Penjualan Pertalite Naik Signifikan

Senin, 27 Juli 2015 - 09:23 WIB
Penjualan Pertalite Naik Signifikan
Penjualan Pertalite Naik Signifikan
A A A
JAKARTA - Uji pasar produk baru PT Pertamina, bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, terbilang sukses.

Dalam dua hari sejak diluncurkan, Jumat (24/7), penjualan BBM nonsubsidi tersebut menunjukkan kenaikan signifikan. Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan Pertamina Wianda Pusponegoro mengungkapkan, pada hari kedua atau Sabtu (25/7), penjualan pertalite di 30 SPBU, Surabaya dan sekitarnya, mencapai 82.860 liter atau ratarata 2.732 liter per SPBU.

Hal ini berarti meningkat 69,2% dibandingkan penjualan hari pertama atau Jumat (24/7). Bahkan, lanjutnya, penjualan pertalite di 11 SPBU di Sidoarjo dan Mojokerto mencatat peningkatan hingga 269% dibandingkan hari pertama sebanyak 9.859 liter menjadi 26.523 liter.

“Di satu SPBU di daerah tersebut, angka penjualannya Sabtu kemarin mencapai 4.781 liter. Ini tentu kami syukuri karena menunjukkan konsumen kita memberikan apresiasi yang baik terhadap produk baru Pertamina,” kata Wianda. Penjualan di Jawa bagian barat juga menunjukkan tren yang sama, yakni terjadi peningkatan konsumsi sebesar 88,9% dibandingkan dengan penjualan hari pertama.

Penjualan 25 Juli 2015 di 66 SPBU Jawa bagian barat mencapai 186.610 liter atau rata-rata 2.827 liter per SPBU, yang beberapa SPBU di antaranya tembus di atas 5.000 liter per hari. “Dengan kondisi ini, kami optimistis uji pasar pertalite akan sukses,” ujarnya.

Pengamat ekonomi Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti meyakini pertalite akan diterima masyarakat, karena dengan kadar oktan 90 masyarakat diuntungkan, bukan hanya karena bersih terhadap mesin kendaraan, melainkan juga gas buangnya lebih baik. “Di banyak negara maju seperti Amerika Serikat maupun Eropa, banyak pilihan nozzle jenis BBM dengan RON yang beragam di SPBU. Masyarakat bisa memilih sesuai kemampuan masingmasing,” ungkapnya kepada KORAN SINDO kemarin.

Seperti diketahui, sejak Jumat (24/7), Pertamina mulai uji pasar pertalite di 101 SPBU tiga wilayah, yakni 68 SPBU di Jakarta dan Jawa Barat, serta 33 SPBU di Jawa Timur. Uji pasar dilakukan setelah produk tersebut melalui berbagai tahapan pengujian secara teknis dan perizinan dari pemerintah.

Kurangi Kerugian Pertamina

Pengamat Kebijakan Energi- IRESS Marwan Batubara mengatakan, peluncuran BBM pertalite salah satu cara PT Pertamina untuk menekan dan mengurangi kerugian akibat penjualan BBM premium yang harganya masih dikendalikan pemerintah. Penetapan harga BBM pertalite yang tidak tunduk pada aturan Perpres 191/2014, seperti halnya pertamax, membuat keuntungannya bisa terukur.

“Apalagi kalau secara teknis, spek pertalite sesuai kebutuhan mesin jarak tempuh lebih jauh sekitar enam persen dan ramah lingkungan, maka produk ini bisa menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan harus membeli produk pertamax yang lebih mahal,” ungkapnya.

Marwan menambahkan, seharusnya pemerintah konsisten terapkan formula atau alokasikan dana di APBN untuk subsidi BBM. Tetapi yang terjadi sekarang subsidi sudah tidak ada, karena pemerintah takut dihujat, sehingga harga jual BBM lebih rendah akibatnya BUMN Pertamina yang jadi korban.

Dia lantas menuturkan, harga BBM sekarang sudah tidak sesuai, karena harga BBM waktu naik pada Januari 2014 ditetapkan saat kurs Rp12 ribuan, dengan harga minyak dunia 50-60 dolar AS/barel. “Sekarang harga minyak dunia memang turun di sekitar 49 dolar AS/ barel, tetapi kurs naik ke Rp13.400 /1 dolar AS. Jadi kalau konsisten dengan Perpres No. 191/2014. harga BBM memang terpaksa harus naik,” ujarnya.

Kecuali, menurut dia, pemerintah mau memberi subsidi di APBN, atau pemerintah perintahkan agar BUMN yang serap kerugian seandainya harga tidak perlu naik, tetapi hal itu akan melanggar UU BUMN.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati juga melihat keberadaan pertalite juga bisa menekan kerugian Pertamina akibat subsidi BBM. Namun caranya berbeda, yakni menghentikan produksi premium dan mengalihkan subsidi ke pertalite. Menurut Enny, besaran subsidi BBM juga dimungkinkan untuk ditekan mengingat biaya produksi pertalite lebih rendah dibanding premium.

Enny mengungkapkan, Pertamina dalam memproduksi pertalite bisa mendapatkan sumber bahan baku dengan alternatif yang banyak di pasar internasional sehingga bisa lebih efisien. Berbeda dengan premium yang sumbernya hanya dari Singapura.

Inda susanti/fauzan/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7202 seconds (0.1#10.140)