Sensasi Menyantap Lamb Khas LCB
A
A
A
Di Indonesia, menu lamb atau daging domba muda dikenal cukup mahal. Maklum, bahan dasarnya saja kebanyakan masih harus diimpor. Meski begitu, sesekali bolehlah kita mencicipi lamb. Apalagi kalau suasana kafenya menarik dan nyaman, seperti yang ada di Surabaya ini.
Resto ataupun kafe yang menyediakan lamb di Surabaya sebenarnya tidak banyak. Penyebabnya boleh jadi karena unsur mahal untuk mendatangkan bahan bakunya tadi. Tapi, itu bukan halangan buat Kafe Le Ciel Blue (LCB). Di tempat makan bernuansa alam ini, menu berbahan baku lamb, khususnya lamb shank, justru menjadi andalan.
Untuk merasakan kenikmatan menu satu itu, KORAN SINDO sengaja datang ke LCB. Aroma khas bumbu lamb shank langsung tercium saat menu ini disajikan di meja. Aromanya yang menggugah selera seperti menandakan kalau sajian tersebut memang nikmat. Setelah dicicipi, memang demikian adanya. Saat diiris dengan pisau saji, daging domba bagian paha atas itu sama sekali tidak alot dan terasa empuk ketika dikunyah sehingga m e m u - dahkan kita saat memakannya.
Menurut Chef LCB Erri Fajar Ardianto, supaya daging domba empuk diperlukan waktu sekitar tiga jam untuk merebusnya. Ketika direbus, lamb diberi tambahan rempah ala American style supaya bau amis pada daging hilang. Selain itu, rempah tadi juga berfungsi agar bumbu meresap ke dalam daging sehingga rasanya semakin nikmat. Setelah direbus, lamb dipanggang selama kurang lebih delapan menit sambil dilumuri bumbu tambahan. Tujuannya untuk membuat aroma sedap kian keluar.
”Biasanya kan pada olahan daging domba ada bau daging yang menyengat. Kami di sini mengolahnya dengan cara khusus. Jadi daging empuk, taste-nya juga enak,” kata Erri. Lamb shank khas LCB disajikan dengan aneka sayur untuk memenuhi kebutuhan serat, plus kentang goreng sebagai pengganti nasi. Selain itu, saus yang digunakan pun racikan dapur LCB sendiri. Pengalaman menyantap lamb shank di LCB menjadi istimewa lantaran kafe ini didesain sedemikian rupa hingga mendekati suasana alam.
Bagian atas kafe dihias dekorasi yang menyerupai awan dan langit, sehingga siapa pun yang makan di sini akan merasa seperti sedang berada di ketinggian tertentu. Di lantai dua kafe juga dihadirkan dekorasi romantis yang bisa digunakan untuk dinner sambil melihat suasana Kota Surabaya. Selain lamb shank, di sini kita juga dapat menikmati menu berlabel white fish. Sesuai namanya, daging ikan pada sajian ini sengaja dibuat berwarna putih. Jenis ikan yang digunakan yakni dori, yang telah difillet dan dikukus bersama bumbu.
Meski tidak digoreng ataupun dipanggang, rasa daging ikan dori tetaplah nikmat. Untuk mengolahnya, daging ikan dori direbus menggunakan api sedang dan diberi bumbu terlebih dulu sehingga tampilannya saat matang tetaplah putih bersih. White fish tidak disajikan dengan saus, melainkan sambal matah khas Bali yang cu-kup pedas demi mengangkat taste ikan dori itu sendiri. Secara keseluruhan, white fish rasanya gurih bercampur pedas. Cocok dipadukan dengan nasi hangat.
Dua menu tersebut memang menjadi andalan LCB. Tapi, beberapa menu lain yang tidak kalah nikmat juga layak dicoba, di antaranya gordon blue chicken dengan krim saus jamur. Kekhasan lain kafe ini juga terletak pada menu minumannya yang dibubuhi nama-nama unik. Petik contoh kopi orgasm dan kopi foreplay.
Kopi orgams merupakan kopi yang dipadu dengan butter dan susu, sehingga rasanya sedikit berbeda dari kopi kebanyakan. Ada sensasi rasa gurih di sana, meskipun cita rasa kopinya tetap kuat. Menurut staf pemasaran LCB, Andreas, kopi orgasm tidak perlu memakai gula. Walau begitu, rasanya tetap enak karena ada tambahan butter tadi. ”Tempat kami memang tidak hanya menyediakan aneka makanan, tetapi juga beragam pilihan kopi yang umum dicari saat hangout,” ujar Andreas.
Harga yang ditawarkan kafe ini untuk menu-menunya cukup terjangkau. Khusus untuk menu lamb shank yang bahan bakunya diimpor dari Selandia Baru, harga yang diberlakukan adalah Rp149.000 per porsi.
Mamik wijayanti
Resto ataupun kafe yang menyediakan lamb di Surabaya sebenarnya tidak banyak. Penyebabnya boleh jadi karena unsur mahal untuk mendatangkan bahan bakunya tadi. Tapi, itu bukan halangan buat Kafe Le Ciel Blue (LCB). Di tempat makan bernuansa alam ini, menu berbahan baku lamb, khususnya lamb shank, justru menjadi andalan.
Untuk merasakan kenikmatan menu satu itu, KORAN SINDO sengaja datang ke LCB. Aroma khas bumbu lamb shank langsung tercium saat menu ini disajikan di meja. Aromanya yang menggugah selera seperti menandakan kalau sajian tersebut memang nikmat. Setelah dicicipi, memang demikian adanya. Saat diiris dengan pisau saji, daging domba bagian paha atas itu sama sekali tidak alot dan terasa empuk ketika dikunyah sehingga m e m u - dahkan kita saat memakannya.
Menurut Chef LCB Erri Fajar Ardianto, supaya daging domba empuk diperlukan waktu sekitar tiga jam untuk merebusnya. Ketika direbus, lamb diberi tambahan rempah ala American style supaya bau amis pada daging hilang. Selain itu, rempah tadi juga berfungsi agar bumbu meresap ke dalam daging sehingga rasanya semakin nikmat. Setelah direbus, lamb dipanggang selama kurang lebih delapan menit sambil dilumuri bumbu tambahan. Tujuannya untuk membuat aroma sedap kian keluar.
”Biasanya kan pada olahan daging domba ada bau daging yang menyengat. Kami di sini mengolahnya dengan cara khusus. Jadi daging empuk, taste-nya juga enak,” kata Erri. Lamb shank khas LCB disajikan dengan aneka sayur untuk memenuhi kebutuhan serat, plus kentang goreng sebagai pengganti nasi. Selain itu, saus yang digunakan pun racikan dapur LCB sendiri. Pengalaman menyantap lamb shank di LCB menjadi istimewa lantaran kafe ini didesain sedemikian rupa hingga mendekati suasana alam.
Bagian atas kafe dihias dekorasi yang menyerupai awan dan langit, sehingga siapa pun yang makan di sini akan merasa seperti sedang berada di ketinggian tertentu. Di lantai dua kafe juga dihadirkan dekorasi romantis yang bisa digunakan untuk dinner sambil melihat suasana Kota Surabaya. Selain lamb shank, di sini kita juga dapat menikmati menu berlabel white fish. Sesuai namanya, daging ikan pada sajian ini sengaja dibuat berwarna putih. Jenis ikan yang digunakan yakni dori, yang telah difillet dan dikukus bersama bumbu.
Meski tidak digoreng ataupun dipanggang, rasa daging ikan dori tetaplah nikmat. Untuk mengolahnya, daging ikan dori direbus menggunakan api sedang dan diberi bumbu terlebih dulu sehingga tampilannya saat matang tetaplah putih bersih. White fish tidak disajikan dengan saus, melainkan sambal matah khas Bali yang cu-kup pedas demi mengangkat taste ikan dori itu sendiri. Secara keseluruhan, white fish rasanya gurih bercampur pedas. Cocok dipadukan dengan nasi hangat.
Dua menu tersebut memang menjadi andalan LCB. Tapi, beberapa menu lain yang tidak kalah nikmat juga layak dicoba, di antaranya gordon blue chicken dengan krim saus jamur. Kekhasan lain kafe ini juga terletak pada menu minumannya yang dibubuhi nama-nama unik. Petik contoh kopi orgasm dan kopi foreplay.
Kopi orgams merupakan kopi yang dipadu dengan butter dan susu, sehingga rasanya sedikit berbeda dari kopi kebanyakan. Ada sensasi rasa gurih di sana, meskipun cita rasa kopinya tetap kuat. Menurut staf pemasaran LCB, Andreas, kopi orgasm tidak perlu memakai gula. Walau begitu, rasanya tetap enak karena ada tambahan butter tadi. ”Tempat kami memang tidak hanya menyediakan aneka makanan, tetapi juga beragam pilihan kopi yang umum dicari saat hangout,” ujar Andreas.
Harga yang ditawarkan kafe ini untuk menu-menunya cukup terjangkau. Khusus untuk menu lamb shank yang bahan bakunya diimpor dari Selandia Baru, harga yang diberlakukan adalah Rp149.000 per porsi.
Mamik wijayanti
(ars)