Fokus pada Konsep Green Architecture
A
A
A
Selain aktif di komunitas Indonesia Berkebun, Sigit yang juga berprofesi sebagai arsitek memang memiliki ketertarikan pada konsep urban farming dan green architecture.
Ketertarikan itu dimulai saat pria lulusan S-1 jurusan Arsitektur Universitas Indonesia ini menjalani praktik kerja selama enam bulan di kantor arsitek internasional Ken Yeang, Malaysia. Pengalaman dan pelajaran tentang green architecture banyak didapatkan Sigit dan itu cukup memengaruhinya hingga kembali ke Indonesia. Setelah lulus, Sigit sempat bekerja selama dua tahun di kantor arsitek Andra Matin.
”Dari Andra Martin, saya terinspirasi untuk membuat karya arsitek yang membumi seperti menggunakan bahan-bahan yang alami,” tuturnya. Ketertarikan pada urbanismjuga ditunjukkan Sigit dengan cara membuat sebuah film pendek tentang carut-marut Kota Jakarta. ”Bagaimana halte dan trotoar yang tidak berfungsi, landmark kota yang tidak lagi dipandang sebagai ciri khas. Dari situ saya terpengaruh untuk mendalami urbanism,” ucap pria berusia 33 tahun tersebut.
Keseriusan minat pada green architecture dan urbanism membuat Sigit melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Urbanism, Delft University of Technology, Belanda. Pengalamannya soal urbanism juga didapat ketika menjalani tesis S-2. Sigit mengangkat tema Capetown, sebuah kawasan kumuh di Afrika Selatan. ”Saya membuat proyek revitalisasi kawasan kumuh. Dari sini, saya juga semakin tertarik untuk mengerjakan proyek seputar revitalisasi dan penataan kota,” tutur pria kelahiran Jakarta, 14 November 1981.
Sigit mengaku terbiasa aktif di berbagai organisasi sejak menjadi mahasiswa. Hal itu membuat rasa pedulinya terhadap lingkungan dan sosial menjadi sangat besar. ”Ada keinginan untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat sehingga ketika awal kali Kang Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil) mengajak membuat sebuah gerakan Indonesia Berkebun, saya sangat setuju dan semangat untuk bergabung,” ungkapnya.
Selain itu, bersama rekan-rekannya, Sigit juga mendirikan komunitas Belajar Desain yaitu sebuah komunitas desainer terbuka untuk desainer muda, seniman, arsitek, dan praktisi desain lain. Kegiatan lain yang juga masih dilakukan Sigit yaitu menulis karya ilmiah dan riset soal urban farming. Dari hasil-hasil karya dan keaktifan Sigit di berbagai komunitas, arsitek yang juga seorang urban designer ini jadi sering didaulat menjadi pembicara tentang urban farming , baik untuk yang berskala nasional maupun internasional.
Ia berhasil memperoleh beberapa penghargaan salah satunya menjadi finalis Satu Indonesia Award 2011: ”Indonesia Inspirative Youth”, yang diprakarsai oleh Astra Indonesia.
Dina angelina
Ketertarikan itu dimulai saat pria lulusan S-1 jurusan Arsitektur Universitas Indonesia ini menjalani praktik kerja selama enam bulan di kantor arsitek internasional Ken Yeang, Malaysia. Pengalaman dan pelajaran tentang green architecture banyak didapatkan Sigit dan itu cukup memengaruhinya hingga kembali ke Indonesia. Setelah lulus, Sigit sempat bekerja selama dua tahun di kantor arsitek Andra Matin.
”Dari Andra Martin, saya terinspirasi untuk membuat karya arsitek yang membumi seperti menggunakan bahan-bahan yang alami,” tuturnya. Ketertarikan pada urbanismjuga ditunjukkan Sigit dengan cara membuat sebuah film pendek tentang carut-marut Kota Jakarta. ”Bagaimana halte dan trotoar yang tidak berfungsi, landmark kota yang tidak lagi dipandang sebagai ciri khas. Dari situ saya terpengaruh untuk mendalami urbanism,” ucap pria berusia 33 tahun tersebut.
Keseriusan minat pada green architecture dan urbanism membuat Sigit melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Urbanism, Delft University of Technology, Belanda. Pengalamannya soal urbanism juga didapat ketika menjalani tesis S-2. Sigit mengangkat tema Capetown, sebuah kawasan kumuh di Afrika Selatan. ”Saya membuat proyek revitalisasi kawasan kumuh. Dari sini, saya juga semakin tertarik untuk mengerjakan proyek seputar revitalisasi dan penataan kota,” tutur pria kelahiran Jakarta, 14 November 1981.
Sigit mengaku terbiasa aktif di berbagai organisasi sejak menjadi mahasiswa. Hal itu membuat rasa pedulinya terhadap lingkungan dan sosial menjadi sangat besar. ”Ada keinginan untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat sehingga ketika awal kali Kang Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil) mengajak membuat sebuah gerakan Indonesia Berkebun, saya sangat setuju dan semangat untuk bergabung,” ungkapnya.
Selain itu, bersama rekan-rekannya, Sigit juga mendirikan komunitas Belajar Desain yaitu sebuah komunitas desainer terbuka untuk desainer muda, seniman, arsitek, dan praktisi desain lain. Kegiatan lain yang juga masih dilakukan Sigit yaitu menulis karya ilmiah dan riset soal urban farming. Dari hasil-hasil karya dan keaktifan Sigit di berbagai komunitas, arsitek yang juga seorang urban designer ini jadi sering didaulat menjadi pembicara tentang urban farming , baik untuk yang berskala nasional maupun internasional.
Ia berhasil memperoleh beberapa penghargaan salah satunya menjadi finalis Satu Indonesia Award 2011: ”Indonesia Inspirative Youth”, yang diprakarsai oleh Astra Indonesia.
Dina angelina
(ars)