Jepang Aktifkan Lagi Reaktor Sendai

Rabu, 12 Agustus 2015 - 09:29 WIB
Jepang Aktifkan Lagi...
Jepang Aktifkan Lagi Reaktor Sendai
A A A
TOKYO - Jepang mengaktifkan lagi program energi nuklirnya setelah penghentian akibat krisis Fukushima 2011. Langkah ini diambil karena pemerintah ingin kembali ke sumber energi yang lebih murah meski menghadapi penolakan publik.

Utility Kyushu Electric Power (UKEP) mengaktifkan kembali satu reaktor di Sendai, sekitar 1.000 kilometer barat daya Tokyo, pada pukul 10.30 siang kemarin. Reaktor yang berumur 31 tahun itu dioperasikan dengan standar keamanan yang sangat ketat. Reaktor itu mencapai kapasitas penuh sekitar pukul 11.00 malam hari ini dan akan mulai mengalirkan listrik pada Jumat (14/8).

Pengaktifan kembali dilakukan lebih dari empat tahun setelah gempa yang memicu tsunami yang merusak sistem pendingin dan memicu kerusakan reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima. Krisis nuklir ini memicu penghentian 50 reaktor di Jepang dan memicu kontroversi tentang masa depan penggunaan energi atom.

Krisis nuklir Fukushima mengakibatkan kebocoran radiasi di wilayah yang luas dan memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumahnya. Sebagian besar warga hingga kini enggan kembali lagi ke rumah mereka. Ini merupakan krisis nuklir terburuk sejak Chernobyl pada 1986. Pembersihan radiasi disejumlah reaktor di Fukushima diperkirakan membutuhkan waktu beberapa dekade.

Jika ditambah dengan biaya kompensasi untuk warga yang harus meninggalkan rumahnya, maka total biayanya mencapai USD57 miliar. Sentimen anti-nuklir masih tinggi di Jepang akibat krisis Fukushima. Televisi setempat menampilkan demonstran yang bentrok melawan polisi di depan PLTN yang berada di pulau Kyushu tersebut.

Salah satu dari 200 demonstran adalah Naoto Kan, perdana menteri (PM) saat krisis Fukushima, dan sekarang menjadi aktivis anti-nuklir. Dia menegaskan, kegagalan PM Shinzo Abe yang mendukung nuklir, untuk menghentikan pengaktifan kembali reaktor, tidak dapat dimaafkan. Jepang yang miskin sumber daya alam itu sangat tergantung pada energi nuklir untuk mencukupi seperempat kebutuhan listriknya.

Pengaktifan kembali dua reaktor secara sementara dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi setelah Fukushima. Meski demikian, dua reaktor itu dinonaktifkan pada September 2013 sehingga Jepang benar-benar tanpa energi nuklir selama sekitar dua tahun. Negara itu menerapkan regulasi keamanan yang ketat untuk menghindari terulangnya tragedi serupa, termasuk langkah-langkah pencegahan yang lebih banyak dan dinding penghadang tsunami yang lebih tinggi di beberapa wilayah.

”Penting untuk mengaktifkan kembali reaktor satu demi satu dari perspektif keamanan energi, ekonomi, dan langkah menghadapi pemanasan global, tapi keamanan selalu yang pertama,” papar Menteri Industri Jepang Yoichi Miyazawa, dikutip kantor berita AFP . Yukio Edano, anggota senior oposisi Partai Demokrat Jepang yang mengkritik Abe karena berlibur di dekat Gunung, menegaskan bahwa pengaktifan kembali reaktor itu merupakan langkah yang buruk.

”Itu menginjak-injak makam korban di Fukushima,” tegasnya. Langkah keamanan yang lebih ketat menjadi kunci bagi upaya Abe untuk mengoperasikan lagi beberapa reaktor dari sekitar 48 reaktor. Pemerintah ingin reaktor nuklir memenuhi 22% kebutuhan listrik di Jepang pada 2030, persentase yang lebih rendah dibandingkan sebelum krisis Fukushima.

Beberapa perusahaan listrik juga ingin mengaktifkan kembali reaktornya karena impor bahan bakar fosil lebih mahal. Tagihan energi pasca-Fukushima di Jepang meroket karena harus menutupi kekosongan suplai akibat banyak reaktor yang dinonaktifkan. Masalah tersebut semakin memburuk akibat yen yang turun tajam sehingga impor energi yang dinilai dengan dolar mengalami kenaikan tajam.

Beberapa reaktor juga telah mendapatkan lampu hijau untuk keamanan. Meski demikian, banyak yang harus menghadapi penolakan dari warga lokal untuk pengaktifan kembali. ”Abe tidak mendengar suara rakyat. Dia bertindak seperti dia memiliki cek kosong,” ujar Takashi Kato, profesor di Universitas Seikei, Tokyo.

Para pejabat pemerintah menegaskan bahwa semua reaktor yang diaktifkan kembali beroperasi dengan regulasi yang lebih ketat dibandingkan sebelum krisis Fukushima. Adapun, beberapa reaktor akan dihentikan total operasionalnya demi alasan keamanan. ”Bencana seperti di PLTN Fukushima Daiichi tidak akan terjadi dengan aturan baru,” kata Chairman Otoritas Regulasi Nuklir Jepang Shunichi Tanaka saat wawancara dengan surat kabar Nikkei.

Syarifudin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9040 seconds (0.1#10.140)