Myanmar Butuh Bantuan Internasional
A
A
A
SITTWE - Pemerintah Myanmar meminta bantuan internasional untuk memenuhi kebutuhan makanan, penampungan sementara, dan pakaian bagi lebih dari 210.000 korban banjir dan tanah longsor.
Permintaan Pemerintah Myanmar tersebut kontras dengan sikap yang diambil ketika Myanmar dipimpin junta militer. Kala itu junta menolak bantuan luar negeri saat diterjang bencana pada 2008 yang menewaskan 130.000 orang. ”Kami bekerja sama dan mengundang bantuan internasional. Kami mulai menghubungi lembaga donor dan mungkin beberapa negara,” ujar Ye Htut, menteri informasi dan juru bicara Presiden Thein Sein, dilansir Reuters .
Dia mengatakan, bantuan internasional juga diperlukan untuk merelokasi korban banjir dan membangun kembali masyarakat setelah banjir surut. Dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita hanya USD1,105, Myanmar menjadi salah satu negara paling miskin di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
Kedutaan Besar China di Yangon mulai memberikan bantuan makanan ke wilayah yang dilanda banjir pada minggu ini. Senin (3/8) lalu helikopter militer membawa bantuan di Rakhine yang disambut ratusan orang. Mereka bergegas menerobos genangan lumpur untuk mengambil bantuan yang diturunkan.
Sementara itu, Pemerintah Myanmar mengakui pihaknya lemah dalam menanggapi banjir yang menggenangi sejumlah negara bagian yang berakibat pada terhambatnya upaya evakuasi. Pengakuan tersebut disampaikan media pemerintah. Pejabat terkait juga memperingatkan bahwa masih banyak sungai yang meluap dan mengancam sejumlah wilayah yang belum diterjang banjir.
Banjir bandang dan tanah longsor di Myanmar menewaskan sedikitnya 46 orang dan memengaruhi kehidupan 215.000 orang. Mereka terpaksa mengungsi karena tempat tinggal mereka tenggelam. Akibat lambannya penanganan banjir, pemerintah setempat dihujani kritikan melalui media sosial.
Seperti disampaikan seorang mantan jenderal yang menuduh pemerintah tidak cukup cepat untuk memperingatkan bencana yang akan datang dalam skala besar. ”Respons yang lemah pemerintah terhadap datangnya bencana menyebabkan kesalahpahaman tentang upaya evakuasi,” tulis New Light of Myanmar.
PBB mengatakan, lebih dari 30.000 orang dievakuasi. Selain itu, banyak ruas jalan rusak karena tergenang serta saluran telepon dan listrik mati di berbagai daerah. Sementara itu, korban tewas akibat banjir yang menerjang India dalam beberapa hari terakhir hingga kemarin tercatat 180 jiwa. Selain itu, ada sedikitnya 1 juta orang berada di tempat pengungsian.
Salah satu wilayah yang cukup dahsyat diterjang banjir yakni di Negara Bagian Bengal Barat. Di sana ada ribuan desa yang tergenang akibat luapan air sungai. Selain itu, di wilayah timur laut Manipur, rumahrumah warga juga banyak yang terperangkap setelah jembatan ambruk dan saluran komunikasi terputus.
Sementara itu, Departemen Meteorologi Bangladesh menyebutkan, curah hujan yang terjadi selama sepuluh hari terakhir lebih besar dibandingkan yang terjadi pada periode Juli lalu. Dilaporkan, 21 orang tewas di Distrik Cox Bazar, sementara tujuh korban lain di Distrik Bandarban.
Banjir tidak hanya menerjang wilayah Asia. Cuaca tidak bersahabat juga melanda wilayah Eropa Selatan, tepatnya di Makedonia. Empat orang tewas termasuk seorang anak berusia tujuh tahun.
Ananda nararya
Permintaan Pemerintah Myanmar tersebut kontras dengan sikap yang diambil ketika Myanmar dipimpin junta militer. Kala itu junta menolak bantuan luar negeri saat diterjang bencana pada 2008 yang menewaskan 130.000 orang. ”Kami bekerja sama dan mengundang bantuan internasional. Kami mulai menghubungi lembaga donor dan mungkin beberapa negara,” ujar Ye Htut, menteri informasi dan juru bicara Presiden Thein Sein, dilansir Reuters .
Dia mengatakan, bantuan internasional juga diperlukan untuk merelokasi korban banjir dan membangun kembali masyarakat setelah banjir surut. Dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita hanya USD1,105, Myanmar menjadi salah satu negara paling miskin di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
Kedutaan Besar China di Yangon mulai memberikan bantuan makanan ke wilayah yang dilanda banjir pada minggu ini. Senin (3/8) lalu helikopter militer membawa bantuan di Rakhine yang disambut ratusan orang. Mereka bergegas menerobos genangan lumpur untuk mengambil bantuan yang diturunkan.
Sementara itu, Pemerintah Myanmar mengakui pihaknya lemah dalam menanggapi banjir yang menggenangi sejumlah negara bagian yang berakibat pada terhambatnya upaya evakuasi. Pengakuan tersebut disampaikan media pemerintah. Pejabat terkait juga memperingatkan bahwa masih banyak sungai yang meluap dan mengancam sejumlah wilayah yang belum diterjang banjir.
Banjir bandang dan tanah longsor di Myanmar menewaskan sedikitnya 46 orang dan memengaruhi kehidupan 215.000 orang. Mereka terpaksa mengungsi karena tempat tinggal mereka tenggelam. Akibat lambannya penanganan banjir, pemerintah setempat dihujani kritikan melalui media sosial.
Seperti disampaikan seorang mantan jenderal yang menuduh pemerintah tidak cukup cepat untuk memperingatkan bencana yang akan datang dalam skala besar. ”Respons yang lemah pemerintah terhadap datangnya bencana menyebabkan kesalahpahaman tentang upaya evakuasi,” tulis New Light of Myanmar.
PBB mengatakan, lebih dari 30.000 orang dievakuasi. Selain itu, banyak ruas jalan rusak karena tergenang serta saluran telepon dan listrik mati di berbagai daerah. Sementara itu, korban tewas akibat banjir yang menerjang India dalam beberapa hari terakhir hingga kemarin tercatat 180 jiwa. Selain itu, ada sedikitnya 1 juta orang berada di tempat pengungsian.
Salah satu wilayah yang cukup dahsyat diterjang banjir yakni di Negara Bagian Bengal Barat. Di sana ada ribuan desa yang tergenang akibat luapan air sungai. Selain itu, di wilayah timur laut Manipur, rumahrumah warga juga banyak yang terperangkap setelah jembatan ambruk dan saluran komunikasi terputus.
Sementara itu, Departemen Meteorologi Bangladesh menyebutkan, curah hujan yang terjadi selama sepuluh hari terakhir lebih besar dibandingkan yang terjadi pada periode Juli lalu. Dilaporkan, 21 orang tewas di Distrik Cox Bazar, sementara tujuh korban lain di Distrik Bandarban.
Banjir tidak hanya menerjang wilayah Asia. Cuaca tidak bersahabat juga melanda wilayah Eropa Selatan, tepatnya di Makedonia. Empat orang tewas termasuk seorang anak berusia tujuh tahun.
Ananda nararya
(bbg)