Oknum TNI Diduga Terlibat Penculikan

Selasa, 28 Juli 2015 - 08:09 WIB
Oknum TNI Diduga Terlibat Penculikan
Oknum TNI Diduga Terlibat Penculikan
A A A
JAKARTA - Penculikan terhadap Sahlan, pengusaha asal Malaysia diduga melibatkan dua oknum TNI, yakni SU dan RS. Kedua pelaku pun dilimpahkan ke POM TNI untuk proses hukum lebih lanjut.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Khrisna Murti mengklaim sudah melimpahkan kedua tersangka kasus penculikan terhadap Sahlan ke POM TNI. ”Setelah pemeriksaan, keduanya ternyata masih aktif. Untuk RS yang sebelumnya DPO (buron) juga telah menyerahkan diri ke POM TNI,” katanya kemarin.

Peran kedua oknum TNI ini cukup vital. SU bertugas merekrut tiga pelaku lain, sementara RS sebagai penghubung antara RF dan DTS yang sampai saat ini masih buron. RF merupakan warga negara (WN) Singapura dan DTS adalah WN Malaysia. Keduanya yang meminta RS menculik Sahlan karena masalah utang piutang. Namun, setelah korban diperiksa ternyata masalah sebenarnya adalah persoalan bisnis.

”Kami masih menunggu pemeriksaan dari POM TNI, hasilnya akan kami sinkronkan dengan tersangka lain. Selain itu, kami juga akan menjadikan bahan pemeriksaan itu untuk mengejar kedua pelaku, RF dan DTS,” ujarnya. Di tempat terpisah, Kadispen TNI AD Brigjen Wuryanto mengaku pihaknya telah mendapat pelimpahan oknum berinisial SU alias ES yang terlibat kasus tersebut.

”Kami sedang mendalami keterlibatan anggota- anggota ini. Informasi dari Polda Metro Jaya sedang kami dalami dan akan diproses di Pomdam,” katanya. Wuryanto mengaku telah menerima nama-nama oknum lain selain SU yang akan didalami lagi oleh kesatuannya masing- masing. ”Hasil pemeriksaan menyebutkan, SU bertugas di Kopassus, seorang lagi dari Divisi1 Kostrad (RS), dan ada beberapa orang lainnya. Lengkapnya nanti. Ini saya juga lagi dalami ke Pomdam dan kesatuan asalnya karena saya juga baru terima informasinya,” beber Wuryanto.

Sebelumnya diberitakan Sahlan diculik di sebuah restoran cepat saji di Cibubur, Jakarta Timur, pada 15 Juli. Korban kemudian dibawa ke sebuah hotel di kawasan Tebet dan dipertemukan dengan RF (WN Singapura), otak penculikan. Korban selanjutnya dibawa SU ke rumah tersangka K di Cisalak, Bogor. Di situ korban dianiaya, ditodong senjata api, dan diancam akan disuntik mati oleh para eksekutor jika tidak membayar utang.

Korban kemudian ditawari solusi membayar Rp500 juta oleh tersangka FB dan YL, pasangan suamiistriyangmengakusebagai pengacara. Hingga akhirnya korban hanya membayar Rp100 juta yang dikirim keluarganya di Malaysia. Pada 22 Juli, korban dibebaskan setelah keluarga Sahlan membayar tebusan. Kasus penculikan ini diduga akibat kerja sama bisnis antara Sahlan dengan RF dan DTS.

Ketiganya bekerja sama membuka money changer di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan masing-masing mengeluarkan modal Rp5 miliar. Namun, karena ada suatu dan lain hal, money changer tersebut tidak profit dengan cepat. Hal tersebut tentu tidak diharapkan RF dan DTS yang kini menjadi buron. Mereka pun meminta uang modalnya dikembalikan.

Karena belum ada keuntungan, korban belum bisa mengembalikan bahkan menegaskan modalnya juga belum bisa kembali. Mendapat penjelasan seperti itu, RF dan DTS tidak terima dan merekrut kelompok penculik ini untuk mengancam korban serta mengembalikan uang mereka.

Kejahatan Diklaim Turun

Di bagian lain, Polda Metro Jaya mengklaim pelaksanaan Operasi Ketupat Jaya 2015 (10- 25 Juli) berjalan lancar dan aman. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, hasil evaluasi bersama seluruh kapolres di wilayah hukum Polda Metro Jaya, menunjukkan penurunan angka kejahatan. ”Kalau kemacetan kami sudah mengetahuinya, tapi kalau angka kejahatan sampai saat ini mengalami penurunan,” katanya kemarin.

Kasus pencurian turun 38% dari tahun lalu yang tercatat ada 98 kasus dan tahun ini menjadi 61 kasus. Perampokan turun dari 14 kasus pada 2014 menjadi 4 kasus di tahun ini atau turun menjadi 71%. Pencurian kendaraan bermotor turun 51%, dari tahun lalu sebanyak 61 kasus menjadi 30 kasus. Begitu juga dengan kebakaran, dari 30 kasus tahun lalu menjadi 24 kasus atau turun 20%. Sebaliknya, tawuran meningkat 100%. Pada 2014 tidak ada kasus, sedangkan tahun ini tercatat 6 kasus tawuran.

”Ini kami catat dari hasil operasi selama 16 hari,” bebernya. Terkait kasus pencurian di rumah kosong yang ditinggal pemudik selama Operasi Ketupat masih terjadi. Meski demikian, beberapa kasus telah berhasil diungkap. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Mohammad Iqbalmenegaskan, selaintawuran pelanggaran lalu lintas juga meningkat.

Selama Operasi Ketupat Jaya tercatat ada penyerahan 14.525 surat bukti pelanggaran (tilang), naik 53% dari tahun lalu sebanyak 9.493 penindakan.

Helmi syarif
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8462 seconds (0.1#10.140)