisuda.

”Sebenarnya dari zaman sekolah dulu, sewaktu ambil rapor, gue enggak pernah ikut. Biar orang tua saja yang ambil. Andai wisuda juga bisa diwakilkan oleh orang tua,” celoteh Ganesha Hidayah, alumnus Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Jakarta dengan nada galau. Menurut Ganesha, bagi mereka yang terbiasa tidak bersama pasangan, memedi atas mungkin tak jadi masalah.

Namun, untuk mereka yang baru putus, sedang menjalani long distance relationship, atau bahkan ditinggal pasangan menikah tepat pada saat beberapa hari lagi akan menjalani wisuda, meme tersebut pasti menjadi sesuatu yang terngiangngiang hingga membuat khawatir. Echa, sapaan akrabnya, bercerita bahwa sebelum putus dengan pacarnya, ia sudah membeli seragam untuk si mantan agar datang ke wisuda.

”Eh, akhirnya Tuhan berencana lain. Tapi masih sangat amat bersyukur karena lulus sarjana didampingi orang tua yang lengkap walaupun tetap sedih karena enggak punya pacar. Apalagi banyak sahabat berhalangan datang, mengingat perayaan wisuda ada di weekdays,” katanya. ”Tapi yang lebih sedih sih karena enggak punya pacar,” katanya sambil curcol, berharap agar mantannya membaca.

Namun, jangan risau terlalu lama karena sekarang mulai banyak orang menawarkan jasa partner untuk wisuda. Seperti yang dilakukan Irfan, pemuda berusia 23 tahun dan berdomisili di kota pelajar, bagian selatan Yogyakarta, yaitu daerah Wonosari itu, ternyata melakukan bisnis jasa partner wisuda untuk dalam dan luar Kota Yogyakarta.

Bermulai dari keisengan semasa kuliah menemani teman saat diwisuda, Irfan merasa mendapat pengalaman unik. Ia diajak makan gratis, memberikan bunga, hingga diajak selfie. Sampai akhirnya Irfan berinisiatif melanjutkannya menjadi bisnis pada 2014. Ia mengaku pada saat musim wisuda seperti ini permintaan akan jasa partner selalu membeludak di hari-hari terakhir mendekati wisuda.

”Karena seperti yang biasanya terjadi, mereka akan mencaricari orang lain dulu untuk menjadi partner. Kalau tidak ketemu juga, baru menggunakan alternatif jasa partner wisuda sebagai pilihan,” ucap alumnus Institut Pertanian Stiper Yogyakarta itu. Dengan biaya yang tidak ditentukan, Irfan menegaskan bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk membantu orang lain.

“Sambil mengisi waktu luang, syukur-syukur kalau memang ada uang yang bisa didapat. Karenanya saya enggak pernah minta berapa, seikhlasnya saja, asalkan dirasa sama customercukup, ya enggak apa-apa, saya terima legowo,” katanya. Biasanya ia mendapat Rp150.000 hingga Rp200.000 per hari. Bahkan, Irfan juga melayani jasa luar kota. ”Akomodasi bukan tanggung jawab saya loh!,” kata laki-laki yang tidak membatasi waktu bagi siapa saja yang menggunakan jasanya.

Sikap fleksibilitas yang ia tawarkan kepada pengguna jasanya menjadi poin plus tersendiri. Walau sempat melakukan promosi melalui grup-grup Facebook dan social media, sudah banyak mahasiswi yang menggunakan jasanya dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Lain lagi dengan Nadya Karim Melati, mahasiswi Universitas Indonesia (UI) yang juga memiliki bisnis serupa bernama Partnered-Up.

Bedanya, Nadya hanya menawarkannya untuk mahasiswa UI. Melalui tagline“having a partner as easy as one, two, three” di dalam poster pricelistyang diberikan. Bisnis yang dijalankan bersama temantemannya ini memiliki paket yang berbeda-beda. “Ada graduation one daydengan durasi 8 jam seharga Rp500.000 dan half dayyang berdurasi 4 jam seharga Rp300.000. Ada juga datingdan wedding untuk half dayberkisar hingga Rp200.000. Setiap paket itu mempunyai bonus-bonus berbeda, makanya harganya juga saya buat berbeda,” kata Nadya.

Selain paket yang ditawarkan, ada poin lebih yang dimiliki Partnered-Up, yaitu menawarkan kriteria partner yang diinginkan dan penggantian partner jika yang terpilih berhalangan hadir. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, Nadya memiliki rule of gamedalam bisnisnya. “Identitas klien sebagai bentuk legalitas. Dan ada aturan untuk tidak melakukan hal-hal yang menju rus ke hubungan lebih dari sekadar partner,” katanya.

Hal serupa diamini oleh Irfan. “Kebanyakan yang sudah menggunakan jasa saya setelah selesai jadi partner, ya sudah lost contactsaja. Tapi perasaan kan enggak ada yang tahu ya. Cuma saya inget ajasih, kalau itu hanya sebatas kerjaan,” papar Irfan. Begitu juga dengan Nadya. “Karena hanya diizinkan mengobrol melalui social mediadengan partner yang dipilih cukup sehari saja, itu sebagai batasan kita kalau yang dilakukan tak lebih dari bisnis,” katanya.

Memang perkara ada atau tidak adanya seorang pendamping wisuda yang datang dengan pakaian rapi membawa seikat bunga dan dapat diperke - nalkan kepada orang tua juga teman-teman, bukanlah hal yang sepatutnya dipikirkan secara berlebihan. Asalkan kita bisa mendapatkan esensi bahwa wisuda dapat dijadikan sebagai bahan refleksi diri, terkait mau dibawa ke mana arah dan langkah tujuan selanjutnya.

Bagaimanapun wisuda bukanlah akhir dari sebuah perjalanan yang dilalui, tetapi sebagai awal yang menuntut setiap dari kita untuk lebih sigap dan siap menghadapi tantangan global yang semakin hari membutuhkan perhatian lebih dari fresh graduate. Jadi, kembali lagi nih, semua bergantung cara kamu menyikapinya. Itu karena bisnis jasa partner wisuda juga bukanlah bisnis yang negatif.

Dengan niat baik yang dimiliki oleh orang-orang yang menjalaninya, semua akan terasa sangat membahagiakan.

Rianda Rizky Permata
Mahasiswi STIE Islam Tazkia
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0646 seconds (0.1#10.140)