Jurnalis Butuh Personal Brand Cemerlang
A
A
A
JAKARTA - Jurnalis dengan Personal Brand cemerlang akan menjadi pilihan banyak orang dan nara sumber.
Namun, dibutuhkan konsistensi dalam mengelola dan menghantarkan Personal Brand dengan baik.
Konsultan Branding & Ethnographer dari Etnomark Consulting Amalia E Maulana mengatakan, semua orang membutuhkan Personal Brand, tidak semata artis, politisi, atau para CEO saja.
Pasalnya, Personal Brand tidak mengacu kepada popularitas melainkan bagaimana menjadi pilihan orang banyak dan dipercaya bisa memberikan manfaat yang diharapkan oleh stakeholdersnya. Brand yang kuat ditandai dengan Personal Brand yang cemerlang.
"Personal Brand Cemerlang adalah seseorang yang selalu dipilih dalam setiap kesempatan. Cemerlang itu adalah kontekstual terhadap pilihan dari yang kita anggap kita menjadi sesuatu," ujar Amalia saat memberikan pembekalan tentang Personal Branding kepada para jurnalis grup MNC di Gedung SINDO Jakarta, Selasa 25 Agustus 2015.
Menurut alumnus School of Marketing, University of New South Wales, Australia itu, Personal Branding sangat penting untuk membangun reputasi baik untuk kehidupan pribadi maupun untuk karir.
Sayangnya, masih banyak miskonsepsi seputar Personal Branding sehingga tidak banyak yang serius menekuninya.
Miskonsepsi ini juga melanda jurnalis, misalnya ada jurnalis yang merasa bahwa dirinya tidak berniat untuk menjadi jurnalis yang terkenal sehingga akhirnya tidak mengelola Personal Brand-nya dengan baik.
Amalia menegaskan Personal Branding untuk jurnalis tidak berarti ia harus dikenal secara masif. Jurnalis bisa menjadi Personal Brand cemerlang di mata audiens yang dipilihnya sendiri.
"Semua jurnalis butuh Personal Brand yang cemerlang, karena intinya adalah menjadi orang-orang pilihan. Contoh sederhana, saat media Anda mendapat undangan peliputan acara penting di luar kota atau luar negeri, tentu pihak manajemen akan memilih yang kompeten dan bisa menghasilkan output yang baik," tutur penulis buku Personal Branding itu.
Menurut Amalia, memiliki Personal Branding cemerlang tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri melainkan semua stakeholders-nya.
Contoh lain terkait dunia jurnalis, lanjut Amalia, adalah bahwa adakalanya tidak semua media bisa diterima dengan baik oleh nara sumber.
Namun, kendati medianya tidak diterima, ada kalanya orang atau wartawannya bisa diterima atau bahkan dicari oleh nara sumber tersebut.
Kendati demikian, kata Amalia, menjadi orang-orang pilihan itu memang tidak mudah. Dalam keseharian dibutuhkan kemauan untuk berinteraksi dengan menawarkan nilai-nilai yang baik dan disukai komunitas, audiensnya maupun masyarakat luas.
"Secara umum Brand yang sukses itu yang relevan, konsisten, dan distinctive," sebutnya.
Lebih lanjut Amalia mengatakan, Brand merupakan kumpulan janji yang kita pilih. Dengan demikian jika kita sudah memilih, maka harus bertanggungjawab untuk men-deliver secara konsisten.
Pembekalan tentang Personal Branding diikuti puluhan jurnalis dari grup MNC selama lebih dari dua jam. Pada awal pertemuan, para jurnalis diminta menuliskan kalimat yang menggambarkan tentang dirinya masing-masing.
Namun, dibutuhkan konsistensi dalam mengelola dan menghantarkan Personal Brand dengan baik.
Konsultan Branding & Ethnographer dari Etnomark Consulting Amalia E Maulana mengatakan, semua orang membutuhkan Personal Brand, tidak semata artis, politisi, atau para CEO saja.
Pasalnya, Personal Brand tidak mengacu kepada popularitas melainkan bagaimana menjadi pilihan orang banyak dan dipercaya bisa memberikan manfaat yang diharapkan oleh stakeholdersnya. Brand yang kuat ditandai dengan Personal Brand yang cemerlang.
"Personal Brand Cemerlang adalah seseorang yang selalu dipilih dalam setiap kesempatan. Cemerlang itu adalah kontekstual terhadap pilihan dari yang kita anggap kita menjadi sesuatu," ujar Amalia saat memberikan pembekalan tentang Personal Branding kepada para jurnalis grup MNC di Gedung SINDO Jakarta, Selasa 25 Agustus 2015.
Menurut alumnus School of Marketing, University of New South Wales, Australia itu, Personal Branding sangat penting untuk membangun reputasi baik untuk kehidupan pribadi maupun untuk karir.
Sayangnya, masih banyak miskonsepsi seputar Personal Branding sehingga tidak banyak yang serius menekuninya.
Miskonsepsi ini juga melanda jurnalis, misalnya ada jurnalis yang merasa bahwa dirinya tidak berniat untuk menjadi jurnalis yang terkenal sehingga akhirnya tidak mengelola Personal Brand-nya dengan baik.
Amalia menegaskan Personal Branding untuk jurnalis tidak berarti ia harus dikenal secara masif. Jurnalis bisa menjadi Personal Brand cemerlang di mata audiens yang dipilihnya sendiri.
"Semua jurnalis butuh Personal Brand yang cemerlang, karena intinya adalah menjadi orang-orang pilihan. Contoh sederhana, saat media Anda mendapat undangan peliputan acara penting di luar kota atau luar negeri, tentu pihak manajemen akan memilih yang kompeten dan bisa menghasilkan output yang baik," tutur penulis buku Personal Branding itu.
Menurut Amalia, memiliki Personal Branding cemerlang tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri melainkan semua stakeholders-nya.
Contoh lain terkait dunia jurnalis, lanjut Amalia, adalah bahwa adakalanya tidak semua media bisa diterima dengan baik oleh nara sumber.
Namun, kendati medianya tidak diterima, ada kalanya orang atau wartawannya bisa diterima atau bahkan dicari oleh nara sumber tersebut.
Kendati demikian, kata Amalia, menjadi orang-orang pilihan itu memang tidak mudah. Dalam keseharian dibutuhkan kemauan untuk berinteraksi dengan menawarkan nilai-nilai yang baik dan disukai komunitas, audiensnya maupun masyarakat luas.
"Secara umum Brand yang sukses itu yang relevan, konsisten, dan distinctive," sebutnya.
Lebih lanjut Amalia mengatakan, Brand merupakan kumpulan janji yang kita pilih. Dengan demikian jika kita sudah memilih, maka harus bertanggungjawab untuk men-deliver secara konsisten.
Pembekalan tentang Personal Branding diikuti puluhan jurnalis dari grup MNC selama lebih dari dua jam. Pada awal pertemuan, para jurnalis diminta menuliskan kalimat yang menggambarkan tentang dirinya masing-masing.
(nag)