Tas Jinjing Jamaah Haji Dibatasi
A
A
A
MADINAH - Jamaah haji diminta tidak membawa tas jinjing dalam jumlah berlebihan saat perjalanan dari Madinah menuju Makkah, Arab Saudi.
Sesuai peraturan yang berlaku di Arab Saudi, bus yang mengangkut jamaah tidak boleh disesaki tas jinjing berisi barang-barang belanjaan.
Aturan ini diberlakukan secara menyeluruh bagi semua jamaah haji. Saat gelombang pertama jamaah haji berangkat dari Madinan ke Makkah pada Minggu 8 Agustus 2015, ada beberapa bus yang sempat tak diperkenankan berangkat karena tas tentengan jamaah terlalu banyak.
Berdasarkan pantauan, saat jamaah datang ke Makkah ternyata tidak sedikit yang membawa banyak tas jinjing. Selain tas, adapula jamaah yang membawa kardus.
Laupe, jamaah haji kloter I dari embarkasi Ujungpandang, Sulawesi Selatan, bahkan beli rice cooker dari Madinah untuk masak di Makkah.
Dia beralasan karena hanya mendapat jatah makan siang. Untuk makan pagi dan malam dia mengupayakan dengan cara menanak nasi.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah, Nasrullah Jasam membenarkan banyaknya tas jinjing di dalam bus rombongan jamaah.
“Karena itu untuk pemberangkatan ke Makkah selanjutnya kita upayakan tas tentengan (jinjing) bisa dimasukkan ke bagasi bus. Untuk koper kalau tidak muat di bus akan diangkut dengan truk,” katanya.
Nasrullah menegaskan kembali bahwa yang boleh dibawa jamaah hanya tas berisi identitas yang dikalungkan di leher, satu tenteng dan koper besar.
Peraturan yang sama berlaku saat jamaah pulang dari Makkah menuju Jeddah dan selanjutnya terbang ke Tanah Air.
Jika barang bawaan jamaah terlalu banyak, maka dia mengimbau agar dititipkan ke truk untuk dibawa ke Makkah.
“Saya sudah minta bagian transportasi untuk mendata jamaah yang barang belanjaan jamaah sudah banyak. Nanti barang-barang itu akan dibawa dengan truk yang terpisah dengan bus,” katanya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, koper jamaah yang akan berangkat ke Makkah memang sudah penuh dengan barang belanjaan.
Saat ditata di lobi hotel menjelang keberangkatan, semua koper terisi penuh. Padahal saat datang, isi koper jamaah tak terlalu penuh.
Jamaah tertarik belanja di Madinah karena banyak toko di sekitar pemondokan yang menawarkan berbagai oleh-oleh. Mulai dari kafiyeh, pasmina, baju gamis, dan aneka macam aksesoris.
Apalagi, Madinah terkenal dengan hasil kurma terbaik yang menjadi barang bawaan atau oleh-oleh “wajib” jamaah saat pulang ke Tanah Air.
Diana, jamaah haji asal Surabaya yang ditemui di salah satu toko di kawasan Markaziah mengaku sudah belanja di Madinah. “Untuk oleh-oleh. Kalau tadi beli emas, harganya memang sedikit lebih mahal. Namun kualitasnya lebih bagus,” ujarnya.
“Banyak jamaah yang tidak bisa menahan hasrat belanjanya dan kadang-kadang mengabaikan ketentuan angkutan bus dan penerbangan di sini (Arab Saudi),” sambung Nasrullah.
PILIHAN:
Mantan Polisi Ini Minta Polri Tak Tiru Gaya KPK
Sesuai peraturan yang berlaku di Arab Saudi, bus yang mengangkut jamaah tidak boleh disesaki tas jinjing berisi barang-barang belanjaan.
Aturan ini diberlakukan secara menyeluruh bagi semua jamaah haji. Saat gelombang pertama jamaah haji berangkat dari Madinan ke Makkah pada Minggu 8 Agustus 2015, ada beberapa bus yang sempat tak diperkenankan berangkat karena tas tentengan jamaah terlalu banyak.
Berdasarkan pantauan, saat jamaah datang ke Makkah ternyata tidak sedikit yang membawa banyak tas jinjing. Selain tas, adapula jamaah yang membawa kardus.
Laupe, jamaah haji kloter I dari embarkasi Ujungpandang, Sulawesi Selatan, bahkan beli rice cooker dari Madinah untuk masak di Makkah.
Dia beralasan karena hanya mendapat jatah makan siang. Untuk makan pagi dan malam dia mengupayakan dengan cara menanak nasi.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah, Nasrullah Jasam membenarkan banyaknya tas jinjing di dalam bus rombongan jamaah.
“Karena itu untuk pemberangkatan ke Makkah selanjutnya kita upayakan tas tentengan (jinjing) bisa dimasukkan ke bagasi bus. Untuk koper kalau tidak muat di bus akan diangkut dengan truk,” katanya.
Nasrullah menegaskan kembali bahwa yang boleh dibawa jamaah hanya tas berisi identitas yang dikalungkan di leher, satu tenteng dan koper besar.
Peraturan yang sama berlaku saat jamaah pulang dari Makkah menuju Jeddah dan selanjutnya terbang ke Tanah Air.
Jika barang bawaan jamaah terlalu banyak, maka dia mengimbau agar dititipkan ke truk untuk dibawa ke Makkah.
“Saya sudah minta bagian transportasi untuk mendata jamaah yang barang belanjaan jamaah sudah banyak. Nanti barang-barang itu akan dibawa dengan truk yang terpisah dengan bus,” katanya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, koper jamaah yang akan berangkat ke Makkah memang sudah penuh dengan barang belanjaan.
Saat ditata di lobi hotel menjelang keberangkatan, semua koper terisi penuh. Padahal saat datang, isi koper jamaah tak terlalu penuh.
Jamaah tertarik belanja di Madinah karena banyak toko di sekitar pemondokan yang menawarkan berbagai oleh-oleh. Mulai dari kafiyeh, pasmina, baju gamis, dan aneka macam aksesoris.
Apalagi, Madinah terkenal dengan hasil kurma terbaik yang menjadi barang bawaan atau oleh-oleh “wajib” jamaah saat pulang ke Tanah Air.
Diana, jamaah haji asal Surabaya yang ditemui di salah satu toko di kawasan Markaziah mengaku sudah belanja di Madinah. “Untuk oleh-oleh. Kalau tadi beli emas, harganya memang sedikit lebih mahal. Namun kualitasnya lebih bagus,” ujarnya.
“Banyak jamaah yang tidak bisa menahan hasrat belanjanya dan kadang-kadang mengabaikan ketentuan angkutan bus dan penerbangan di sini (Arab Saudi),” sambung Nasrullah.
PILIHAN:
Mantan Polisi Ini Minta Polri Tak Tiru Gaya KPK
(dam)