Mesir Hadapi Gelombang Panas

Selasa, 11 Agustus 2015 - 10:00 WIB
Mesir Hadapi Gelombang Panas
Mesir Hadapi Gelombang Panas
A A A
KAIRO - Suhu panas dan kelembaban yang sangat tinggi di Kairo dan wilayah lain di Mesir mengakibatkan 21 orang tewas dan 66 orang dirawat di rumah sakit. Korban tewas semuanya meninggal pada Minggu (9/8) lalu, saat suhu mencapai 47 derajat Celsius.

Kondisi ini semakin mematikan karena tingginya tingkat kelembaban udara. ”Sebanyak 15 orang meninggal di Kairo, empat orang di Provinsi Marsa Matruh, dan dua orang di Provinsi Qena. Mereka yang meninggal termasuk tujuh perempuan yang semuanya berusia di atas 60 tahun,” papar pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mesir, kemarin, dikutip kantor berita AFP.

Sebanyak 66 orang dibawa ke rumah sakit setelah mengalami kelelahan akibat suhu panas, termasuk 37 orang masih dalam pengawasan ketat. ”Ada peningkatan suhu yang sangat tinggi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Tapi, masalahnya adalah kelembaban yang dialami lebih banyak orang. Terlalu lama terpapar langsung sinar matahari merupakan kondisi mematikan,” ungkap juru bicara Kemenkes Mesir Hossam Abdel Ghaffar.

Petugas meteorologi membenarkan bahwa suhu di ibu kota dan beberapa wilayah dinegara itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata. ”Suhu lebih tinggi empat hingga lima derajat dibandingkan biasanya, dan kelembaban sangat tinggi bulan ini,” kata Waheed Soudi, kepala analisis di Badan Meteorologi Mesir. ”Suhu tertinggi di naungan sebesar 38 derajat Celsius di Kairo pada Minggu (9/8), itu berarti 47 derajat di bawah terik matahari atau di tempat dengan ventilasi yang buruk.”

Kemarin suhu mencapai 37 derajat Celsius pada pagi hari. Media pemerintah melaporkan, gelombang panas diperkirakan terus terjadi hingga pertengahan Agustus. Meski bukan sesuatu yang luar biasa mengalami suhu musim panas mencapai sekitar 30-an derajat Celsius di penjuru Mesir, sangat jarang tingkat kelembaban naik selama cuaca panas.

Sebelumnya gelombang panas juga terjadi di Eropa. Mantan Kanselir Jerman Helmut Schmidt, 96, keluar dari rumah sakit kemarin, setelah dirawat akibat dehidrasi selama terjadi gelombang panas. ”Schmidt telah keluar beberapa menit lalu. Dia merasa dalam kondisi baik,” kata juru bicara rumah sakit Sankt Georg di Kota Hamburg. Schmidtdirawatdirumahsakit sejak Jumat (7/8).

Dia merupakan kanselir Jerman pada 1974-1982 dan masih aktif sebagai penulis, penerbit, dan pengamat. Media Jerman, termasuk Bild dan Hamburger Abendblatt melaporkan, Schmidt menunjukkangejaladehidrasikarena kurang minum air selama cuaca panas. Para ilmuwan menyatakan, gelombang panas yang terjadi di beberapa wilayah di dunia akibat pengaruh pemanasan global yang menciptakan cuaca ekstrem.

Pemanasan global ini juga memicu terjadinya kekeringan di beberapa negara, seperti di Romania dan Botswana. Lahan pertanian di Romania mengalami kekeringan selama beberapa bulan sehingga mengakibatkan kerugian sekitar USD2,2 miliar. ”Kerugian yang diakibatkan kekeringan ini sangat besar.

Jumlah kerugian bisa lebih tinggi jika gelombang panas terus terjadi dan curah hujan berkurang,” papar Kepala Persatuan Petani Romania Laurentiu Baciu pada kantor berita Mediafax. Adapun, Pemerintah Botswana mengalokasikan dana darurat untuk merespons kekeringan terburuk dalam 30 tahun di negaranya. Kekeringan itu mengakibatkan lahan pertanian kekurangan air.

Syarifudin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3516 seconds (0.1#10.140)