Pelarian Romantis di Atas Pucuk-Pucuk Pohon
A
A
A
Saat Joey dan Shannon Hodgson membakar beberapa lembar halaman terakhir dari buku How to Take Six Months Off , mereka tidak tahu jika mereka mampu bertahan malam itu.
Pasangan itu bergegas pulang dari liburan akhir pekan pada musim dingin di Menara Pemantau Kebakaran Pegunungan Warner di Central Oregon. Malangnya, badai bergerak cepat, menurunkan salju setebal tiga kaki di jalanan.
Lantaran radang beku (frostbit ) dan ketakutan, mereka akhirnya diselamatkan oleh tim penyelamat yang berjarak hanya satu mil dari mobil mereka setelah menghabiskan waktu semalam dengan suhu di bawah nol.
Beberapa orang mungkin trauma setelah mengalami pengalaman berbahaya itu. Sebaliknya, bagi pasangan petualang pengalaman itu justru mendorong mereka untuk memenuhi mimpi yang selalu terbayang sejak dia menemukan menara pemantau kebakaran saat mendaki gunung pada usia 12 tahun.
Didorong oleh ambisinya melindungi hutan, mereka pun keluar dari pekerjaan dan selama enam bulan setiap tahun bekerja di menara pemantau kebakaran. Artinya, mereka menjadikan menara pemantau kebakaran itu sebagai tempat tinggal selama enam bulan.
Di sanalah mereka mengawasi ribuan hektare hutan dan melaporkan jika terjadi kebakaran di hutan tersebut. Joey menghitung, dia melaporkan rata-rata 100 kebakaran hutan per musim.
”Mengawasi (hutan) merupakan hidup kami,” ujar Joey melalui telepon dari lokasi pemantauannya di Lava Butte, di Central Oregon, 19 tahun setelah malam menakutkan tersebut. Pertama dibangun pada awal 1900-an, sekitar 8.000 menara pemantau kebakaran menyebar di hutan-hutan di penjuru Amerika Serikat (AS).
Ribuan menara itu terdapat mulai dari taman nasional hingga pegununganpegunungan terpencil. Menara-menara itu diisi oleh para pemantau yang digaji oleh pemerintah dan sukarelawan yang menghabiskan musim panas mereka dengan memantau pepohonan sekitar.
Ini merupakan profesi yang secara romantis ditulis oleh Jack Kerouac dalam buku fiksinya. Buku berjudul Dharma Bums itu ditulis saat dia menjadi seorang pemantau kebakaran hutan.
Jumlah menara pemantau kebakaran dan profesi sebagai pengawas kebakaran terus berkurang dalam beberapa dekade terakhir. Kondisi itu terjadi akibat pemangkasan anggaran.
Saat ini pun hanya ada sekitar 826 staf yang mendapat gaji dari pemerintah AS sebagai pemantau kebakaran. Meski demikian, masih ada 2.552 menara pemantau kebakaran yang dapat disewa saat tidak digunakan. Dengan pemandangan yang indah, di atas pucuk-pucuk pohon, menara-menara itu menjadi tempat pelarian bagi para jiwa petualang.
”Karena ingin menikmati suasana kesendirian dan mencekam di menara pemantau kebakaran tanpa tanggung jawab sebagai staf, saya memutuskan untuk melepaskan diri dari rutinitas harian sebagai penulis lepas di Portland, Oregon, untuk berakhir pekan di atas pepohonan,” ungkap Britany Robinson menjelaskan alasannya menyewa menara tersebut. Menurut Robinson, dia ingin merasakan lepas dari peradaban.
Syarifudin
Pasangan itu bergegas pulang dari liburan akhir pekan pada musim dingin di Menara Pemantau Kebakaran Pegunungan Warner di Central Oregon. Malangnya, badai bergerak cepat, menurunkan salju setebal tiga kaki di jalanan.
Lantaran radang beku (frostbit ) dan ketakutan, mereka akhirnya diselamatkan oleh tim penyelamat yang berjarak hanya satu mil dari mobil mereka setelah menghabiskan waktu semalam dengan suhu di bawah nol.
Beberapa orang mungkin trauma setelah mengalami pengalaman berbahaya itu. Sebaliknya, bagi pasangan petualang pengalaman itu justru mendorong mereka untuk memenuhi mimpi yang selalu terbayang sejak dia menemukan menara pemantau kebakaran saat mendaki gunung pada usia 12 tahun.
Didorong oleh ambisinya melindungi hutan, mereka pun keluar dari pekerjaan dan selama enam bulan setiap tahun bekerja di menara pemantau kebakaran. Artinya, mereka menjadikan menara pemantau kebakaran itu sebagai tempat tinggal selama enam bulan.
Di sanalah mereka mengawasi ribuan hektare hutan dan melaporkan jika terjadi kebakaran di hutan tersebut. Joey menghitung, dia melaporkan rata-rata 100 kebakaran hutan per musim.
”Mengawasi (hutan) merupakan hidup kami,” ujar Joey melalui telepon dari lokasi pemantauannya di Lava Butte, di Central Oregon, 19 tahun setelah malam menakutkan tersebut. Pertama dibangun pada awal 1900-an, sekitar 8.000 menara pemantau kebakaran menyebar di hutan-hutan di penjuru Amerika Serikat (AS).
Ribuan menara itu terdapat mulai dari taman nasional hingga pegununganpegunungan terpencil. Menara-menara itu diisi oleh para pemantau yang digaji oleh pemerintah dan sukarelawan yang menghabiskan musim panas mereka dengan memantau pepohonan sekitar.
Ini merupakan profesi yang secara romantis ditulis oleh Jack Kerouac dalam buku fiksinya. Buku berjudul Dharma Bums itu ditulis saat dia menjadi seorang pemantau kebakaran hutan.
Jumlah menara pemantau kebakaran dan profesi sebagai pengawas kebakaran terus berkurang dalam beberapa dekade terakhir. Kondisi itu terjadi akibat pemangkasan anggaran.
Saat ini pun hanya ada sekitar 826 staf yang mendapat gaji dari pemerintah AS sebagai pemantau kebakaran. Meski demikian, masih ada 2.552 menara pemantau kebakaran yang dapat disewa saat tidak digunakan. Dengan pemandangan yang indah, di atas pucuk-pucuk pohon, menara-menara itu menjadi tempat pelarian bagi para jiwa petualang.
”Karena ingin menikmati suasana kesendirian dan mencekam di menara pemantau kebakaran tanpa tanggung jawab sebagai staf, saya memutuskan untuk melepaskan diri dari rutinitas harian sebagai penulis lepas di Portland, Oregon, untuk berakhir pekan di atas pepohonan,” ungkap Britany Robinson menjelaskan alasannya menyewa menara tersebut. Menurut Robinson, dia ingin merasakan lepas dari peradaban.
Syarifudin
(bbg)