Kapal Karam, 14 WNI Tewas

Jum'at, 04 September 2015 - 09:34 WIB
Kapal Karam, 14 WNI...
Kapal Karam, 14 WNI Tewas
A A A
KUALA LUMPUR - Sedikitnya 14 warga negara Indonesia (WNI) tewas setelah kapal yang mengangkut 100 migran tenggelam di Pantai Selangor, Malaysia, kemarin. Sebanyak 20 WNI selamat dalam tragedi tersebut.

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI A M Fachir saat mengunjungi Satinah di Rumah Sakit Polri, Jakarta, kemarin. Satinah adalah WNI yang selamat dari hukuman mati di Arab Saudi. ”Korban meninggal ada 14 orang dan selamat 20 orang. Kami terus memperbaharui laporan ini dan mengikuti perkembangan. Ada tujuh kapal dan satu helikopter yang turun tangan melakukan pencarian dan penyelamatan.

Bahkan kapal nelayan juga ikut membantu,” imbuhnya kepada sejumlah wartawan kemarin. Fachir menambahkan, para diplomat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur sudah menuju lokasi kejadian untuk memantau proses evakuasi. Mereka sudah bertemu beberapa pejabat lokal. ”Mudah-mudahan, teman-teman kami di sana bisa tiba hari ini di sekitar tempat kejadian,” ujarnya.

Tim penyelamat dari Indonesia menyatakan siap menyediakan bantuan dalam bentuk apa pun pada Malaysia. Tim penyelamat Malaysia masih mencari puluhan WNI yang hilang setelah kapal kayu yang mereka tumpangi tenggelam dihantam gelombang laut. ”Nelayan lokal telah menyelamatkan 15 orang dan mengangkat dari laut 14 jasad, 13 perempuan dan satu pria,” sebut Kepala Lokal Badan Penegakan Hukum Maritim Malaysia Laksamana Pertama Mohamad Aliyas Hamdan, pada kantor berita AFP.

”Kami telah mengerahkan 12 kapal dan satu pesawat dengan sekitar 200 petugas untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan bagi korban,” kata Aliyas. Kapal itu tenggelam di pantai dekat Kota Sabak Bernam di negara bagian Selangor. ”Saya yakin kapal tenggelam karena cuaca buruk dan kapal melebihi kapasitas,” ujar Aliyas.

Berdasarkan penjelasan awal dari korban selamat, para penumpang kapal yang tenggelam itu diduga warga Indonesia. ”Jika mereka legal, mereka tidak akan meninggalkan negara ini dengan cara itu,” kata Aliyas saat ditanya apakah korban tenggelam merupakan migran ilegal. Berdasarkan ukurannya, kapal itu dapat mengangkut sekitar 70 orang, tapi nelayan lokal menduga kapal itu mengangkut hingga 100 migran.

Aliyas menyatakan, tim penyelamat yakin mereka dapat menemukan lebih banyak korban selamat karena kapal tenggelam dekat dengan daratan. Jasad yang telah ditemukan dibawa ke rumah sakit di Teluk Intan di negara bagian Perak. ”Kami tidak yakin apakah para migran itu berupaya mendarat di Malaysia atau mencoba meninggalkan Malaysia secara ilegal,” tutur Aliyas yang menyebut tenggelamnya kapal tersebut sebagai tragedi kapal terburuk sepanjang tahun ini.

Malaysia merupakan negara ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara. Negara itu menjadi magnet bagi warga Indonesia yang mencari pekerjaan. Sekitar dua juta orang, sebagian besar dari Indonesia, bekerja di Malaysia secara ilegal. Mereka secara rutin melintasi selat antara dua negara menggunakan kapalkapal yang hampir tidak layak berlayar.

Kecelakaan di laut sering terjadi saat ribuan upaya melintasi laut dilakukan para migran untuk mendapatkan pekerjaan. Para migran itu biasanya bekerja di perkebunan, lokasi konstruksi, dan di pabrik- pabrik. Para migran seringkali memilih melintasi Selat Malaka ketika malam untuk menghindari penangkapan. Juni lalu lebih dari sepuluh orang meninggal dunia saat kapal yang mengangkut 97 migran asal Indonesia tenggelam. Para migran itu kembali ke Indonesia untuk mudik Lebaran.

Muh shamil/ Syarifudin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1155 seconds (0.1#10.140)