Pengalaman Buruh Migran Jadi Bekal Sukses
A
A
A
Menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di negara asing memang tidak selalu menjadi keinginan setiap orang. Terkadang itu pilihan yang harus ditempuh akibat terhimpit kondisi ekonomi. Bukan berarti juga TKI menjadi akhir segalanya atau satu-satunya pekerjaan yang akan ditekuni.
Bahkan, pengalaman sebagai TKI bisa jadi modal awal meraih sukses di negeri sendiri. Motivasi itulah yang diberikan kepada 1.000 TKI yang akan diberangkatkan ke sejumlah negara. Dalam acara yang digelar Kementerian Luar Negeri dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), para TKI diharapkan bisa kreatif mencari peluang baru.
Acara ini bagian dari kongres III Diaspora karena para motivator berasal dari para mantan TKI yang kini sudah berhasil di Indonesia. Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, seluruh pihak perlu bekerja sama sehingga para TKI nantinya dapat memiliki penghidupan yang lebih baik setelah kembali ke Indonesia. ”Pemerintah sebagai pelindung, Dispora Indonesia dapat memberi edukasi, pelatihan.
Mari berkontribusi sekecil apa pun untuk Indonesia,” ujar Retno. Dia menegaskan, pemerintah sedang memperbaiki sistem pengiriman TKI secara keseluruhan dari hulu hingga hilir. Dengan demikian, TKI akan semakin terlindungi dan nyaman. Pelatihan yang dimaksud ialah bagaimana para TKI dapat bermanfaat saat kembali ke Tanah Air.
Hingga kini sudah ada sejumlah mantan TKI yang menjadi relawan untuk pengembangan diri teman- teman senasibnya. Mantan TKI itu ada yang membentuk Development, lembaga khusus TKI yang bekerja sama dengan sejumlah universitas swasta di Indonesia. Banyak kegiatan yang dilakukan, seperti pelatihan membuat kerajinan tangan, bahasa, memasak. Mereka juga menggelar seminar dengan pembicara-pembicara tenar, seperti Martha Tilaar dan Andi Wongso.
Kegiatan yang dilakukan setiap akhir pekan saat TKI libur ini sukses mencetak pekerja berkualitas di Indonesia bahkan beberapa pengusaha sukses. ”Menjadi TKI itu jalan untuk sukses, jembatan untuk meraih edukasi dan entrepreneur,” ujar Teresia, motivator sekaligus pendiri Development. Pembicara lain dalam acara tersebut ialah Nuryati Solapari asal Serang yang pernah menjadi TKI di Arab Saudi pada 1998.
Berkat kegigihannya kuliah, kini ia merupakan kandidat dokter Ilmu Hukum di Universitas Padjadjaran dan dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. ”Fokus, mau jadi TKI berapa lama? Jadikan kepergian kita ke negara orang menjadi modal untuk impian kita. Kalau dulu saya mau kuliah, saya nabung. Jangan boros, simpan uang gaji untuk bekal kembali ke Indonesia,” ujarnya bersemangat.
Selain berhemat, Nuryati pun memberikan pesan kepada TKI agar tetap memproteksi diri agar dapat langsung ditangani bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Langkah mudahnya antara lain memiliki salinan seluruh dokumen dan dikirim kepada keluarga di kampung halaman serta mencatat nomor telepon pihak KBRI.
”Biasanya kita tidak boleh mencatat apa pun, jadi saya dulu menggunakan simbol yang saya jahit di kerudung saya,” cerita Nuryati yang disambut gelak tawa seisi ruangan. Salah satu harapan para TKI ialah penghasilan mereka dapat digunakan untuk modal membangun usaha di Indonesia. Pembicara lainnya dalam acara itu ialah Pendiri Ganesha Enterpreneur Herry Daud.
Dia kerap mengadakan pelatihan wirausaha dan juga kompetisi untuk para TKI. Sejak 2013, kompetisi kewirausahaan diadakan untuk menghidupkan jiwa wirausaha para TKI. ”Jika ada TKI yang sudah lebih dari tiga kali bolak-balik, berarti ada sesuatu dari mereka sehingga mereka tidak bisa kerja saja di Indonesia. Dibutuhkan edukasi bagi mereka agar menjadi TKI bukan untuk selamanya, bahkan berkali kali. Harus ada yang dibawa ke Indonesia dan dikembangkan di sini,” ujar Herry.
Acara yang menghadirkan Dina Sabun Colek, mantan TKI di Hong Kong yang kini jadi penyanyi dangdut Tanah Air ini, nyatanya menginspirasi mereka. Aan Anati asal Indramayu pun tergerak mengikuti para mantan TKI yang sukses. ”Tidak pernah terpikir oleh saya ternyata di Singapura ada tempat seperti itu. sudah bertahun-tahun kerja, saya ingin ikut,” harapnya.
Ananda Nararya
Bahkan, pengalaman sebagai TKI bisa jadi modal awal meraih sukses di negeri sendiri. Motivasi itulah yang diberikan kepada 1.000 TKI yang akan diberangkatkan ke sejumlah negara. Dalam acara yang digelar Kementerian Luar Negeri dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), para TKI diharapkan bisa kreatif mencari peluang baru.
Acara ini bagian dari kongres III Diaspora karena para motivator berasal dari para mantan TKI yang kini sudah berhasil di Indonesia. Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, seluruh pihak perlu bekerja sama sehingga para TKI nantinya dapat memiliki penghidupan yang lebih baik setelah kembali ke Indonesia. ”Pemerintah sebagai pelindung, Dispora Indonesia dapat memberi edukasi, pelatihan.
Mari berkontribusi sekecil apa pun untuk Indonesia,” ujar Retno. Dia menegaskan, pemerintah sedang memperbaiki sistem pengiriman TKI secara keseluruhan dari hulu hingga hilir. Dengan demikian, TKI akan semakin terlindungi dan nyaman. Pelatihan yang dimaksud ialah bagaimana para TKI dapat bermanfaat saat kembali ke Tanah Air.
Hingga kini sudah ada sejumlah mantan TKI yang menjadi relawan untuk pengembangan diri teman- teman senasibnya. Mantan TKI itu ada yang membentuk Development, lembaga khusus TKI yang bekerja sama dengan sejumlah universitas swasta di Indonesia. Banyak kegiatan yang dilakukan, seperti pelatihan membuat kerajinan tangan, bahasa, memasak. Mereka juga menggelar seminar dengan pembicara-pembicara tenar, seperti Martha Tilaar dan Andi Wongso.
Kegiatan yang dilakukan setiap akhir pekan saat TKI libur ini sukses mencetak pekerja berkualitas di Indonesia bahkan beberapa pengusaha sukses. ”Menjadi TKI itu jalan untuk sukses, jembatan untuk meraih edukasi dan entrepreneur,” ujar Teresia, motivator sekaligus pendiri Development. Pembicara lain dalam acara tersebut ialah Nuryati Solapari asal Serang yang pernah menjadi TKI di Arab Saudi pada 1998.
Berkat kegigihannya kuliah, kini ia merupakan kandidat dokter Ilmu Hukum di Universitas Padjadjaran dan dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. ”Fokus, mau jadi TKI berapa lama? Jadikan kepergian kita ke negara orang menjadi modal untuk impian kita. Kalau dulu saya mau kuliah, saya nabung. Jangan boros, simpan uang gaji untuk bekal kembali ke Indonesia,” ujarnya bersemangat.
Selain berhemat, Nuryati pun memberikan pesan kepada TKI agar tetap memproteksi diri agar dapat langsung ditangani bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Langkah mudahnya antara lain memiliki salinan seluruh dokumen dan dikirim kepada keluarga di kampung halaman serta mencatat nomor telepon pihak KBRI.
”Biasanya kita tidak boleh mencatat apa pun, jadi saya dulu menggunakan simbol yang saya jahit di kerudung saya,” cerita Nuryati yang disambut gelak tawa seisi ruangan. Salah satu harapan para TKI ialah penghasilan mereka dapat digunakan untuk modal membangun usaha di Indonesia. Pembicara lainnya dalam acara itu ialah Pendiri Ganesha Enterpreneur Herry Daud.
Dia kerap mengadakan pelatihan wirausaha dan juga kompetisi untuk para TKI. Sejak 2013, kompetisi kewirausahaan diadakan untuk menghidupkan jiwa wirausaha para TKI. ”Jika ada TKI yang sudah lebih dari tiga kali bolak-balik, berarti ada sesuatu dari mereka sehingga mereka tidak bisa kerja saja di Indonesia. Dibutuhkan edukasi bagi mereka agar menjadi TKI bukan untuk selamanya, bahkan berkali kali. Harus ada yang dibawa ke Indonesia dan dikembangkan di sini,” ujar Herry.
Acara yang menghadirkan Dina Sabun Colek, mantan TKI di Hong Kong yang kini jadi penyanyi dangdut Tanah Air ini, nyatanya menginspirasi mereka. Aan Anati asal Indramayu pun tergerak mengikuti para mantan TKI yang sukses. ”Tidak pernah terpikir oleh saya ternyata di Singapura ada tempat seperti itu. sudah bertahun-tahun kerja, saya ingin ikut,” harapnya.
Ananda Nararya
(bbg)