Pandangan Din Syamsuddin Soal Perubahan Iklim
A
A
A
JAKARTA - Seratusan tokoh Islam dari beberapa negara deklarasikan respons umat Islam terhadap malapetaka dunia, perubahan iklim dan pemanasan global.
Mereka terdiri dari para ulama, cendekiawan, dan aktivis lingkungan Muslim. Dari Indonesia hadir Ketua Umum MUI Pusat Din Syamsuddin dan Wakil Direktur Pusat Studi Islam Universitas Nasional Fachruddin Mangunjaya, serta ada Nana Firman aktivis Green Faith, asal Indinesia yang bermukim di AS.
Setelah berdiskusi selama dua hari dalam International Symposium on Islamic Climate Change, mereka mengeluarkan deklarasi tentang pandangan dan sikap umat Islam terhadap masalah perubahan iklim.
Pada intinya, deklarasi menegaskan keprihatinan umat Islam sedunia terhadap krisis iklim dan lingkungan hidup global yang telah membawa dampak buruk serius terhadap kehidupan dan peradaban umat manusia.
"Seperti adanya panas ekstrim yang melanda beberapa negara, India, Pakistan, dan Mesir yang membawa korban, dan lain sebagainya," kata Din di Istanbul Turki, Sabtu (22/8/2015).
Menurut Din, berdasarkan ajaran Islam yang menekankan tauhid atau kesatuan penciptaaan yang karenanya alam memiliki dimensi suci, dan manusia berfungsi sebagai wakil Tuhan di muka bumi, maka deklarasi menyerukan umat manusia untuk melakukan langkah perbaikan dan menghentikan merusak lingkungan hidup.
"Deklarasi juga mendesak kepada pemerintah negara-negara di dunia untuk menekan peningkatan emisi dan efek rumah kaca serendah mungkin," ucap Din.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menjelaskan, Islam adalah agama alam (religion of nature) dan membawa pesan kerahmatan dan kesemestaan (rahmatan lil alamin).
"Maka seyogyanya umat Islam tampil sebagai leader dalam menanggulangi kerusakan global," pungkasnya.
Deklarasi dan pikiran dari Simposium Istanbul ini akan disampaikan pada pertemuan dunia lanjutan, antara lain, Konferensi agama-agama untuk pembangunan berkelanjutan di Bristol, Inggris 8-9 September, dan COP 2015 di Paris yang melibatkan wakil-wakil negara dan masyarakat seluruh dunia.
Mereka terdiri dari para ulama, cendekiawan, dan aktivis lingkungan Muslim. Dari Indonesia hadir Ketua Umum MUI Pusat Din Syamsuddin dan Wakil Direktur Pusat Studi Islam Universitas Nasional Fachruddin Mangunjaya, serta ada Nana Firman aktivis Green Faith, asal Indinesia yang bermukim di AS.
Setelah berdiskusi selama dua hari dalam International Symposium on Islamic Climate Change, mereka mengeluarkan deklarasi tentang pandangan dan sikap umat Islam terhadap masalah perubahan iklim.
Pada intinya, deklarasi menegaskan keprihatinan umat Islam sedunia terhadap krisis iklim dan lingkungan hidup global yang telah membawa dampak buruk serius terhadap kehidupan dan peradaban umat manusia.
"Seperti adanya panas ekstrim yang melanda beberapa negara, India, Pakistan, dan Mesir yang membawa korban, dan lain sebagainya," kata Din di Istanbul Turki, Sabtu (22/8/2015).
Menurut Din, berdasarkan ajaran Islam yang menekankan tauhid atau kesatuan penciptaaan yang karenanya alam memiliki dimensi suci, dan manusia berfungsi sebagai wakil Tuhan di muka bumi, maka deklarasi menyerukan umat manusia untuk melakukan langkah perbaikan dan menghentikan merusak lingkungan hidup.
"Deklarasi juga mendesak kepada pemerintah negara-negara di dunia untuk menekan peningkatan emisi dan efek rumah kaca serendah mungkin," ucap Din.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menjelaskan, Islam adalah agama alam (religion of nature) dan membawa pesan kerahmatan dan kesemestaan (rahmatan lil alamin).
"Maka seyogyanya umat Islam tampil sebagai leader dalam menanggulangi kerusakan global," pungkasnya.
Deklarasi dan pikiran dari Simposium Istanbul ini akan disampaikan pada pertemuan dunia lanjutan, antara lain, Konferensi agama-agama untuk pembangunan berkelanjutan di Bristol, Inggris 8-9 September, dan COP 2015 di Paris yang melibatkan wakil-wakil negara dan masyarakat seluruh dunia.
(maf)