Mempelajari Seni Gamelan hingga Teknik Membatik
A
A
A
Sebanyak 18 pelajar asal Dominicus College in Nijmegen, Belanda, selama sepekan ini mengikuti pendidikan dan praktik lapangan di Wild Rescue Center yang dulu dikenal dengan Pusat Penyelamatan Satwa Yogyakarta (PPSJ).
Tidak hanya menjadi volunteer bagi para satwa yang terancam punah, mereka juga belajar seni dan kebudayaan yang ada di masyarakat Kulonprogo. Salah satunya adalah belajar memainkan gamelan di Sanggar Karawitan Lestari Budaya di Pedukuhan Cumethuk, Desa Kedungsari, Pengasih. Para pelajar yang masih berusia belasan tahun ini pun dikenalkan dengan beberapa jenis musik Jawa. Mulai dari kendang, saron, demung, gong, bonang maupun gender.
Mereka tidak hanya menonton, tetapi juga memainkan alat musik Jawa yang belum pernah mereka pegang. Sebab selama ini mereka lebih mengenal drum atau alat musik perkusi yang lebih modern. ”Ini pertama kali saya mainkan, saya sangat menikmatinya,” ujar Jimmy di sela memainkan gamelan. Para bule muda ini pun cukup antusias mendengarkan penjelasan dari para pelatih. Mereka juga dikenalkan dengan not angka yang terbilang cukup unik. Tak ayal, saat memainkan gamelan ini, mereka tampak kikuk. Namun dengan bimbingan dan arahan, mereka mulai lihai memainkan lagu yang mudah dimainkan.
”Masyarakat di sini juga cukup ramah,” ujarnya. Selain belajar gamelan, para pelajar ini juga dikenalkan dengan membatik. Mereka diajak untuk praktik langsung mencanting, yakni membuat gambar dan pola dengan canting menggunakan malam. Bahkan mereka juga diajari cara membuat batik cap, mewarnai hingga membuat desain lebih kreatif. ”Kita juga ingin mengenal budaya yang ada di Indonesia,” ujar Nicole Hamers, salah seorang guru di Dominicus college in Nijmegen.
Pendamping dari WRC Yogyakarta Rosalia Setiawati mengatakan, para pelajar ini datang ke WRC untuk melaksanakan kegiatan selama sepekan. Pada pagi hari mereka menjadi relawan dan membantu proses rehabilitasi satwa. Sementara siang hari mereka diajak mengenal dan terjun langsung dalam kegiatan dan budaya yang ada di Kulonprogo. Mulai dari memainkan gamelan, membatik hingga beberapa kegiatan lain. ”Mereka juga mengajarkan bahasa Inggris kepada para pemuda di sini,” jelasnya.
Para pelajar ini pun akan mengikuti kegiatan wisata di Yogyakarta dengan mengunjungi Malioboro. Mereka juga akan mengunjungi Candi Borobudur yang ada di Magelang, Jawa Tengah.
Kuntadi
Kulonprogo
Tidak hanya menjadi volunteer bagi para satwa yang terancam punah, mereka juga belajar seni dan kebudayaan yang ada di masyarakat Kulonprogo. Salah satunya adalah belajar memainkan gamelan di Sanggar Karawitan Lestari Budaya di Pedukuhan Cumethuk, Desa Kedungsari, Pengasih. Para pelajar yang masih berusia belasan tahun ini pun dikenalkan dengan beberapa jenis musik Jawa. Mulai dari kendang, saron, demung, gong, bonang maupun gender.
Mereka tidak hanya menonton, tetapi juga memainkan alat musik Jawa yang belum pernah mereka pegang. Sebab selama ini mereka lebih mengenal drum atau alat musik perkusi yang lebih modern. ”Ini pertama kali saya mainkan, saya sangat menikmatinya,” ujar Jimmy di sela memainkan gamelan. Para bule muda ini pun cukup antusias mendengarkan penjelasan dari para pelatih. Mereka juga dikenalkan dengan not angka yang terbilang cukup unik. Tak ayal, saat memainkan gamelan ini, mereka tampak kikuk. Namun dengan bimbingan dan arahan, mereka mulai lihai memainkan lagu yang mudah dimainkan.
”Masyarakat di sini juga cukup ramah,” ujarnya. Selain belajar gamelan, para pelajar ini juga dikenalkan dengan membatik. Mereka diajak untuk praktik langsung mencanting, yakni membuat gambar dan pola dengan canting menggunakan malam. Bahkan mereka juga diajari cara membuat batik cap, mewarnai hingga membuat desain lebih kreatif. ”Kita juga ingin mengenal budaya yang ada di Indonesia,” ujar Nicole Hamers, salah seorang guru di Dominicus college in Nijmegen.
Pendamping dari WRC Yogyakarta Rosalia Setiawati mengatakan, para pelajar ini datang ke WRC untuk melaksanakan kegiatan selama sepekan. Pada pagi hari mereka menjadi relawan dan membantu proses rehabilitasi satwa. Sementara siang hari mereka diajak mengenal dan terjun langsung dalam kegiatan dan budaya yang ada di Kulonprogo. Mulai dari memainkan gamelan, membatik hingga beberapa kegiatan lain. ”Mereka juga mengajarkan bahasa Inggris kepada para pemuda di sini,” jelasnya.
Para pelajar ini pun akan mengikuti kegiatan wisata di Yogyakarta dengan mengunjungi Malioboro. Mereka juga akan mengunjungi Candi Borobudur yang ada di Magelang, Jawa Tengah.
Kuntadi
Kulonprogo
(ars)