Baku Tembak di Poso, 2 Orang Tewas
A
A
A
PALU - Dua orang tewas dalam aksi baku tembak antara kelompok sipil bersenjata dan pihak kepolisian di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), sejak 17 Agustus lalu hingga kemarin. Kedua korban itu satu dari kelompok sipil dan satu dari pihak polisi.
Satu orang tewas dari pihak kepolisian disebut-sebut bernama Iptu Brian Theopani Tatontos dari kesatuan Brimob. Jenazah korban kini disemayamkan di Markas Kompi Brimob Kota Poso. Sementara satu korban tewas dari kelompok sipil bersenjata yang diduga anggota teroris pimpinan Santoso tersebut bernama Bado dalam penyergapan di Gunung Auma dan Gunung Langka.
Jenazahnya juga sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu untuk diotopsi. Bado adalah satu dari puluhan terduga teroris yang masuk daftar pencarian orang (DPO). Dia juga diduga terlibat dalam sejumlah aksi kekerasan di Poso. Kapolda Sulteng Brigjen Pol Idham Aziz mengatakan, untuk memastikan bahwa jenazah itu adalah Bado, polisi akan mencocokkan DNA-nya dengan keluarga korban.
”Selain menembak mati seorang terduga teroris, kami juga mengobrak-abrik tempat persembunyian kelompok Santoso dan menyita sejumlah senjata api, termasuk senjata antitank jenis M60 serta ratusan bom aktif,” ujar Idham. Aksi baku tembak antara kelompok sipil bersenjata dan polisi itu bukan hanya kemarin terjadi, melainkan berlangsung sejak Senin (17/8) lalu.
Bahkan, Idham menyebut ada sosok Santoso alias Abu Wardah dalam baku tembak di Gunung Langka pada Rabu (19/8) siang. Sayangnya, orang tersebut lolos dari penangkapan. Dia juga menegaskan, dalam baku tembak kemarin, ada sekitar 30 orang anak buah Santoso yang dilengkapi senjata penghancur tank dan ratusan bom. Untuk mengantisipasi berlanjutnya aksi baku tembak di Poso, Mabes Polri sendiri langsung menambahkan ratusan polisi dari satuan Brimob.
Bahkan, 146 pasukan dari Brimob Kelapa Dua Polri sudah tiba di Bandara Mutiara Palu, kemarin, dengan menggunakan pesawat penumpang reguler. Setibanya di Kota Palu, pasukan elite Polri tersebut langsung diberangkatkan ke Poso melalui jalur darat. Mereka diangkut dengan menggunakan enam bus milik Polda Sulteng.
”Penambahan pasukan itu untuk memburu kelompok terduga teroris Santoso pascakontak senjata dengan polisi sejak 17 Agustus 2015 di Gunung Langka Kecamatan Poso Pesisir Utara,” tegas Kapolda. Idham mengatakan, kepolisian dari Polda Sulteng juga sudah memblokade pintu masuk dan keluar Poso guna mengantisipasi keluarnya kelompok Santoso dari wilayah itu, termasuk telah berkoordinasi dengan Polda Gorontalo untuk membatasi gerak langkah kelompok teroris yang sudah terdesak tersebut.
Kabid Humas Polda Gorontalo AKBP Lisma Dungio mengatakan, saat ini sejumlah titik di wilayah perbatasan dengan Sulteng menjadi fokus pengetatan penjagaan dan pencegahan bagi kemungkinan masuknya pelaku kejahatan dan teroris ke Gorontalo.
Dia menjelaskan, Kapolda Gorontalo Brigjen Pol Andjaja telah memerintahkan kapolres di wilayah perbatasan untuk memperketat pengawasan wilayah perbatasan guna mencegah pelarian anggota teroris Poso masuk ke Gorontalo. Bahkan, untuk kali ini penjagaan dilakukan ekstraketat dengan menempatkan sejumlah personel Polda, Brimob, serta anggota Polres dan Polsek terdekat.
Hal itu guna mencegah terulangnya ada anggota jaringan teroris masuk ke Gorontalo. ”Kami tidak ingin ada anggota teroris masuk ke Gorontalo seperti kejadian beberapa hari lalu, dengan tertangkapnya salah seorang yang diduga jaringan Santoso oleh Densus 88 di Kota Gorontalo,” kata Lisma.
M ridwan/ant
Satu orang tewas dari pihak kepolisian disebut-sebut bernama Iptu Brian Theopani Tatontos dari kesatuan Brimob. Jenazah korban kini disemayamkan di Markas Kompi Brimob Kota Poso. Sementara satu korban tewas dari kelompok sipil bersenjata yang diduga anggota teroris pimpinan Santoso tersebut bernama Bado dalam penyergapan di Gunung Auma dan Gunung Langka.
Jenazahnya juga sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu untuk diotopsi. Bado adalah satu dari puluhan terduga teroris yang masuk daftar pencarian orang (DPO). Dia juga diduga terlibat dalam sejumlah aksi kekerasan di Poso. Kapolda Sulteng Brigjen Pol Idham Aziz mengatakan, untuk memastikan bahwa jenazah itu adalah Bado, polisi akan mencocokkan DNA-nya dengan keluarga korban.
”Selain menembak mati seorang terduga teroris, kami juga mengobrak-abrik tempat persembunyian kelompok Santoso dan menyita sejumlah senjata api, termasuk senjata antitank jenis M60 serta ratusan bom aktif,” ujar Idham. Aksi baku tembak antara kelompok sipil bersenjata dan polisi itu bukan hanya kemarin terjadi, melainkan berlangsung sejak Senin (17/8) lalu.
Bahkan, Idham menyebut ada sosok Santoso alias Abu Wardah dalam baku tembak di Gunung Langka pada Rabu (19/8) siang. Sayangnya, orang tersebut lolos dari penangkapan. Dia juga menegaskan, dalam baku tembak kemarin, ada sekitar 30 orang anak buah Santoso yang dilengkapi senjata penghancur tank dan ratusan bom. Untuk mengantisipasi berlanjutnya aksi baku tembak di Poso, Mabes Polri sendiri langsung menambahkan ratusan polisi dari satuan Brimob.
Bahkan, 146 pasukan dari Brimob Kelapa Dua Polri sudah tiba di Bandara Mutiara Palu, kemarin, dengan menggunakan pesawat penumpang reguler. Setibanya di Kota Palu, pasukan elite Polri tersebut langsung diberangkatkan ke Poso melalui jalur darat. Mereka diangkut dengan menggunakan enam bus milik Polda Sulteng.
”Penambahan pasukan itu untuk memburu kelompok terduga teroris Santoso pascakontak senjata dengan polisi sejak 17 Agustus 2015 di Gunung Langka Kecamatan Poso Pesisir Utara,” tegas Kapolda. Idham mengatakan, kepolisian dari Polda Sulteng juga sudah memblokade pintu masuk dan keluar Poso guna mengantisipasi keluarnya kelompok Santoso dari wilayah itu, termasuk telah berkoordinasi dengan Polda Gorontalo untuk membatasi gerak langkah kelompok teroris yang sudah terdesak tersebut.
Kabid Humas Polda Gorontalo AKBP Lisma Dungio mengatakan, saat ini sejumlah titik di wilayah perbatasan dengan Sulteng menjadi fokus pengetatan penjagaan dan pencegahan bagi kemungkinan masuknya pelaku kejahatan dan teroris ke Gorontalo.
Dia menjelaskan, Kapolda Gorontalo Brigjen Pol Andjaja telah memerintahkan kapolres di wilayah perbatasan untuk memperketat pengawasan wilayah perbatasan guna mencegah pelarian anggota teroris Poso masuk ke Gorontalo. Bahkan, untuk kali ini penjagaan dilakukan ekstraketat dengan menempatkan sejumlah personel Polda, Brimob, serta anggota Polres dan Polsek terdekat.
Hal itu guna mencegah terulangnya ada anggota jaringan teroris masuk ke Gorontalo. ”Kami tidak ingin ada anggota teroris masuk ke Gorontalo seperti kejadian beberapa hari lalu, dengan tertangkapnya salah seorang yang diduga jaringan Santoso oleh Densus 88 di Kota Gorontalo,” kata Lisma.
M ridwan/ant
(ars)