Mahasiswa Undip Ciptakan Aquacopter

Selasa, 21 Juli 2015 - 10:07 WIB
Mahasiswa Undip Ciptakan Aquacopter
Mahasiswa Undip Ciptakan Aquacopter
A A A
Beberapa gunung yang menjadi destinasi wisata di Indonesia terkadang melakukan aktivitas vulkanik. Salah satunya mengeluarkan gas beracun yang dapat membahayakan keselamatan para pelancong maupun pemukim di sekitar lokasi gunung.

Untuk memantau kadar gas-gas beracun yang keluar dari aktivitas vulkanik gunung, empat mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, menciptakan peranti pesawat tanpa awak yang disebut Aquacopter. Alat itu bahkan melakukan pemantauan hingga ke titik berbahaya dan mengirimkan data secara realtime.

Empat mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika (FSM) tersebut adalah Agus Sulistiyo, Figur Humani, Inayatul Inayah, dan Eva Yulianti. Mereka juga tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Cipta Karsa (PKM-KC). Menurut mereka, gununggunung berapi terutama di Pulau Jawa banyak sekali dimanfaatkan sebagai tempat wisata seperti Krakatau, Tangkuban Perahu, Dieng, Ungaran, dan lain-lain.

Ternyata gunung-gunung tersebut masih sering mengeluarkan gas yang dapat membahayakan manusia. Karena itu, perlu dilakukan pemantauan secara rutin agar tidak membahayakan para wisatawan yang datang. “Nah , untuk melakukan pantauan tersebut, kami membuat Aquacopter yang merupakan pesawat kendali tanpa awak dengan memiliki empat buah proppeler (quadcopter ).

Pesawat tersebut dapat mendeteksi kandungan gas beracun seperti H2S dan CO2,” ujar Agus. Selain bisa terbang, pesawat itu juga mampu bergerak di permukaan air. Ketika melakukan pemantauan gas di sekitar perairan, Aquacopter akan turun di air. Jika baterai habis, alat itu akan tetap bekerja dengan menjalankan satu motor dengan daya yang tersisa.

Agus juga menyebutkan data-data yang sudah diambil oleh Aquacopter dapat dikirimkan secara realtime ke layar monitor yang ada di stasiun darat. Alhasil, datadata maupun perubahannya di lapangan dapat diketahui secara tepat. “Untuk merakit Aquacopter, kami membutuhkan waktu sekitar empat bulan yakni mulai Maret hingga Juni,” ucapnya.

Salah satu anggota tim, Inayatul Inayah, menambahkan, tujuan pembuatan Aquacopter itu antara lain untuk mempermudah kinerja petugas pemantau gas beracun agar tidak perlu lagi turun ke lokasi berbahaya demi mengetahui kondisi gas di titiktitik tertentu. Terutama jika medannya terlalu berbahaya untuk dilalui manusia. Seperti saat evakuasi pendaki yang jatuh di kawasan kawah Merapi beberapa waktu lalu.

Untuk mengetahui lokasi dan medan berbahaya serta gas beracun di kawasan itu bisa menggunakan alat semacam ini. “Meski saat melakukan evakuasi di kawasan Merapi itu sudah menggunakan Quadcopter, namun perlengkapannya hanya terbatas pada kamera. Dengan Aquacopter, selain bisa mengetahui kondisi visual medan yang sulit, kita juga bisa mendapatkan data seperti kandungan gas berbahaya serta suhu di kawasan itu,” katanya.

Figur Humani menimpali, prototipe Aquacopter itu ke depan akan memberikan manfaat bagi banyak pihak. Terutama para petugas pemantau di kawasan pegunungan untuk mengetahui gas-gas berbahaya yang dihasilkan dari aktivitas vulkanik, baik dalam sekala kecil maupun skala cukup besar.

Susilo Himawan
Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4996 seconds (0.1#10.140)