Waspadai Radikalisme Ideologi
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meminta seluruh jajarannya untuk mewaspadai ancaman radikalisme ideologi dan proxy war.
Karena itu, seluruh pembuat kebijakan harus mampu membaca, mengenali, dan menganalisis kecenderungan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang berkembang dengan segala eksesnya. Menurut Gatot, interoperabilitas kekuatan harus menjadi format dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan karena kecenderungan ancaman berkembang dalam dimensi yang cukup kompleks.
“Ancaman yang muncul termasuk menggejala dalam bentuk radikalisme ideologi dan dalam bentuk proxy yang cenderung memanfaatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat,” ujarnya saat menggelar serah terima jabatan (sertijab) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) kepada Letjen TNI Mulyono di Mabesad Jalan Veteran, Jakarta Pusat, kemarin. Upaya untuk mengatasi ancaman terhadap bangsa dan negara memang tidak mudah, karenanya diperlukan upaya komprehensif.
Atas dasar itu, TNI telah menentukan tiga arah kebijakan, yakni pengembangan kemampuan dan pembangunan matra darat, laut, dan udara dalam format interoperabilitas operasional dan gelar kekuatan TNI pada koridor minimum essential force (MEF).
“Interoperabilitas operasional kekuatan laut dan udara dengan darat sebagai penyangga dalam mengamankan luasnya perairan nasional sekaligus menjadi bagian dalam melaksanakan kebijakan poros maritim, menjaga sumber daya alam (SDA) nasional agar kekayaan dapat digunakan untuk kepentingan nasional,” ucapnya. Selain itu peningkatan profesionalisme dan disiplin prajurit melalui optimalisasi pendidikan, peningkatan kesejahteraan prajurit serta kejuangan prajurit juga tidak kalah penting.
“Termasuk membangun hubungan dan sinergi kerja antara TNI-Polri serta lembaga kementerian dan nonkementerian untuk bersamasama menganalisis perkembangan strategis dari semua aspek,” ucapnya. Gatot percaya bahwa penerusnya itu memiliki kapasitas, semangat, dan loyalitas yang tinggi untuk memimpin TNI AD.
“Saya percaya dengan segala kapasitas, semangat, dan loyalitas yang dimiliki serta dibukanya pemikiran dan usaha segenap prajurit TNI AD, Letjen TNI Moelyono dapat mengemban amanah sebagai KSAD untuk berbuat yang terbaik, berani, tulus, dan ikhlas,” ujarnya. Gatot mengatakan bahwa para prajurit TNI AD merupakan prajurit yang tidak akan pernah menyerah. Karenanya, Gatot memerintahkan untuk terus melatih para prajuritnya menjadi prajurit yang “gila”.
“Saya ingatkan TNI AD tidak akan pernah menyerah dan selalu menang dalam setiap pertempuran. Maka latih, latih, latih, dan latihlah prajuritmu serta pimpin mereka dengan segenap hati dan pikiran. Jadikan mereka prajurit-prajurit “gila”, prajurit-prajurit yang gila mencintai NKRI dan prajurit-prajurit yang gila haus pertempuran, dan prajurit pantang menyerah,” kata Gatot.
Senada, KSAD Letjen TNI Mulyono mengaku akan melanjutkan kebijakan yang telah dibuat Panglima TNI Gatot Nurmantyo, di antaranya konsolidasi dan peningkatan profesionalisme prajurit dalam rangka meningkatkan kemampuan dasar prajurit. “Mengembangkan dan meningkatkan kedisiplinan prajurit, melatih prajurit bela diri, melatih taktik satuan kecil, yaitu satuan raider, kegiatan menembak. Semuanya diarahkan pada apa yang diprediksi beliau (Panglima TNI), yaitu ancaman proxy dan menggejalanya radikalisme,” ujarnya.
Mulyono berharap, dengan kegiatan meningkatkan manunggalnya TNIrakyat melalui serbuan teritorial tersebut, TNI bisa mengantisipasi semua ancaman itu. Mantan Pangkostrad ini juga mengaku akan mengadakan kegiatan bersama untuk meningkatkan soliditas antara TNI-Polri sehingga bentrokan antara prajurit TNI-Polri tidak terjadi lagi. “Situasi ini tidak menutup kemungkinan adanya oknum yang tak suka TNIPolri kompak.
Waspadai ini. Ini mungkin terskenario yang tidak ingin kesatuan dan persatuan terwujud sehingga prajurit TNI AD harus waspada terhadap ini dan tidak boleh terprovokasi,” ucapnya. Hadir dalam sertijab tersebut, mantan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, mantan Panglima TNI yang juga ma-ntan Wakil Presiden Jenderal TNI Purn Try Sutrisno, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI Purn Sutiyoso, serta sejumlah purnawirawan TNI AD.
Hadir pula mantan KSAD Jenderal TNI Budiman, KSAL Laksamana Ade Supandi, Kapolri Jenderal TNI Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Komjen Pol Budi Waseso. Ada juga Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya dan Ketua Fraksi Partai Golkar versi Munas Bali Ade Komarudin. Mulyono resmi menjabat sebagai KSAD setelah dilantik Presiden Joko Widodo siang kemarin di Istana Negara Jakarta.
Mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) ini dilantik menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo berdasarkan surat Keputusan Presiden No 54/TNI/2015. Sebelum menjabat sebagai KSAD, Letjen TNI Mulyono pernah menjabat sebagai asisten operasi TNI AD tahun 2013.
Sebelum menjadi Pangkostrad, Mulyono dipercaya sebagai Pangdam Jaya tahun 2014 dan kemudian digantikan Mayjen Agus Sutomo. Sertijab KSAD dari Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ke Letjen Mulyono langsung digelar di Mabes TNI Cilangkap.
Sucipto/rarasati syarief
Karena itu, seluruh pembuat kebijakan harus mampu membaca, mengenali, dan menganalisis kecenderungan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang berkembang dengan segala eksesnya. Menurut Gatot, interoperabilitas kekuatan harus menjadi format dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan karena kecenderungan ancaman berkembang dalam dimensi yang cukup kompleks.
“Ancaman yang muncul termasuk menggejala dalam bentuk radikalisme ideologi dan dalam bentuk proxy yang cenderung memanfaatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat,” ujarnya saat menggelar serah terima jabatan (sertijab) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) kepada Letjen TNI Mulyono di Mabesad Jalan Veteran, Jakarta Pusat, kemarin. Upaya untuk mengatasi ancaman terhadap bangsa dan negara memang tidak mudah, karenanya diperlukan upaya komprehensif.
Atas dasar itu, TNI telah menentukan tiga arah kebijakan, yakni pengembangan kemampuan dan pembangunan matra darat, laut, dan udara dalam format interoperabilitas operasional dan gelar kekuatan TNI pada koridor minimum essential force (MEF).
“Interoperabilitas operasional kekuatan laut dan udara dengan darat sebagai penyangga dalam mengamankan luasnya perairan nasional sekaligus menjadi bagian dalam melaksanakan kebijakan poros maritim, menjaga sumber daya alam (SDA) nasional agar kekayaan dapat digunakan untuk kepentingan nasional,” ucapnya. Selain itu peningkatan profesionalisme dan disiplin prajurit melalui optimalisasi pendidikan, peningkatan kesejahteraan prajurit serta kejuangan prajurit juga tidak kalah penting.
“Termasuk membangun hubungan dan sinergi kerja antara TNI-Polri serta lembaga kementerian dan nonkementerian untuk bersamasama menganalisis perkembangan strategis dari semua aspek,” ucapnya. Gatot percaya bahwa penerusnya itu memiliki kapasitas, semangat, dan loyalitas yang tinggi untuk memimpin TNI AD.
“Saya percaya dengan segala kapasitas, semangat, dan loyalitas yang dimiliki serta dibukanya pemikiran dan usaha segenap prajurit TNI AD, Letjen TNI Moelyono dapat mengemban amanah sebagai KSAD untuk berbuat yang terbaik, berani, tulus, dan ikhlas,” ujarnya. Gatot mengatakan bahwa para prajurit TNI AD merupakan prajurit yang tidak akan pernah menyerah. Karenanya, Gatot memerintahkan untuk terus melatih para prajuritnya menjadi prajurit yang “gila”.
“Saya ingatkan TNI AD tidak akan pernah menyerah dan selalu menang dalam setiap pertempuran. Maka latih, latih, latih, dan latihlah prajuritmu serta pimpin mereka dengan segenap hati dan pikiran. Jadikan mereka prajurit-prajurit “gila”, prajurit-prajurit yang gila mencintai NKRI dan prajurit-prajurit yang gila haus pertempuran, dan prajurit pantang menyerah,” kata Gatot.
Senada, KSAD Letjen TNI Mulyono mengaku akan melanjutkan kebijakan yang telah dibuat Panglima TNI Gatot Nurmantyo, di antaranya konsolidasi dan peningkatan profesionalisme prajurit dalam rangka meningkatkan kemampuan dasar prajurit. “Mengembangkan dan meningkatkan kedisiplinan prajurit, melatih prajurit bela diri, melatih taktik satuan kecil, yaitu satuan raider, kegiatan menembak. Semuanya diarahkan pada apa yang diprediksi beliau (Panglima TNI), yaitu ancaman proxy dan menggejalanya radikalisme,” ujarnya.
Mulyono berharap, dengan kegiatan meningkatkan manunggalnya TNIrakyat melalui serbuan teritorial tersebut, TNI bisa mengantisipasi semua ancaman itu. Mantan Pangkostrad ini juga mengaku akan mengadakan kegiatan bersama untuk meningkatkan soliditas antara TNI-Polri sehingga bentrokan antara prajurit TNI-Polri tidak terjadi lagi. “Situasi ini tidak menutup kemungkinan adanya oknum yang tak suka TNIPolri kompak.
Waspadai ini. Ini mungkin terskenario yang tidak ingin kesatuan dan persatuan terwujud sehingga prajurit TNI AD harus waspada terhadap ini dan tidak boleh terprovokasi,” ucapnya. Hadir dalam sertijab tersebut, mantan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, mantan Panglima TNI yang juga ma-ntan Wakil Presiden Jenderal TNI Purn Try Sutrisno, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI Purn Sutiyoso, serta sejumlah purnawirawan TNI AD.
Hadir pula mantan KSAD Jenderal TNI Budiman, KSAL Laksamana Ade Supandi, Kapolri Jenderal TNI Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Komjen Pol Budi Waseso. Ada juga Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya dan Ketua Fraksi Partai Golkar versi Munas Bali Ade Komarudin. Mulyono resmi menjabat sebagai KSAD setelah dilantik Presiden Joko Widodo siang kemarin di Istana Negara Jakarta.
Mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) ini dilantik menggantikan Jenderal Gatot Nurmantyo berdasarkan surat Keputusan Presiden No 54/TNI/2015. Sebelum menjabat sebagai KSAD, Letjen TNI Mulyono pernah menjabat sebagai asisten operasi TNI AD tahun 2013.
Sebelum menjadi Pangkostrad, Mulyono dipercaya sebagai Pangdam Jaya tahun 2014 dan kemudian digantikan Mayjen Agus Sutomo. Sertijab KSAD dari Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ke Letjen Mulyono langsung digelar di Mabes TNI Cilangkap.
Sucipto/rarasati syarief
(ars)