Dari Hobi Memancing, lalu Bisa Buat Kapal

Minggu, 30 Agustus 2015 - 11:41 WIB
Dari Hobi Memancing, lalu Bisa Buat Kapal
Dari Hobi Memancing, lalu Bisa Buat Kapal
A A A
Kecintaan Milla Lapeda pada laut membuat pria berusia 58 tahun ini menyukai segala hal yang berkaitan dengan bahari. Mulai dari memancing di laut yang ada di berbagai negara, sampai dia mampu membuat kapal dan dijual ke Amerika Serikat.

”Sejak kecil saya sudah hobi memancing. Kecintaan saya terhadap laut menjadi sebuah kesenangan tersendiri dan saya mendapatkan kepuasan yang tidak bisa diungkapkan,” ujar Milla. Milla mengaku, memancing merupakan hobi yang sanggup memberi kepuasan kepada dirinya.

Dari hobi tersebut, ia pernah memperoleh banyak sekali penghargaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Tetapi, sejak 1999, Milla tidak pernah lagi memancing di lautan Indonesia. Alasannya, saat ini sudah sulit memancing di laut Nusantara karena tidak ada aturan pemerintah mengenai penangkapan billfish atau ikan berparuh seperti ikan Marlin dan sailfish .

”Di Indonesia semua ikan ditangkapi oleh nelayan, kemudian dijual murah. Padahal, dagingnya belum tentu enak, keras, dan berbau amis,” ungkapnya. Sementara di negeri tetangga seperti Malaysia membunuh sailfish bisa dikenakan denda sekitar 250.000 ringgit atau kira-kira Rp1 miliar. Padahal, kalau mau dikelola dengan baik, kata Milla, kegiatan memancing bisa memberikan devisa yang besar untuk negara.

”Saya baca, terakhir Australia bisa mendapatkan devisa negara sekitar USD4 miliar per tahun. Saat memancing di sana, para pemancing itu juga menyewa kapal, hotel, makan, dan lain-lain. Apalagi billfish/sailfish ini jenis ikan idaman para pemancing,” cerita suami Yenni Riswani ini, seraya menyebut Venezuela, Meksiko, Australia, dan Guatemala sebagai negara favoritnya untuk memancing.

Dari hobi memancing tadi, Milla lantas terinspirasi untuk membuat kapal. Tepatnya pada 1998, ayah dua anak ini mulai mencoba membuka ladang bisnis baru yaitu pembuatan kapal. Ia sempat mengambil kursus membuat kapal di Amerika Serikat selama tiga bulan dan berhasil mendapatkan sertifikat dari US Coast Guard. ”Sertifikasi ini perlu agar saya bisa mengirim kapal ke Amerika,” ujarnya.

Sayang, bisnis pembuatan kapal ini hanya bertahan tiga tahun karena terjadi peristiwa 9/11 di Amerika Serikat. Gara-gara peristiwa tersebut, Amerika dan PBB memperketat aturan pengadaan bahan baku yang mudah meledak sehingga berimbas pula pada langkanya bahan baku pembuatan kapal.

Robi ardianto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8335 seconds (0.1#10.140)
pixels