Menjaga Semangat Pluralisme Tetap Tumbuh
A
A
A
JAKARTA - Sebagai negara yang berbineka tunggal ika, bangsa Indonesia harus terus menjunjung tinggi perbedaan sebagai sebuah kekayaan.
Perbedaan itu akan menjadi bekal dalam membangun bangsa untuk mencapai kesejahteraan. ”Bagaimana kemudian kita semakin punya kesadaran bahwa Indonesia ini rumah bersama. Karena itu, mari kita berlomba untuk yang terbaik bagi negeri,” ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti saat menjadi pembicara dan bedah buku Maarif Institute ”Fikih Kebinekaan” di Gedung PP Muhammadiyah Jakarta tadi malam.
Menurut Mu’ti, perbedaan juga mengajarkan bahwa setiap pemeluk agama saling menghargai dan melindungi. Menurutnya, membangun bangsa adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya umat Islam tetapi juga umat lainnya. Menurut dia, pluralisme harus terus dijunjung tinggi. Umat di Indonesia dengan kemajemukannya pantas dijadikan contoh oleh bangsa lain.
”Ketika kita bicara tentang kebinekaan, bicara tentang keanekaragaman maka kita harus menjunjung pluralisme. Teologi itu memang eksklusif, tapi ketika muamalah itu inklusif,” ujarnya. Menurut Mu’ti, Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh bagaimana hidup dalam perbedaan. Umat Islam kala itu dapat hidup bersama dengan agama dan keyakinan lain, bahkan dilegalkan dalam Piagam Madina.
Sementara editor dan penulis buku ”Fikih Kebinekaan”, Wawan Gunawan Abdul Wahid menjelaskan, tujuan dari penerbitan buku ini adalah agar umat beragama di Indonesia bisa memahami perbedaan. Ekspresi terhadap keagamaan lain menurutnya kerap berbeda dari yang sebenarnya sehingga memunculkan rasa tidak menghargai. ”Itulah yang menghadirkan bibit perpecahan mulai dari yang sangat lunak sampai sangat keras. Islam jangan sampai terbawa arus seperti ini,” katanya.
Hal ini yang mendorong Muhammadiyah segera menuntaskan penerbitan buku Fikih Kebinekaan tersebut. Sebab menurutnya pemikiran eksklusif jika tidak ditangkal dengan upaya-upaya serius akan sangat berbahaya. Sekretaris Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Bukhori Yusuf menilai, Indonesia dengan kebinekaan yang religius berpotensi menjadi kekuatan baru Islam dunia.
Meski demikian, dia berpesan agar kekayaan ini tidak dikonsolidasikan karena justru memunculkan bibit perbedaan yang tajam. ”Karena sama saja membangunkan macam yang tengah tertidur,” kata Bukhori.
Menurut Bukhori, semua pihak diharapkan dapat merumuskan bagaimana membangun cara berpikir umat yang ideal, santun, dan toleran. Karena ke depan tantangan bangsa juga semakin berat dan beragam.
Dian ramdhani
Perbedaan itu akan menjadi bekal dalam membangun bangsa untuk mencapai kesejahteraan. ”Bagaimana kemudian kita semakin punya kesadaran bahwa Indonesia ini rumah bersama. Karena itu, mari kita berlomba untuk yang terbaik bagi negeri,” ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti saat menjadi pembicara dan bedah buku Maarif Institute ”Fikih Kebinekaan” di Gedung PP Muhammadiyah Jakarta tadi malam.
Menurut Mu’ti, perbedaan juga mengajarkan bahwa setiap pemeluk agama saling menghargai dan melindungi. Menurutnya, membangun bangsa adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya umat Islam tetapi juga umat lainnya. Menurut dia, pluralisme harus terus dijunjung tinggi. Umat di Indonesia dengan kemajemukannya pantas dijadikan contoh oleh bangsa lain.
”Ketika kita bicara tentang kebinekaan, bicara tentang keanekaragaman maka kita harus menjunjung pluralisme. Teologi itu memang eksklusif, tapi ketika muamalah itu inklusif,” ujarnya. Menurut Mu’ti, Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh bagaimana hidup dalam perbedaan. Umat Islam kala itu dapat hidup bersama dengan agama dan keyakinan lain, bahkan dilegalkan dalam Piagam Madina.
Sementara editor dan penulis buku ”Fikih Kebinekaan”, Wawan Gunawan Abdul Wahid menjelaskan, tujuan dari penerbitan buku ini adalah agar umat beragama di Indonesia bisa memahami perbedaan. Ekspresi terhadap keagamaan lain menurutnya kerap berbeda dari yang sebenarnya sehingga memunculkan rasa tidak menghargai. ”Itulah yang menghadirkan bibit perpecahan mulai dari yang sangat lunak sampai sangat keras. Islam jangan sampai terbawa arus seperti ini,” katanya.
Hal ini yang mendorong Muhammadiyah segera menuntaskan penerbitan buku Fikih Kebinekaan tersebut. Sebab menurutnya pemikiran eksklusif jika tidak ditangkal dengan upaya-upaya serius akan sangat berbahaya. Sekretaris Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Bukhori Yusuf menilai, Indonesia dengan kebinekaan yang religius berpotensi menjadi kekuatan baru Islam dunia.
Meski demikian, dia berpesan agar kekayaan ini tidak dikonsolidasikan karena justru memunculkan bibit perbedaan yang tajam. ”Karena sama saja membangunkan macam yang tengah tertidur,” kata Bukhori.
Menurut Bukhori, semua pihak diharapkan dapat merumuskan bagaimana membangun cara berpikir umat yang ideal, santun, dan toleran. Karena ke depan tantangan bangsa juga semakin berat dan beragam.
Dian ramdhani
(ars)