Inggris Segera Naikkan Suku Bunga
A
A
A
GUBERNUR Bank Sentral Inggris Mark Carney menegaskan, prospek perlambatan di China tidak akan menggagalkan rencana menaikkan suku bunga di Inggris.
Pada pertemuan para gubernur bank sentral di Amerika Serikat (AS), Carney mengatakan segera menaikkan suku bunga dari level terendah dalam sejarah 0,5%. Dia menyebut penurunan tajam saham-saham di China memicu guncangan di bursa saham Barat, dengan hampir 74 miliar poundsterling hilang dalam indeks FTSE 100 setelah ”Senin Hitam” pekan lalu.
”Sejumlah kejadian terbaru tidak mengubah strategi Komite Kebijakan Moneter untuk mengembalikan inflasi sesuai target. Target itu ialah 2% sementara inflasi sekarang sebesar 0,1%,” ujar Carney, dikutip Daily Mail. Dia juga ingin m e n e p i s spekulasi b a h w a perkembangan di China telah mengub a h proses peningkatan suku bunga dari terbatas dan bertahap menjadi sangat kecil dan lamban.
Menurutnya, permintaan domestik dan investasi oleh para investor Inggris, cukup kuat untuk menghadapi potensi penurunan pertumbuhan di China dan di Asia selain Jepang. Kondisi di Inggris juga dianggap lebih kuat menghadapi dampak penurunan mata uang di China dan negara-negara berkembang lainnya.
Meskipun bursa saham Eropa dan Wall Street telah pulih dari guncangan pekan lalu, sejumlah bankir dan ekonom mengkhawatirkan penyusutan pertumbuhan di China memiliki dampak negatif yang besar di negara-negara berkembang dan dunia secara keseluruhan. Di sisi lain, muncul berbagai spekulasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/Fed) dan Bank Sentral Inggris akan menunda kenaikan suku bunga pertama sejak krisis 2008 di AS dan Inggris.
Carney menjelaskan, jika permintaan yang lebih rendah dari China untuk komoditas mengakibatkan guncangan, Bank Sentral Inggris akan mencermati dampak inflasi. Adapun, Carney menjelaskan, jika perubahan nilai tukar mata uang terjadi seiring penurunan ekonomi di China, hal itu dapat memicu penurunan harga. ”Ini kemungkinan, bukan kepastian. Evolusi mereka perlu dimonitor,” ujarnya.
Ananda nararya
Pada pertemuan para gubernur bank sentral di Amerika Serikat (AS), Carney mengatakan segera menaikkan suku bunga dari level terendah dalam sejarah 0,5%. Dia menyebut penurunan tajam saham-saham di China memicu guncangan di bursa saham Barat, dengan hampir 74 miliar poundsterling hilang dalam indeks FTSE 100 setelah ”Senin Hitam” pekan lalu.
”Sejumlah kejadian terbaru tidak mengubah strategi Komite Kebijakan Moneter untuk mengembalikan inflasi sesuai target. Target itu ialah 2% sementara inflasi sekarang sebesar 0,1%,” ujar Carney, dikutip Daily Mail. Dia juga ingin m e n e p i s spekulasi b a h w a perkembangan di China telah mengub a h proses peningkatan suku bunga dari terbatas dan bertahap menjadi sangat kecil dan lamban.
Menurutnya, permintaan domestik dan investasi oleh para investor Inggris, cukup kuat untuk menghadapi potensi penurunan pertumbuhan di China dan di Asia selain Jepang. Kondisi di Inggris juga dianggap lebih kuat menghadapi dampak penurunan mata uang di China dan negara-negara berkembang lainnya.
Meskipun bursa saham Eropa dan Wall Street telah pulih dari guncangan pekan lalu, sejumlah bankir dan ekonom mengkhawatirkan penyusutan pertumbuhan di China memiliki dampak negatif yang besar di negara-negara berkembang dan dunia secara keseluruhan. Di sisi lain, muncul berbagai spekulasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/Fed) dan Bank Sentral Inggris akan menunda kenaikan suku bunga pertama sejak krisis 2008 di AS dan Inggris.
Carney menjelaskan, jika permintaan yang lebih rendah dari China untuk komoditas mengakibatkan guncangan, Bank Sentral Inggris akan mencermati dampak inflasi. Adapun, Carney menjelaskan, jika perubahan nilai tukar mata uang terjadi seiring penurunan ekonomi di China, hal itu dapat memicu penurunan harga. ”Ini kemungkinan, bukan kepastian. Evolusi mereka perlu dimonitor,” ujarnya.
Ananda nararya
(ars)