Bimbingan Manasik Perlu Ditambah
A
A
A
MEKKAH - Panitia Penyelenggara Haji Indonesia(PPHI) dinilai perlu menambah frekuensi bimbingan manasik haji untuk tahun depan.
Dari pantauan di lapangan, masih banyak jamaah yang kebingungan dalam melaksanakan prosesi ibadah haji, mulai dari memakai kain ihram, niat umrah, salat sunah, tawaf hingga sai.
Dengan penambahan manasik, jamaah diharapkan mampu melaksanakan prosesi haji secara mandiri. Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Haji dan Pengawasan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Tawwabuddin mengatakan, saat melaksanakan tawaf ada jamaah yang sudah berhenti sebelum putaran ke tujuh.
”Kondisi ini menjadi masalah karena dari sisi ibadahnya seperti itu belum sah,” katanya di Mekkah kemarin. Temuan lainnya diutarakan anggota tim bimbingan ibadah Daker Mekkah, Janter Simanjutak. Menurut dia, petugas bimbingan ibadah sempat bertemu dua jamaah yang memulai sai dari Bukit Marwah, padahal seharusnya dari Bukit Safa.
Sebenarnya tim bimbingan ibadah haji sudah mengerahkan petugas selama 24 jam untuk membimbing jamaah saat tawaf dan sai. Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) bahkan sudah membuat kurikulum manasik dalam bentuk buku dan versi digital agar jamaah bisa beribadah haji secara mandiri.
Namun, banyak yang belum dibaca dan dipraktikkan langsung. Seorang jamaah asal Ngawi, Jawa Timur, Dwi Kuntoro mengaku penyelenggaraan manasik terlalu mepet dengan waktu keberangkatan sehingga terkadang pikiran jamaah sedang tidak fokus. ”Akhirnya malah lupa saat tiba di Mekkah,” ujarnya.
Tahun ini jamaah hanya mendapatkan enam kali manasik yaitu empat kali di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan dan dua kali di tingkat kabupaten. Sedangkan pada 2014 jamaah mendapatkan 10 kali manasik. Pengurangan jumlah manasik diputuskan dalam rapat pembahasan dengan DPR pada April 2015.
Kepala Daker Mekkah Arsyad Hidayat berharap pembiayaan manasik ditingkatkan agar tahun depan jamaah bisa memahami tata cara melaksanakan haji. ”Banyak jamaah kita yang masih memerlukan penyuluhan,” katanya.
Sunu hastoro f/mch
Dari pantauan di lapangan, masih banyak jamaah yang kebingungan dalam melaksanakan prosesi ibadah haji, mulai dari memakai kain ihram, niat umrah, salat sunah, tawaf hingga sai.
Dengan penambahan manasik, jamaah diharapkan mampu melaksanakan prosesi haji secara mandiri. Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Haji dan Pengawasan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Tawwabuddin mengatakan, saat melaksanakan tawaf ada jamaah yang sudah berhenti sebelum putaran ke tujuh.
”Kondisi ini menjadi masalah karena dari sisi ibadahnya seperti itu belum sah,” katanya di Mekkah kemarin. Temuan lainnya diutarakan anggota tim bimbingan ibadah Daker Mekkah, Janter Simanjutak. Menurut dia, petugas bimbingan ibadah sempat bertemu dua jamaah yang memulai sai dari Bukit Marwah, padahal seharusnya dari Bukit Safa.
Sebenarnya tim bimbingan ibadah haji sudah mengerahkan petugas selama 24 jam untuk membimbing jamaah saat tawaf dan sai. Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) bahkan sudah membuat kurikulum manasik dalam bentuk buku dan versi digital agar jamaah bisa beribadah haji secara mandiri.
Namun, banyak yang belum dibaca dan dipraktikkan langsung. Seorang jamaah asal Ngawi, Jawa Timur, Dwi Kuntoro mengaku penyelenggaraan manasik terlalu mepet dengan waktu keberangkatan sehingga terkadang pikiran jamaah sedang tidak fokus. ”Akhirnya malah lupa saat tiba di Mekkah,” ujarnya.
Tahun ini jamaah hanya mendapatkan enam kali manasik yaitu empat kali di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan dan dua kali di tingkat kabupaten. Sedangkan pada 2014 jamaah mendapatkan 10 kali manasik. Pengurangan jumlah manasik diputuskan dalam rapat pembahasan dengan DPR pada April 2015.
Kepala Daker Mekkah Arsyad Hidayat berharap pembiayaan manasik ditingkatkan agar tahun depan jamaah bisa memahami tata cara melaksanakan haji. ”Banyak jamaah kita yang masih memerlukan penyuluhan,” katanya.
Sunu hastoro f/mch
(ars)