Menanti Raja Baru Thailand Dia mengatakan, suk

Senin, 24 Agustus 2015 - 09:44 WIB
Menanti Raja Baru Thailand Dia mengatakan, suk
Menanti Raja Baru Thailand Dia mengatakan, suk
A A A
Raja Thailand Bhumibol Adulyadej memang dicintai sebagian rakyatnya dan dihormati militer. Namanya masih tetap menjadi simbol Thailand dan pemersatu bangsa.

Namun, publik Thailand kini bertanya-tanya tentang keterkaitan antara kegaduhan politik dan rencana suksesi pewaris takhta di Negeri Gajah Putih tersebut. Sehari sebelum ledakan bom di Kuil Erawan, Putra Mahkota Kerajaan Thailand Pangeran Maha Vajiralongkorn, 63, memimpin ribuan warga bersepeda di Bangkok pada Minggu (16/8). Itu sebagai sinyal bahwa suksesi memang sedang dipersiapkan.

Vajiralongkorn yang jarang tampil ke publik itu berani menunjukkan diri di tengah kekhawatiran publik tentang kesehatan ayahnya. Militer juga menampilkan sinyal kepada publik mengenai dukungan mereka kepada Vajiralongkorn yang akan menggantikan ayahnya.

Sebelum acara sepeda bersama dimulai, Jenderal Prayuth Chan-ocha sebagai perdana menteri (PM) Thailand memberikan hormat. ”Acara ini untuk menunjukkan cinta terhadap kerajaan,” kata Prayuth, dikutip AFP.

Itu juga sebagi konfirmasi bahwa militer siap melakukan apa saja untuk membela kerajaan. Menurut Ernest Bower, pakar Asia Tenggara dari Center for Strategic and International Studies, proses suksesi kerajaan seperti permainan musik perebutan kekuasaan. ”Ketika musik berhenti - ketika raja meninggal - siapa yang berkuasa harus mengorganisasi langkah selanjutnya,” paparnya.

Selama berkuasa pada abad 20, Raja Thailand merupakan penjamin stabilitas politik di tengah kudeta militer, perubahan konstitusi, dan tragedi berdarah. Pertumpahan darah pun berhenti. Dalam satu dekade terakhir, Raja Bhumibol tidak netral karena dianggap berpihak kepada kelompok ”Kaus Kuning” yang terdiri atas warga kelas menengah dan militer.

Dia dianggap menganaktirikan kelompok ”Kaus Merah” yang berasal dari perdesaan dan pendukung mantan Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra. Bagaimana dengan suksesi Kerajaan Thailand? Beberapa pakar berpandangan bahwa militer akan memegang peranan penting dalam suksesi setelah kematian Raja Bhumibol.

Selama ini Prayuth memiliki reputasi sebagai pendukung kerajaan. Dia juga mengancam siapa saja yang melawan kerajaan. Dia diprediksi akan mengamankan suksesi bagi Vajiralongkorn. ”Semua orang menunggu Raja Bhumibol meninggal dunia karena mereka berpikir Thailand akan memasuki babak baru,” kata Giles Ji Ungpakhorn, akademisi yang melarikan diri ke Thailand karena tuduhan penghinaan terhadap Raja Thailand.

”Bagi kelompok Kaus Merah berpikir dia (Raja) adalah orang terkuat di Thailand. Ketika dia meninggal dunia, Thailand akan menghadapi kekosongan kekuasaan,” imbuhnya, dikutip International Business Times.

Raja Bhumibol telah menetapkan putra tunggalnya, Vajiralongkorn, sebagai pewaris tahta Kerajaan Thailand pada 1972. Hukum yang berlaku saat ini adalah parlemen hanya perlu mengesahkan saja pilihan Raja Bhumibol setelah kematiannya. Menurut Lee Jones, pakar politik internasional dari University of London, Putra Mahkota Vajiralongkorn tidak memiliki loyalis politik.
sesi kerajaan sangat bergantung pada militer. ”Ada kekhawatiran bahwa Vajiralongkorn hanya dijadikan boneka menggantikan ayahnya,” tutur Jones. Pertanyaannya kini, mungkinkah terjadi kegaduhan dalam proses suksesi nanti?

Andrew MacGregor Marshall, jurnalis dan penulis buku A Kingdom in Crisis, mengungkapkan krisis suksesi bisa saja terjadi. Itu akan memperkeruh Thailand yang sudah terpecah. ”Krisis suksesi bisa menjadi kerusuhan berdarah,” prediksinya.

Andika/arvin
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4185 seconds (0.1#10.140)