Penembakan Jurnalis Akibat Sakit Hati

Jum'at, 28 Agustus 2015 - 08:48 WIB
Penembakan Jurnalis Akibat Sakit Hati
Penembakan Jurnalis Akibat Sakit Hati
A A A
WASHINGTON - Motif penembakan dua jurnalis stasiun televisi WDBJ, Amerika Serikat (AS), terungkap karena tersangka mengirimkan fax sebanyak 23 halaman ke ABC News.

Vester Lee Flanagan, 41, yang memiliki nama populer Bryce Williams menembak reporter Alison Parker, 24, dan juru kamera Adam Ward, 27, saat menggelar wawancara langsung di Raonoke sekitar 385 kilometer barat daya Washington Amerika Serikat (AS). Pelaku merasa sakit hati setelah mendapatkan perlakuan diskriminasi dan selalu dihina sebagai orang berkulit hitam dan homoseks saat masih bekerja di stasiun televisi yang berafiliasi dengan CBSitu.

Dalam sebuah dokumen fax yang diterima ABC News, pelaku mengatakan kesabarannya sudah habis. ”Ya, ini mungkin membuatku terlihat marah karena saya memang marah. Saya berhak untuk marah. Tapi, saat saya meninggalkan dunia ini, emosi yang ingin saya rasakan adalah kedamaian,” bunyi dokumen itu dikutip AFP .

Menurut Flanagan, kemarahannya ”terbangun terus” dan dia sudah menjadi ”tong bubuk mesiu berjalan” dan ”menunggu saatnya meledak!!!” Flanagan juga menceritakan dia mengalami perlakuan rasisme dan homofobia di tempat kerja. Dia pun menyatakan kekagumannya pada remaja yang menembak 13 orang di SMA Columbine di Colorado pada 1999.

Dia juga mengungkapkan kemarahan atas serangan di sebuah gereja di Charleston, South Caroline yang menewaskan sembilan jemaat dan pastor kulit hitam Juni lalu. ABC News menerima dokumen itu hampir dua jam pascapenembakan. Dalam dokumen itu, Flanagan mengaku telah menembak dua jurnalis selama siaran langsung di AS sebelum akhirnya dia bunuh diri karena tidak berkutik.

”Polisi telah mengejar dan mengepung saya,” ujar Flanagan dalam dokumen berjudul ”Catatan Bunuh Diri untuk Teman dan Keluarga” itu. Sebelumnya, pria keturunan Amerika- Afrika itu telah dipecat WDBJ pada 2013 karena memiliki tabiat yang buruk. Penembakan itu menandai rawannya kepemilikan senjata api di AS.

Faktanya, ini bukan kali pertama kasus penembakan terjadi di Negeri Paman Sam, baik untuk kasus pembunuhan orang lain, bunuh diri, ataupun kombinasi keduanya. Tragedi itu mempertegas bahwa kepemilikan senjata api hanya membuat warga menjadi tidak aman. Sejumlah politisi dan masyarakat AS menekan pemerintah pusat memperbaharui aturan standar kepemilikan senjata api setelah kasus pembunuhan dua anggota redaksi WDBJ memperpanjang daftar kasus penembakan.

Pada 2013 kasus penembakan di AS mencapai 11.208 kasus (3,5 per 100.000). Flanagan mengaku membeli senjata tersebut secara ilegal. Teman, keluarga, dan masyarakat yang mengenal korban meminta agar Gedung Putih mampu memperbaharui aturan kepemilikan atau standar keamanan. ”AS harus melakukan sesuatu dalam mencegah orang gila mendapatkan senjata,” kata ayah Alison, Andy Parker. Presiden AS Barack Obama juga mengaku terkejut dengan kejadian ini.

Dia menyerukan pengendalian senjata api yang lebih ketat setelah serangan tersebut. ”Kita rela menghabiskan triliunan dolar untuk mencegah aktivitas terorisme, tapi kita belum mau menggunakan setidaknya akal sehat dalam pengendalian senjata api,” kata Obama dikutip BBC .

Terpisah dari Louisiana, seorang pria menembak mati seorang polisi, Henry Nelson, 51. Sebelumnya tersangka yang diidentifikasi bernama Harrison Wiley Jr itu menikam istri dan dua saudara perempuannya, satu di antaranya tewas pada Rabu (26/8) waktu setempat.

Muh shamil/andika
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7064 seconds (0.1#10.140)