Tim Fisika Indonesia Raih Lima Medali
A
A
A
JAKARTA - Tim Indonesia meraih 5 medali, yakni 3 perak dan 2 perunggu, di International Physics Olympiad (IPhO).
Tidak adanya perolehan emas karena tim Indonesia lemah di eksperimen. Ketua Tim IPhO Indonesia Syamsu Rosid mengatakan, peraih medali perak di IPhO yang diselenggarakan di Mumbai, India, 5-12 Juli lalu adalah Hugo Herdianto dari SMAK BPK Penabur Gading Serpong, Banten, Kevin Limanta (SMA Intan Permata Hati Surabaya), dan Rhesa Edrick Tendean (SMAN 9 Manado Sulawesi Utara).
Adapun peraih medali perunggu adalah Jason Kristiano (SMAK 5 BPK Penabur Jakarta) dan Jaswin (SMA Sutomo 1 Medan Sumatera Utara). ”Para siswa memperlihatkan semangat juang yang tinggi untuk bersaing dalam kompetisi yang sangat ketat itu. Kita bersaing di antara 84 negara lain,” katanya di Kantor Ditjen Kemendikdasmen, Jakarta, kemarin. Dosen FMIPA Universitas Indonesia ini juga menjelaskan, pada dasarnya situasi dan kondisi anak-anak cukup baik.
Peserta yang dijaring di Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2014 lalu ini berhasil dengan baik di ujian teori dengan raihan hasil hampir 9, tepatnya 8,6. Tapi ternyata ada persaingan ketat dari Negeri Ginseng Korea yang mencapai nilai sempurna 10 karena mereka berhasil menjawab seluruh soal teori dengan benar. Syamsu mengakui, kekalahan tim fisika Indonesia meraih emas karena kemampuan fisika anak Indonesia sangat lemah di eksperimen.
Meski tidak berhasil membawa pulang medali emas seperti tahun lalu, Syamsu Rosyid menilai upaya maksimal telah dilakukan para anak didiknya. Ajang tingkat dunia yang diikuti 84 negara itu, menurut Syamsu, memang sedikit istimewa. Selain pencapaian beberapa negara yang hampir sempurna, juri dari India juga sangat teliti dan pelit nilai. Alhasil para kontestan tidak bisa dengan mudah memperoleh nilai begitu saja.
”Evaluasi kami akan lebih banyak menekankan ujian praktikum pada persiapan untuk tahun depan. Kalau saja eksperimen tak jatuh, emas bisa di tangan,” lanjutnya. Diketahui, pada ajang ini tahun 2014 di Kazakhstan, tim IPhO Indonesia berhasil memboyong satu emas yang dipersembahkan Josephine Moniqa (SMAK Penabur Gading Serpong). Selain medali emas, Indonesia juga mendapatkan 2 medali perunggu yang diraih Drestanto Muhammad Dyasputro (SMAN 28 Jakarta) dan Dheo Arokhim Yusufi Cahyo (SMAN SBBS Sragen, Jawa Tengah).
Sebagai pelengkap dari perolehan medali tersebut, dua penghargaan Honorable Mention diberikan kepada Fransiskus Yoga Esa Wibowo (SMAN 1 Yogyakarta) dan Muhammad Rizki Hasan (SMAN Plus Pekanbaru Riau). Besar harapan pembina dan para siswa, kekurangan yang ada terus diperbaiki sehingga tahun depan bisa mencapai hasil yang lebih baik.
”Mengingat secara kemampuan anak-anak kita sudah cukup baik, mestinya dengan pembinaan terpadu bisa memperbaiki kelemahan kita,” pungkasnya. Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik Ditjen Dikdasmen Kemendikbud Suharlan mengapresiasi upaya para perserta yang berjuang tanpa kenal lelah.
”Mereka sudah tampil baik, hanya saja lawanlawan kali ini pencapaiannya sangat tinggi. Bahkan ada yang mencapai nilai maksimal. Kedepannya saya harap mereka terus bersemangat. Kalau ingin meniti jenjang pendidikan yang lebih tinggi, beasiswa telah menanti,” ujar Suharlan. Para peserta pun mengaku cukup puas dengan hasil yang didapat.
Namun mereka harus mengaku ada para pesaing yang sudah sedemikian maju. Salah satu peserta Kevin Limanta menjelaskan, tim Jepang saja sudah mempersiapkan diri sejak setahun sebelum even ini digelar.
Neneng zubaidah
Tidak adanya perolehan emas karena tim Indonesia lemah di eksperimen. Ketua Tim IPhO Indonesia Syamsu Rosid mengatakan, peraih medali perak di IPhO yang diselenggarakan di Mumbai, India, 5-12 Juli lalu adalah Hugo Herdianto dari SMAK BPK Penabur Gading Serpong, Banten, Kevin Limanta (SMA Intan Permata Hati Surabaya), dan Rhesa Edrick Tendean (SMAN 9 Manado Sulawesi Utara).
Adapun peraih medali perunggu adalah Jason Kristiano (SMAK 5 BPK Penabur Jakarta) dan Jaswin (SMA Sutomo 1 Medan Sumatera Utara). ”Para siswa memperlihatkan semangat juang yang tinggi untuk bersaing dalam kompetisi yang sangat ketat itu. Kita bersaing di antara 84 negara lain,” katanya di Kantor Ditjen Kemendikdasmen, Jakarta, kemarin. Dosen FMIPA Universitas Indonesia ini juga menjelaskan, pada dasarnya situasi dan kondisi anak-anak cukup baik.
Peserta yang dijaring di Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2014 lalu ini berhasil dengan baik di ujian teori dengan raihan hasil hampir 9, tepatnya 8,6. Tapi ternyata ada persaingan ketat dari Negeri Ginseng Korea yang mencapai nilai sempurna 10 karena mereka berhasil menjawab seluruh soal teori dengan benar. Syamsu mengakui, kekalahan tim fisika Indonesia meraih emas karena kemampuan fisika anak Indonesia sangat lemah di eksperimen.
Meski tidak berhasil membawa pulang medali emas seperti tahun lalu, Syamsu Rosyid menilai upaya maksimal telah dilakukan para anak didiknya. Ajang tingkat dunia yang diikuti 84 negara itu, menurut Syamsu, memang sedikit istimewa. Selain pencapaian beberapa negara yang hampir sempurna, juri dari India juga sangat teliti dan pelit nilai. Alhasil para kontestan tidak bisa dengan mudah memperoleh nilai begitu saja.
”Evaluasi kami akan lebih banyak menekankan ujian praktikum pada persiapan untuk tahun depan. Kalau saja eksperimen tak jatuh, emas bisa di tangan,” lanjutnya. Diketahui, pada ajang ini tahun 2014 di Kazakhstan, tim IPhO Indonesia berhasil memboyong satu emas yang dipersembahkan Josephine Moniqa (SMAK Penabur Gading Serpong). Selain medali emas, Indonesia juga mendapatkan 2 medali perunggu yang diraih Drestanto Muhammad Dyasputro (SMAN 28 Jakarta) dan Dheo Arokhim Yusufi Cahyo (SMAN SBBS Sragen, Jawa Tengah).
Sebagai pelengkap dari perolehan medali tersebut, dua penghargaan Honorable Mention diberikan kepada Fransiskus Yoga Esa Wibowo (SMAN 1 Yogyakarta) dan Muhammad Rizki Hasan (SMAN Plus Pekanbaru Riau). Besar harapan pembina dan para siswa, kekurangan yang ada terus diperbaiki sehingga tahun depan bisa mencapai hasil yang lebih baik.
”Mengingat secara kemampuan anak-anak kita sudah cukup baik, mestinya dengan pembinaan terpadu bisa memperbaiki kelemahan kita,” pungkasnya. Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik Ditjen Dikdasmen Kemendikbud Suharlan mengapresiasi upaya para perserta yang berjuang tanpa kenal lelah.
”Mereka sudah tampil baik, hanya saja lawanlawan kali ini pencapaiannya sangat tinggi. Bahkan ada yang mencapai nilai maksimal. Kedepannya saya harap mereka terus bersemangat. Kalau ingin meniti jenjang pendidikan yang lebih tinggi, beasiswa telah menanti,” ujar Suharlan. Para peserta pun mengaku cukup puas dengan hasil yang didapat.
Namun mereka harus mengaku ada para pesaing yang sudah sedemikian maju. Salah satu peserta Kevin Limanta menjelaskan, tim Jepang saja sudah mempersiapkan diri sejak setahun sebelum even ini digelar.
Neneng zubaidah
(ars)